Di Usia Berapa Boleh Memakai High Heels

Di Usia Berapa Boleh Memakai High Heels

Di Usia Berapa Anak Perempuan

Boleh Memakai High Heels


Usia berapa Suri sudah boleh memakai high heels ? Pertanyaan disertai perasaan heran ini terlontar gara-gara banyak anak perempuan ingin meniru Suri Cruise yang saat itu terhitung masih balita, tapi selalu tampil fashioned lengkap dengan high heels.

Di usia berapa anak perempuan boleh memakai high heels adalah pertanyaan yang tidak pernah dikemukakan, karena sejak Stiletto ditemukan hanya digunakan oleh wanita dewasa yang merasa perlu untuk tampil optimal. Salah satu tujuannya agar bisa mengundang perhatian para pria, dengan demikian mereka akan lebih mudah untuk mendapat  pasangan.

Remaja putri, apalagi anak-anak perempuan tak terpikirkan untuk menggunakan high heels. Karena selain identik sebagai perangkat fashion bagi para wanita dewasa, high heels memiliki tingkat ketidakstabilan yang tinggi. Sehingga untuk memakai jenis dan model sepatu hak tinggi itu diperlukan latihan terlebih dulu meskipun kemudian resiko terkilir atau jatuh tetap tak bisa dihilangkan.

Kenapa kini high heels menjadi masalah para ibu dari anak-anak perempuan di bawah usia 10 tahun ?

Masalah ini dipicu oleh Suri Cruise, anak pasangan selebriti Katie Holmes dan Tom Cruise yang sejak usia tiga tahun sudah menunjukkan bakat menjadi seorang model yang diwarisi dari sang ibu. Sebagai anak selebriti, penampilan Suri menjadi perhatian di dunia entertainment. Tak urung anak-anak sebaya Suri jadi ikut-ikutan berdandan seperti idola mereka itu.

Lihat lebih banyak foto-foto penampilan Suri Cruise yang stylish layaknya wanita dewasa dengan memakai high heels dalam artikel : Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

Kalau hanya berdandan seperti layaknya orang dewasa mungkin tidak memicu polemik. Masalahnya, Suri tampil sebagai wanita dewasa lengkap dengan memakai high heels. Meskipun jika dicermati, high heels yang paling sering digunakan Suri tergolong jenis low dan mid heels, bukan high heels model cone yang kebanyakan didisain dengan ukuran tinggi, apalagi Stiletto.

Kebanyakan orang yang kurang memahami dunia fashion, setiap kali mendengar “high heels”maka langsung membayangkan Stiletto. Padahal jenis high heels dibagi menjadi tiga kategori, yakni high heels yang sesungguhnya, mid heels dan low heels. Seseorang yang menggunakan sepatu model kitten dengan ukuran hak 3,5 Cm lebih beberapa milimeter sudah bisa diklasifikasi sebagai pengguna high heels.

Kerancuan pemahaman tersebut menjadi salah satu pemicu masalah penggunaan high heels oleh anak-anak. Pangkal masalah yang sebenarnya adalah: Usia berapa anak perempuan boleh memakai high heels ? Karena di usia yang masih belia, kaki para gadis kecil ini masih berada dalam masa pertumbuhan sehingga dikhawatirkan pemakaian high heels secara terus menerus akan mempengaruhi pertumbuhan mereka secara keseluruhan.

Mengenai masalah penggunaan high heels oleh anak-anak, Pakar kesehatan kaki dari Irlandia, Dr Joseph Kelly mengungkapkan bahwa high heels mengubah pola pendistribusian berat badan pada kaki. Saat memakai high heels, berat tubuh ditumpukan pada telapak kaki bagian depan dan ibu jari. Padahal, seharusnya berat tersebut didistribusikan ke seluruh kaki dengan seimbang. Sehingga kemungkinan terjadinya pergelangan kaki terkilir jadi lebih besar.

Sedangkan pakar dari London Foot Hospital, Gregor McCoshim berpendapat, anak-anak sebenarnya tidak boleh menggunakan sepatu yang memiliki hak lebih dari 2 cm karena selain akan meningkatkan risiko pergelangan kaki terkilir, juga mengakibatkan ketegangan di bagian belakang kakinya yang berpotensi menimbulkan masalah pertumbuhan dan perkembangan anak.

Pendapat serupa disampaikan oleh Ahli Bedah Ortopedi dari Dallas,US, Dr James Brodsky. Bahkan disarankan sebaiknya anak-anak tidak menggunakan sepatu dengan hak yang terlalu tinggi dan sepatu harus disesuaikan dengan usianya. Bahkan disarankan untuk memakai sepatu yang terbuat dari bahan-bahan alami yang lembut. Sepatu juga harus dipilih sesuai dengan bentuk kaki, tidak kebesaran atau kekecilan sehingga benar-benar bisa menjadi pelindung dan alas kaki yang baik.

Terkait dengan upaya menghindari akibat gangguan kesehatan tulang di saat anak masih dalam masa pertumbuhan, Ahli Orthopedic dari Ateneo School of Medicine and Public Health, Dr. Anne Kathleen B. Ganal-Antonio mengingatkan, ketika mengenakan high heels, otot-otot kaki akan bekerja ekstra keras. Jika wanita dewasa bisa merasakannya dan kadang sampai merasa sakit. Bagaimana jika hal itu terjadi pada anak-anak yang otot-ototnya sedang dalam masa pertumbuhan.

Karena itu Ahli bedah Tulang dari Philipina ini  menyarankan anak baru boleh mulai memakai sepatu high heels ketika mereka berusia antara 14-16 tahun. Pada usia tersebut otot-otot kaki telah mencapai perkembangan secara optimal. Setidaknya sepatu dengan hak rendah atau dalam kategori low heels yang lebih sedikit mengandung resiko dan lebih nyaman untuk dipakai melakukan banyak kegiatan.

Di Usia Berapa Boleh Memakai High Heels
Anak-anak bawah lima tahun ini bermain dan sekaligus sedang menjalani proses pengenalan dini terhadap high heels milik ibu mereka.

Secara logika anak-anak memang baru boleh menggunakan high heels di saat perkembangan tulang dan otot-otot kaki telah mencapai pertumbuhan optimal. Di saat yang sama, secara naluriah mulai tumbuh keinginan untuk menarik perhatian lawan dengan cara tampil lebih cantik. Dan high heels adalah sepatu wanita yang menjadi salah satu perangkat fashion yang identik dengan kecantikan.

Karena high heels sudah menjadi bagian dari fashion yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan wanita, maka antisipasi yang paling tepat adalah menumbuhkan sense of fashion sejak dini pada anak-anak. Dengan pemahaman tentang fashion yang cukup memadai, anak-anak di usia menjelang usia remaja sampai dewasa tidak akan terbelenggu oleh mindset bahwa high heels adalah segala-galanya.

Anak-anak menjelang remaja yang mulai ingin memakai high heels, mereka mencari tempat sepi untuk berlatih sepatu hak tinggi.

Setiap kesempatan berbeda akan menuntut penampilan yang sesuai dan tidak harus selalu dilengkapi dengan menggunakan sepatu high heels. Bagi wanita yang sadar fashion, memadu busana untuk tampil modis pada kesempatan yang berbeda menjadi suatu tantangan dan kesenangan, sekaligus berujung dengan kepuasan apabila dapat melakukannya dengan baik.

Berbeda dengan mereka yang fanatik terhadap high heels, selalu merasa kurang pas jika tidak menggunakan high heels di setiap penampilan. Jika dicermati ke belakang ternyata fanatisme tersebut berkembang karena tidak dimilikinya kepercayaan diri yang kuat. Akibatnya, mereka merelakan jari-jari kaki untuk mengalami rasa sakit sepanjang hari.

Secara normal remaja dan wanita dewasa akan mengistirahatkan jari-jari kakinya jika terlalu lama memakai high heels, selanjutnya akan selektif menggunakan high heels dan memutuskan untuk menggunakannya hanya pada kesempatan yang benar-benar tepat. Tampil cantik dan menarik memang membutuhkan pengorbanan, hal ini menjadi konsekuensi yang wajar dalam setiap aspek kehidupan.

Anak-anak perempuan di usianya yang masih dini belum memiliki motivasi sekuat jika kelak mereka beranjak dewasa dan mulai mengerti pentingnya memiliki penampilan yang menarik sebagai daya tarik terhadap lawan jenis. Keinginan memakai high heels cenderung hanya bersifat meniru, bukan kebutuhan bersifat permanen. Belum lagi ketika dipakai untuk bermain dalam waktu cukup lama, selain mengalami tekanan yang bisa mempengaruhi pertumbuhan kaki, mereka juga merasakan kejang dan sakit. Dengan sendirinya mereka akan segera melepas sepatu tersebut dan menggantinya dengan sepatu yang lebih nyaman atau sandal jepit.

Di Usia Berapa Boleh Memakai High Heels
Di usia dini, gangguan pada bagian-bagian tertentu pada kaki akibat memakai high heels secara terus menerus bisa mempengaruhi proses pertumbuhan anak.

No comments:

Post a Comment