February 14, 2015

Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

by , in
Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

Di Usia Yang Relatif Masih Dini

Suri Cruise Memakai High Heels


Suri Cruise memakai high heels di usia dini dan fotonya yang beredar di internet segera menuai banyak kritik. Tapi jauh lebih banyak yang mengagumi penampilan fashioned gadis kecil itu.

Jika di usia dini Suri Cruise sudah memakai high heels, maka untuk gadis imut itu sendiri bukanlah hal yang luar biasa. Pasalnya, sejak usia 3 tahun Suri sudah terbiasa memakai Kitten Heels. Jadi ketika usianya mulai meningkat, dia pun lalu mencoba mulai memakai high heels. Di usianya yang masih belia Suri bisa dengan cepat mengadaptasikan keseimbangannya dengan high heels.

Sementara sang ibu, Katie Holmes selain dikenal sebagai aktris juga seorang model, tentu saja tak bisa membendung keinginan puteri tercinta untuk mencontoh kebiasaan berbusana sang ibu yang selalu fashioned. Maklum, seorang model akan berperilaku untuk selalu cermat memperhatikan penampilannya di setiap saat. Walhasil, puteri pasangan Katie Holmes dan Aktor Hollywood papan atas, Tom Cruise itu menjadi perhatian sebagai selebriti kecil di dunia fashion.

Fenomena ini menjadi salah satu jawaban riel terhadap pertanyaan yang sering diajukan berkaitan dengan pemakaian high heels. Apa itu ?

Selama ini selalu muncul pertanyaan “klasik” : Apa yang membuat wanita masih tetap menyukai high heels, terutama Stiletto atau Cone Heels padahal di saat memakainya  akan menimbulkan rasa sakit ? Selama ini pula pertanyaan tersebut akan mendapat jawaban yang sama klasiknya : Karena penggunanya ingin terkesan tampil lebih langsing, cantik dan menarik.

Kecantikan itu sendiri sebenarnya bersifat relatif. Tetapi menurut kesimpulan seorang pakar gaya hidup, David Chaney, secara universal terdapat kecenderungan untuk melihat kecantikan hanya dari segi fisik dan penampilan luar. Karena itu pula orang butuh melengkapi penampilannya secara optimal agar memperoleh citra atau image yang diinginkan. Dan di dunia fashion, high heels adalah salah satu perangkat yang sangat penting bagi penampilan.

Pakar lain, Berscheid dan Walster bahkan menambahkan bahwa penampilan luar yang menarik dapat menciptakan pencitraan diri menjadi lebih positif, sehingga berdampak menyenangkan bagi orang lain dibandingkan dengan mereka yang berpenampilan biasa. Dalam realitas sehari-hari dicontohkan, karyawati yang berpenampilan menarik akan selalu mendapat perhatian lebih besar dibandingkan dengan teman-temannya. Demikian pula di sekolah-sekolah, murid yang berpenampilan menarik juga selalu mendapat perhatian lebih besar dari guru dibandingkan murid-murid lain yang berpenampilan biasa.

Proses transformasi nilai-nilai tentang kecantikan itu berlangsung secara alamiah. Keinginan untuk bisa tampil lebih cantik tidak muncul secara mendadak pada seorang wanita dewasa di saat hendak membeli sepatu. Tetapi sudah menjadi nilai-nilai budaya yang tertanam sejak seorang wanita masih menjadi gadis cilik, persis seperti yang dialami Suri Cruise.

Di Usia Dini Suri Memakai High Heels
Bermain dengan sepatu sang ibu adalah proses alamiah pewarisan nilai-nilai high heels.

Proses tersebut berlangsung secara alamiah dan muncul sebagai gejala yang wajar seperti ketika seorang anak berusaha untuk meniru perilaku sang ibu yang dianggapnya sebagai ideal figure. Diantaranya dengan mencoba-coba memakai sepatu wanita milik ibunya yang tergeletak di lantai, dan hal ini bisa terjadi berulang-ulang menjadi semacam kegiatan bermain bagi sang anak. Tetapi mungkin dianggap sesuatu yang luar biasa dan berbahaya jika dibandingkan dengan perbuatan serupa oleh seorang anak dari ibu yang tidak biasa memakai high heels.

Dilahirkan 18 April 2006 dalam keluarga selebriti yang sarat dengan gaya kehidupan glamour, nilai-nilai yang “tertanam” pada puteri pasangan selebriti ini juga berbeda dengan keluarga lain. Dua pasang sepatu mungkin sudah cukup untuk anak sebaya Suri dalam keluarga kebanyakan. Bandingkan dengan koleksi sepatu Suri Cruise yang konon seluruhnya bernilai Rp.1,2 miliar, karena sepatunya berukuran khusus dan dipesan pada desainer kelas dunia.

Selain itu, setiap tahun ukurannya pun bertambah sesuai dengan perkembangan usianya. Sehingga untuk  jenis dan model sepatu yang sama harus dipesan hampir setiap tahun. Belum lagi jika Suri tertarik dengan sepatu model baru, maka anggaran untuk sepatunya pun akan bertambah. Pada hakekatnya pola perilaku dan kebiasaan ini bisa terjadi pada setiap keluarga yang sekaligus merupakan proses pewarisan nilai-nilai yang berlangsung secara alamiah dan wajar.

Karena itu pula alasan kesehatan untuk mengalihkan wanita agar tidak membeli dan menggunakan sepatu high hells tak pernah bisa menghapuskan high heels dari pasar fashion. Meskipun alasan itu sangat rasional dan didukung hasil penelitian medis mutakhir, nilai-nilai kecantikan “versi high heels” sudah lebih dulu tertanam secara permanen dalam bawah sadar para wanita dan diwariskan dari satu generasi ke generasi seterusnya.

Berikut adalah foto-foto Suri Cruise memakai high heels yang dihimpun dari berbagai sumber. Foto-foto ini menuai banyak kritik, karena anak seusia Suri dianggap belum layak menggunakan high heels yang bisa mempengaruhi pertumbuhan kakinya. Padahal apabila benar-benar dicermati, Suri lebih sering memakai sepatu berkategori mid heels yang beresiko rendah. Tetapi secara jujur, penampilan Suri Cruise sulit dikomentari dengan satu kata yang mencerminkan arti : memang agak kurang layak, tetapi benar-benar imut dan sekaligus fashioned.

Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

Di Usia Dini Suri Memakai High Heels






Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

Di Usia Dini Suri Memakai High Heels

Dihimpun dari : dailymail.co.uk | picturesphoto.com | sheknows.com | losangelesfasion.net | nytimes.com | imgsrc.ru | bizlocallistings.com | careermovesjvs.blogspot.com | coisasdamy.com.br | www.celebritybabyscoop.com | nadyne.info | www.courtneybrownonair.com | vixely.com | www.socialitelife.com | es.celebrity.yahoo.com | www.quien.com

February 14, 2015

Chunky Heels Trend 2015

by , in
Chunky Heels Trend 2015

Chunky Heels Tampil Lebih Elegan

Untuk Bisa Menjadi Trend 2015


Chunky Heels Trend 2015 hadir sebagai alternatif high heels untuk menggeser dominasi Cone dan Stiletto yang beresiko tinggi dan menuntut pengorbanan kaki penggunanya.

Chunky Heels Trend 2015 berbeda dengan Chunky Heels 1650 yang popularitasnya diperoleh karena menjadi sepatu Raja Perancis Louis XIV, sehingga kerabat kerajaan dan kalangan bangsawan juga ikut-ikutan memakai model tersebut. Chunky Heels trend 2015 hadir dalam arena fashion tanpa referensi dan rekomendasi dari siapapun, kecuali keragaman inovasinya sendiri.

Chunky Heels style memang pernah populer pada tahun1970-an, kemudian menghilang menjelang tahun 1980. Sekitar dua tahun yang lalu model sepatu ini mulai muncul kembali. Tentu saja, sesuai dengan tuntutan dunia fashion penampilannya jauh lebih elegan dibandingkan sebelumnya. Dalam tahun 2015 Chunky Heels diperkirakan dapat meraih minat banyak wanita, karena ada beberapa faktor yang memungkinkan Chunky menjadi kompetitif dalam pasar high heels.

Apa saja faktor tersebut ?

Selama ini para pengguna high heels yang ingin memperoleh efek tinggi tetapi kurang menyukai model Wedges karena alasan estetik tidak memiliki pilihan kecuali model Stiletto High Heels atau Cone High Heels. Jika pilihannya jatuh pada Stiletto maka ada kendala yang harus diantisipasi, yaitu memerlukan waktu untuk berlatih lebih dulu sebelum terbiasa memakainya keluar rumah karena top heelnya yang rata-rata berdiameter kurang dari 1 Cm beresiko sangat tinggi. Selain itu pengguna harus siap mengalami gangguan kesehatan kaki, mulai dari ujung jari kaki hingga ke pinggul.

Chunky Heels Trend 2015
Perbandingan heels antara Cone dengan Chunky

Alternatifnya adalah menjatuhkan pilihan kepada Cone Heels. Meskipun demikian bukan berarti menjadi pilihan yang tidak memiliki resiko. Cone high heels pada umumnya didesain dengan top heel lebih kecil, sehingga resiko itu tetap ada. Pilihan untuk meminimalisir resiko adalah pada Banana High Heels atau Round Heels, submodel Cone Heels yang memiliki top heel paling luas bahkan mendekati top heel milik Chunky.

Karena itu banyak konsumen sepatu wanita yang sebenarnya merasa “tertindas” selama bertahun-tahun oleh mindset yang tercipta di dunia fashion bahwa kecantikan identik dengan high heels, dan high heels identik dengan Stiletto. Mindset ini menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar sedikit pun, padahal Stiletto memiliki top heels dengan ketidakstabilan sangat tinggi. Alasannya, agar pemakai terkesan tinggi dan langsing. Ironisnya mindset ini berkembang di kalangan wanita negara-negara Barat yang dikenal  memiliki penalaran logis dan rasional.

Lebih ironis, mindset itu diimpor oleh para wanita dari negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Meskipun banyak wanita yang menyadari bahwa kecantikan yang sesungguhnya itu berasal dari dalam atau dalam istilah populernya inner beauty. Tetapi tetap merasa sulit melepaskan diri dari mindset yang kebanyakan pendukungnya terdiri dari para desainer, rumah mode dan produsen sepatu.

Maka setelah cukup lama berkompromi dengan Cone Heels, mindset itu semakin melemah. Apalagi di kalangan konsumen remaja, bukan berarti mereka lebih rasional, tetapi karena lebih suka memilih cara serba instan tapi minim resiko. Di saat itu Chunky menjadi jawaban dan sekaligus alternatif yang paling tepat. Chunky membuat pemakainya menjadi lebih tinggi tanpa resiko, dan agak sensasional.

Di era 1980-an, setelah berjaya selama sepuluh tahun dengan penampilannya yang terbilang konservatif karena masih setia dengan desain mirip sepatu Louis XIV, Chunky terpaksa harus terpinggirkan oleh para kompetitornya. Sampai beberapa lama model Chunky heel jarang ditemukan di pasar sepatu wanita.

Sekitar dua tahun belakangan, setelah absen dan melakukan instrospeksi, model Chunky sedikit demi sedikit mulai hadir dengan penampilan yang berbeda. Nampaknya, dalam kurun waktu tersebut Chunky sedang menjajagi pasar dan memilih aplikasi yang tepat untuk mengulang masa kejayaannya.

Chunky Heels 2015 yang diharapkan menjadi salah satu trend di dunia fashion hadir selain dengan keunggulannya yang tanpa resiko, ditawarkan dalam berbagai style yang bisa dipilih dan langsung dipakai tanpa latihan, memiliki kestabilan yang mantap bahkan jika digunakan oleh para wanita yang bertubuh tambun. Chunky 2015 tampil baru menjadi high heels yang memiliki beragam style dari hasil kreasi yang sangat inovatif.

Revolusi desain Chunky Heels 2015 tidak hanya pada keragaman ukuran tumit, juga meliputi kombinasi bahan, pilihan warna dan style yang kontemporer. Sehingga Chunky Heels 2015 yang ditampilkan dalam fashion show dari Milan hingga New York menjelang akhir tahun 2014 menjadi puncak dari berbagai inovasi yang dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Chunky Heels Trend 2015

Chunky Heels Trend 2015

Chunky Heels Trend 2015

Meskipun di kalangan wanita yang “mapan” fashion atau mereka yang sudah terbiasa dengan mindset lama, kehadiran Chunky Heels 2015 masih sulit diterima, Chunky style baru ini memiliki peluang yang amat besar di kalangan konsumen remaja dan wanita muda. Chunky Heels sekaligus juga menjadi alternatif bagi mereka yang ingin tampil lebih tinggi tapi tetap peduli terhadap kesehatan kaki.

Ciri khas tumit Chunky dari seat heel sampai top heel yang sama besarnya itu merupakan bentuk yang bertentangan dengan bentuk tumit Stiletto yang kecil, bulat dan runcing. Tumit Chunky yang tebal sekaligus menjadi simbol “perlawanan” terhadap Stiletto yang mendominasi high heels selama puluhan tahun.

Jika Stiletto terkesan ramping sehingga menimbulkan rasa khawatir akan terjatuh bagi mereka yang belum pernah memakainya, sebaliknya Chunky terkesan solid dan kokoh. Wanita yang belum pernah memakai high heel akan segera memilih Chunky dan sekaligus memakainya tanpa dibayangi kekhawatiran dan rasa sakit pada ujung jari kaki mereka.

Hanya masalahnya, mampukah Chunky Heels menjadi trend di tahun 2015 untuk menggeser dominasi Stiletto dan Cone yang telah menjadi ikon dunia fashion sejak puluhan tahun yang lalu ? Atau harus menunggu satu hingga dua tahun ke depan untuk meraih pasar di kalangan remaja ?


February 13, 2015

Chunky Heels Style

by , in
Chunky Heels Style

Chunky Heels Style Warnai

Pasar Sepatu Wanita 2015


Chunky Heels Style mulai agresif memasuki pasar fashion sekitar dua tahun terakhir. Chunky bukan style baru, tapi sudah dikenal sejak abad ke 16.

Chunky Heels Style makin banyak dijumpai di pasar sepatu wanita, hal ini menandakan bahwa kehadiran Chunky Heels dengan penampilan lebih elegan mendapat sambutan positif konsumen. Awalnya, Chunky yang berarti tebal memang benar-benar menjadi istilah untuk rancangan tumit berbentuk tebal dan besar. Bahkan secara visual lebih mengesankan sebagai sepotong kayu segi empat yang dipasang pada tumit sepatu wanita agar bisa lebih tinggi sehingga pantas disebut high heels.

Penampilan Chunky heels yang jauh dari elegan itu membuatnya sering terpuruk jika harus berkompetisi dengan sepatu wanita berbasis model Stiletto dan Cone heels.  Tetapi setelah Chunky Heels tenggelam di awal tahun1980-an, kini mulai bangkit dengan penampilan baru dan ternyata mendapat perhatian dari kalangan konsumen. Meskipun style tersebut tidak secara total menjadi trend atau menggeser pasar yang telah selama bertahun-tahun didominasi oleh kompetitornya, pelahan-lahan Chunky Heels menjadi style yang mulai menarik simpati kaum wanita.

Kapan Chungky Heels Style atau gaya tumit tebal ini hadir, dan bagaimana penampilan awalnya saat masuk ke dunia fashion ?

Sejak kaki manusia yang pertama tertusuk duri atau kerikil tajam, di saat itu manusia merasa membutuhkan alas kaki dan mulai berusaha untuk membuatnya dengan cara yang sangat sederhana. Tentu saja, hasilnya juga sangat sederhana, yaitu berbentuk sandal. Sebagian ada yang berbentuk setengah sepatu, sebagian lagi memang mirip sepatu karena memang tujuannya membuat sepatu, tapi hasilnya lebih mirip sandal.

Maklum, teknologinya masih belum ada dan bahannya pun masih serba terbatas. Karena itu pula selama berabad-abad alas kaki yang mendominasi manusia terbatas hanya pada sepatu flat atau hak datar. Baru setelah memasuki abad 15, para ahli sejarah memperkirakan hadirnya sepatu hak tinggi atau high heels. Hal itupun belum jelas benar, apakah definisi high heels dipahami secara benar atau yang dimaksud adalah sepatu berplatform tinggi.

Di abad ke 20 Chunky heels menjadi style yang populer di tahun 1970-an dipakai oleh para selebriti di dunia musik. Para bintang terkenal di saat itu, seperti David Bowie dan anggota The Jackson 5, group bersaudara Michael Jackson sering melakukan show dengan memakai Chunky heels. Model ini pun segera merebak dan menjadi trend di kalangan pria maupun wanita.

Penampilan Chunky Heels di tahun 1970-an yang terkesan simple dan tebal.

Popularitas Chunky heels mulai menurun menjelang dimasukinya tahun 1980. Hadirnya beragam model hig heels dengan style baru yang sempat tenggelam mulai bangkit kembali dan bergiliran menjadi trend di dunia fashion. Meskipun demikian, Model Chunky masih tetap bertahan dan bisa dijumpai di berbagai pasar sepatu tetapi dengan ukuran tumit lebih rendah dan kebanyakan tanpa platform.

Dua tahun terakhir ini, Chunky heels nampak mulai hadir kembali dengan style yang berbeda dan tidak lagi terkesan sekedar sepatu yang diganjal dengan potongan kayu
di bagian tumit. Selain lebih elegan, Chunky heels di era 2015 tidak lagi menjadi sepatu yang didisain untuk pria, tetapi lebih khusus ditujukan untuk segmentasi wanita dan nampaknya pula berpeluang menjadi trend dalam dua tahun mendatang.

Jika didasarkan pada berbagai hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa high heels hadir di abad 15, tanpa disertai penjelasan secara rinci tentang model sepatu tersebut. Maka untuk menentukan kapan kehadiran Chunky Heels boleh dikatakan lebih akurat, karena “terdokumentasi” dalam lukisan-lukisan
Hyacinthe Rigaud, (18 July 1659 - 29 December 1743) pelukis kerajaan yang karya-karyanya masih terpelihara dengan baik di berbagai museum.

Setidaknya ada dua karya Rigaud terpenting sebagai bahan akurat untuk menelusuri sejarah Chunky Heels Style. Pertama adalah lukisannya tentang perkawinan Louis XIV dengan Maria Theresa.

Chunky Heels Style

Lukisan kedua saat Louis XIV menjadi raja dan dijuluki sebagai King of France and Navarre, yang dibuatnya pada tahun 1701 dan diakui sebagai salah satu karya terbaik Hyacinthe Rigaud.

Chunky Heels Style

Dalam kedua lukisan yang kaya dengan detail dan dibuat dalam waktu berbeda tersebut dapat terlihat dengan jelas model sepatu yang sedang trend di kalangan kerajaan pada saat itu. Baik sepatu yang digunakan para undangan dalam lukisan pertama dan sepatu yang dipakai oleh Louis XIV memiliki heels atau hak tebal berwarna merah dengan ukuran yang sama besar antara heels seat dengan top heel. Bentuk tersebut adalah tipikal model Chunky dalam kategori mid heels.

Detail yang “terdokumentasi” dalam kedua lukisan Rigaud adalah fakta sejarah yang paling akurat untuk menyimpulkan kapan sejarah Chunky Style ini dimulai. Mungkin saja jauh sebelum kelahiran Louis XIV model Chunky sudah dikenal, tetapi tanpa dukungan dokumentasi yang akurat akan menjadi spekulasi yang kurang bisa dipertanggungjawabkan.

Dari kehadirannya sejak tahun 1650-an (sejak kelahiran Louis XIV) sampai tahun 2015, model Chunky terhitung sudah berusia sekitar 365 tahun. Dalam kurun waktu tersebut model ini pernah menjadi status simbol kalangan kerajaan dan bangsawan Perancis. Di tahun 1970-an kembali menjadi trend di dunia fashion sebagai sepatu pria dan wanita, lalu surut kembali. Kini di tahun 2015 Chunky Heels Style dengan kreasi yang inovatif nampaknya lebih agresif memasuki pasar fashion dibanding beberapa tahun sebelumnya.

February 13, 2015

Sejarah Sepatu Flat Abad 15

by , in
Sejarah Sepatu Flat

Sejarah Sepatu Flat Sampai Abad 15


Sejarah Flat Shoes terus berlangsung dan melahirkan beragam model sampai tahun 1500, lalu terhenti digeser oleh kehadiran jenis high heels.

Sejarah sepatu flat atau sepatu hak datar yang dimulai sejak 5.500 tahun lalu terus mengalami perkembangan. Dari satu abad ke abad berikutnya modelnya terus berubah, tetapi tetap tanpa hak. Kadang-kadang satu model bisa bertahan lebih dari seratus tahun, ada pula model yang ratusan tahun lalu pernah populer, tiba-tiba muncul kembali dengan sedikit modifikasi dan menjadi model baru.

Sampai abad pertengahan, jenis sepatu yang mendominasi kaki umat manusia adalah flat shoes atau sepatu hak datar. Dalam kurun waktu yang amat panjang  sepatu flat menjadi trend karena belum memiliki kompetitor sepatu hak tinggi. meskipun modelnya tidak mengalami perkembangan yang dinamis, keberadaan sepatu flat lebih cenderung diutamakan pada fungsi dasarnya sebagai alas kaki.

Bagaimana perkembangan sepatu flat dari awal tahun masehi hingga abad 15 ?

Pada tahun 1 Masehi, beberapa model sepatu flat dari masa-masa sebelumnya masih mendominasi kaki-kaki manusia yang menginjak permukaan bumi. Meskipun bentuknya berbeda-beda, pada umumnya bahan untuk membuat sepatu flat didominasi oleh kulit hewan. Sampai dimulainya tahun Masehi, sepatu flat masih benar-benar sepatu yang tidak menggunakan hak.


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 100

Sepatu Flat Tahun 100
Sepatu Flat di jaman Dinasti Han ini dibuat dari lembaran kulit hewan, sudah menggunakan sole yang disatukan dengan upper dengan cara dijahit jahit. Memiliki pengikat dari kulit di bagian pergelangan kaki untuk mencegah masuknya pasir kedalam sepatu. Sepatu ini sudah digunakan sejak sebelum Tahun Masehi (Koleksi National Museum, Beijing, China)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 200-300

Sepatu Flat Tahun 200-300
Sepatu flat untuk wanita dewasa ini ditemukan di penggalian arkeologis di Southfleet (Springhead), Kent, Inggris pada tahun 1801. (Koleksi The British Museum, Bloomsbury, London)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 400-600

Sepatu Flat Tahun 400-600
Sepatu flat wanita Mesir ini dibuat dari bahan kulit dan sutra yang dibordir, desain sepatu yang diberi ornamen menunjukkan bahwa para wanita Mesir di jaman itu sudah memiliki wawasan fashion yang tinggi. (Koleksi Victoria dan Albert Museum, London)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 700-900

Sepatu Flat Tahun 700-900
Sepatu ini digunakan oleh masyarakat kelas bawah Irlandia, dibuat dari kulit tipis sehingga mudah ditangkupkan ke bagian atas kaki penggunanya, kemudian disatukan dengan tali kulit. (Koleksi National Museum Of Ireland, Dublin)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 1000

Sepatu Flat Tahun 1000
Sepatu ini digunakan oleh kaum Viking sebagai bagian dari perlengkapan perang, terbuat dari kombinasi kulit tebal untuk bagian sole dan kulit lebih tipis di bagian upper. (Koleksi Kulturhistorisk Museum, Oslo, Norwegia.)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 1066-1485

Sepatu Flat Tahun 1066-1485
Sepatu abad pertengahan ini dibuat dari kulit yang dijahit dengan sole, cara menggunakannya diikatkan dengan potongan kulit yang sebagai pengganti tali sepatu tetapi didesain menjadi satu dengan upper. (Koleksi The Museum of St Albans, Hertfordshire, England.)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 1200

Sepatu Flat Tahun 1200
Sepatu modis ini digunakan oleh para pria keluarga kerajaan dan bangsawan Byzantium pada abad ke12. Dibuat dari kulit, bahan untuk dekorasinya adalah emas yang dicapkan pada permukaan kulit. Semakin banyak dekorasinya menunjukkan semakin tinggi status pemakai sepatu ini. ( Koleksi Walters Museum, Baltimore, USA)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 1300

Sepatu Flat Tahun 1300
Sepatu flat ini dipakai oleh Kaisar Jerman terbuat dari kain tebal dan sutra serta dihiasi dengan berbagai pernik-pernik. Desainnya mirip dengan sepatu flat wanita di abad 21. (Koleksi Kunsthistorische Museum, Vienna, Austria)


Sejarah Sepatu Flat
Sepatu Flat Tahun 1400-1500

Sepatu Flat Tahun 1400-1500
Sepatu flat ini di Polandia populer dengan sebutan Kraków, sedangkan di Inggris dinamakan The Poulaine. Pada jaman itu digunakan oleh hampir setiap orang, pria dan wanita, bahkan juga dipakai oleh para tukang sihir. Berujung runcing dan panjang yang sekaligus untuk menunjukkan status sosial penggunanya. Panjang sepatu rakyat biasa tidak boleh melebihi 6 inci, sepatu para satria diizinkan hingga 18 inci (45,72 Cm). Sedangkan sepatu para bangsawan bisa sampai sepanjang 24 inci atau sekitar 70 Cm. (Koleksi Bata Shoe Museum, Toronto)
February 10, 2015

Sejarah Sepatu Flat

by , in
Sejarah Sepatu Flat

Sejarah Sepatu Flat Sampai Tahun Masehi


Sejarah sepatu flat sudah dimulai sejak ribuan tahun sebelum Tahun Masehi (AD), dari model yang dibuat dengan bahan rumput, kulit hingga emas.

Sejarah sepatu flat sama panjangnya dengan sejarah peradaban manusia, ketika manusia membutuhkan alas kaki, maka di saat itu pula sejarah sepatu flat dimulai. Jenis sepatu flat atau sepatu hak datar yang kini dikenal sebagai sepatu dengan model sederhana ini menjadi pilihan satu-satunya akibat belum dikenalnya fashion dan teknologi.

Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, sepatu flat pun ikut berkembang. Dari bahan dan model yang sangat sederhana sampai model untuk para raja yang dibuat dari bahan emas. Sejauh itu sepatu flat masih tetap konsisten dengan fungsi utamanya sebagai pelindung telapak kaki. Karena Flat atau Hak Datar, bisa juga disebut sebagai tanpa hak, pada hakekatnya merupakan lapisan yang diperlukan untuk melindungi telapak kaki agar tidak bersentuhan secara langsung dengan permukaan tanah.

Bagaimana perkembangan model sepatu jenis hak datar ini sampai saat dimulainya tahun Masehi ?

Selama ini sejarah mencatat bahwa sepatu pertama mulai diciptakan sekitar tahun 1600-1200 SM di Mesopotamia. Tetapi perkembangan di bidang arkeologi menemukan fakta baru dengan ditemukannya sepatu Otzi di Ötztal Alpen, September 1991. Sepatu tersebut digunakan sekitar tahun 3.300 SM. Dua kali lebih tua dari sepatu yang pernah diciptakan di Mesopotamia.

Rekor Otzi sebagai sepatu tertua ternyata tak bertahan lama setelah gabungan tim peneliti dari Armenia Institut Arkeologi & Etnografi dan arkeolog dari University College Cork, Irlandia, dan University of California, Los Angeles, Amerika Serikat pada tahun 2008 menemukan Areni-1, sepatu kulit yang ternyata diciptakan dan sudah dipakai pada tahun 3.500 SM.

Hingga kini kalangan arkeolog menyatakan Areni-1 sebagai sepatu flat tertua didunia. Sesuai dengan perkembangan terakhir itu, secara faktual sejarah sepatu flat dimulai dari tahun 3.500 SM atau 5.500 tahun yang lalu sesuai dengan usia Areni-1 berdasarkan hasil uji radiokarbon laboratorium khusus di California, Amerika Serikat, dan Oxford, Inggris.

Berikut adalah sebagian model sepatu flat mulai dari Areni-1 hingga awal tahun Masehi yang berhasil dihimpun dari sumber beberapa museum.

Sejarah Sepatu Flat

01. Areni-1, sepatu flat tahun 3.500 SM
Areni-1 yang berusia 5.500 tahun ini dibuat dari kulit selebar kaki, masing-masing tepinya diberi lubang untuk tempat tali yang berfungsi menutup sepatu sekaligus mengikatkannya pada kaki pengguna. Prinsip dasar sepatu ini sudah sama dengan sepatu wanita modern. (Koleksi National Museum of History, Yerevan, Armenia)

Sejarah Sepatu Flat

02. Otzi, sepatu flat tahun 3.300 SM
Sepatu flat Otzi dibuat dengan sole dari kulit beruang dan insole atau bagian yang bersentuhan dengan telapak kaki dilapisi kulit kayu. Upper-nya dibuat dari tali temali berbahan serat dari semak-semak yang diperkitakan pernah tumbuh di sekitar lokasi tersebut. (Koleksi South Tyrol Museum of Archaeology, Bolzano, Italy)

Sejarah Sepatu Flat

03. King Tut's Golden Sandal, tahun 1324 SM
Sandal yang seluruhnya terbuat dari emas ini dipakai oleh salah satu Firaun Mesir yang terkenal, Tutankhamun. Masa pemerintahannya dimulai saat Tutankhamun diwarisi kerajaan pada usia 9 tahun,  Tutankhamun meninggal pada usia 18 tahun. Meskipun demikian, raja bangsa Mesir Kuno ini sempat menikah dengan wanita yang terhitung masih kerabatnya sendiri, Ankhesenpaaten. (Koleksi Denver Arts Museum, US)

Sejarah Sepatu Flat

04.  Sepatu Jaman Dinasti Han, tahun 220 SM
Sepatu flat yang bahannya mirip karung ini dipakai oleh masyarakat Cina di jaman pemerintahan Dinasti Han. Sedangkan flat yang berbahan kulit dengan desain yang lebih cantik dipakai oleh kalangan menengah atas. (Koleksi Victoria and Albert Museum, London dan National Museum, Beijing, China)
February 10, 2015

Sejarah Sepatu Flat Tertua Di Dunia

by , in
Sejarah Sepatu Flat Tertua Di Dunia

Sejarah Sepatu Flat Tertua Di Dunia

Sudah Dimulai 5.500 Tahun Lalu


Sejarah sepatu flat tertua di dunia terungkap di Armenia, sepatu flat yang dipakai 5.500 tahun lalu juga terbuat dari kulit, meskipun tidak bergaransi tapi masih utuh sampai abad 21.

Sejarah sepatu flat tertua di dunia terungkap dari hasil penggalian arkeologi di Armenia, dan ternyata sudah memakai bahan dari kulit. Bahan sepatu tersebut berbeda dengan sepatu Otzi yang ditemukan sebelumnya di Jerman. Otzi yang juga termasuk jenis sepatu flat atau hak datar itu lebih muda 200 tahun, memiliki konstruksi lebih modern tapi di bagian upper masih menggunakan tali temali dibuat serat dari semak-semak yang diperkirakan pernah tumbuh di daerah tersebut.

Sejak 5.500 tahun yang lalu sampai sekarang, kulit binatang masih tetap menjadi bahan utama untuk pembuatan sepatu. Sementara dari aspek desain, jenis sepatu flat tetap memiliki penggemar meskipun pada awalnya lebih didasarkan pada kebutuhan terhadap fungsinya sebagai alas kaki, sampai mengalami perubahan ketika manusia mulai mengenal fashion.

Bagaimana detil sepatu flat yang sudah berusia 5.500 tahun itu ?

Sejarah Sepatu Flat Tertua Di Dunia

Areni-1, demikian sepatu tersebut dinamakan berdasarkan nama gua yang menyimpannya selama 5.000 tahun. Areni-1 ditemukan melalui penggalian arkeologi di dalam gua Areni, wilayah provinsi Vayots Dzor, Armenia pada tahun 2008. Tetapi temuan itu baru diumumkan secara resmi dua tahun kemudian, karena untuk mengetahui usianya harus dilakukan penelitian di dua laboratorium radiokarbon yang tak terdapat di Armenia. Sehingga dikirimkan ke Oxford dan California, AS.

Sejarah Sepatu Flat Tertua Di Dunia

Hasilnya, Areni-1 dipastikan sebagai sepatu flat tertua di dunia, menurut Wikipedia berusia 5.500 tahun atau dibuat pada tahun 3.500 SM. Areni-1 ditemukan dalam kondisi masih utuh dengan bagian dalam disumpal rerumputan. Tidak diketahui dengan pasti, apakah gumpalan rumput tersebut dimaksudkan untuk menjaga bentuk sepatu ketika sedang tidak dipakai, seperti kebiasaan manusia modern. Atau memang menjadi bagian dari sepatu tersebut untuk penghangat atau bantalan telapak kaki.

Desain Areni-1 sangat sederhana, dibuat dari sepotong kulit selebar kaki manusia dengan masing-masing tepinya diberi lubang untuk tempat tali yang berfungsi menutup sepatu sekaligus mengikatkannya pada kaki pengguna. Sementara untuk menutup bagian belakang tumit juga dilakukan dengan cara yang sama, ditautkan dengan menggunakan tali sepatu melalui empat lubang berpasangan. Cara memakai Areni-1, 5.500 tahun yang silam persis sepatu modern yang menggunakan tali sepatu.

Sepatu flat tertua di dunia itu memiliki ukuran 37 yang berarti mengindikasikan bahwa penggunanya memiliki ukuran kaki hampir sama dengan kaki manusia modern. Tetapi tidak bisa dipastikan apakah Areni-1 digunakan oleh pria atau menjadi sepatu wanita di jaman tersebut. Penemunya seorang anggota tim arkeologi, Diana Zardarian, tidak menyangka bakal menemukan sepatu dalam gua tersebut. Saat itu tangannya sedang menjangkau ke sebuah lubang dan menyentuh perangkat semacam mangkuk dari tanah yang sudah pecah dengan posisi terbalik. Dia lalu membalikkannya dan terus merogoh ke dalam lubang.

Sejarah Sepatu Flat Tertua Di Dunia
Lokasi penggalian ditemukannya Areni-1

Ketika tangannya menyentuh benda lembut dia merasa seperti sedang meraba sebuah benda yang mirip telinga sapi. Benda tersebut lalu diangkat dan diamatinya, ternyata sebuah sepatu. Dua tahun kemudian, Diana baru mengetahui bahwa temuannya itu merupakan sepatu flat tertua di dunia, setelah dua universitas selesai melakukan penelitian dan mengumumkannya secara resmi hasil analisa laboratorium mereka.

February 09, 2015

Tips Memilih Sepatu Wanita Model d’Orsay

by , in
Tips Memilih Sepatu Wanita Model d’Orsay

Model d’Orsay Memang Mempesona,

Tapi Salah Pilih Bisa Bikin Kecewa


Memilih sepatu wanita model d’Orsay membutuhkan ketelitian, karena ada beberapa bagian yang rawan sehingga bisa mengakibatkan ketidaknyamanan, meskipun baru dipakai hanya beberapa kali.

Memilih sepatu wanita model d’Orsay membutuhkan lebih banyak ketelitian untuk memeriksa bagian-bagian tertentu. Alasannya, sebagai sepatu yang hanya memiliki satu vamp samping atau bahkan tanpa vamp sama sekali, model ini hanya “menggenggam” atau ”mencengkeram” kaki penggunanya dengan bagian toe box dan quarter. Sehingga bagian belakang cenderung “tertinggal” setiap kali digunakan untuk melangkah.

Jika Anda memilih sepatu model d’Orsay yang bertumit rendah, atau diaplikasikan dengan style Ankle Strap, maka tidak ada lagi kesulitan untuk memilih. Karena sudah ada bagian tambahan yang berfungsi “mengikatkan” model d’Orsay ini ke kaki Anda. Sayangnya, kecantikan optimum model d’Orsay justru terletak pada desainnya yang minimalis, tanpa vamp, untuk menunjukkan sebanyak mungkin bagian kaki penggunanya.

Bagaimana cara memilih sepatu wanita model d’Orsay yang elegan ?

Penampilan Model d’Orsay yang paling elegan adalah dalam bentuk mid heel dengan ukuran maksimum, menggunakan Cone heel yang disiasati dengan top heel agak lebar untuk lebih menjamin keamanan penggunanya dan tanpa tambahan aplikasi lain. Berikut tips untuk dipertimbangkan sebelum membeli sepatu wanita dengan sentuhan d’Orsay.

Tips Memilih Sepatu Wanita Model d’Orsay

Anatomi d’Orsay tidak banyak berbeda dengan jenis dan model sepatu wanita lainnya, hanya saja terdapat bagian-bagian rawan yang perlu dicermati ketika memilih Model d’Orsay.

Tips Memilih Sepatu Wanita Model d’Orsay

01. Toe Box
Seperti semua sepatu jenis mid heel dan high heel, toe box adalah bagian vital yang bisa memberi banyak masalah. Baik dari aspek bahannya yang berkualitas rendah sehingga cepat melar. Atau dari aspek disainnya yang tidak sesuai dengan bentuk jari-jari kaki penggunanya. Pastikan seluruh jari kaki Anda dapat masuk ke toe box dengan pas dan nyaman. Karena kelak, toe box dan ujung kaki akan menjadi tumpuan untuk seluruh berat badan Anda.

Jika ujung kaki Anda berbentuk runcing, maka masalah terbesar sudah bisa dihindari. Tetapi jika berbentuk persegi, maka ibu jari dan kelingking harus bersiap mengalami penderitaan berat. Solusi untuk masalah ini adalah mengganti pilihan toe box yang berujung runcing dengan bulat. Atau pilih cara paling original, pesan model d’Orsay secara khusus.

Jika bahan toe box ini kurang berkualitas atau konstruksinya dengan sole kurang kuat, maka setelah dipakai beberapa kali akan menjadi melar. Dengan demikian posisi ujung kaki akan menjadi turun, dan bagian belakang kaki akan  “terlepas dari cengkeraman” quarter. Akibatnya, ketika berjalan dengan memakai sepatu ini akan sama persis seperti sedang menggunakan sandal jepit. Yakni bagian belakang sepatu akan “menyusul” tumit setiap kali habis melangkah, kesannya seperti memakai sepatu yang kebesaran

Tips Memilih Sepatu Wanita Model d’Orsay

02. Shank
Pilih shank yang keras dan kaku, bisa dirasakan oleh telapak kaki di saat kita mencoba memakainya. Shank berfungsi sebagai kerangka untuk membentuk model sepatu. Konstruksi shank yang agak melengkung mengikuti bentuk telapak kaki bisa menolong mendistribusikan berat badan secara lebih merata, sehingga tidak hanya menjadi beban ujung kaki.

Jika shank dibuat dari bahan yang kurang berkualitas, maka dalam waktu singkat bentuknya bisa cenderung menjadi datar. Maka selain bentuk sepatu juga turut berubah, kenyamanan di saat memakainya pun menjadi berkurang.

Tips Memilih Sepatu Wanita Model d’Orsay

03. Quarter
Pilih quarter yang  berbentuk seperti mangkuk, agak keras, tetapi memiliki lapisan permukaan yang lembut agar tidak mengakibatkan lecet dan secara meyakinkan bisa ”mencakup” tumit. Quarter memiliki fungsi penting untuk model d’Orsay, karena sekaligus mengambil alih fungsi vamp untuk tetap “memegang” kaki Anda di saat melangkah.

Tetapi jika d’Orsay diaplikasikan ke model high heel, maka posisi kaki yang nyaris seperti sedang berjingkit atau “jinjit” (Jawa) membuat bagian belakang kaki tidak bisa “dicakup” oleh quarter, maka ditambahkan style yang bisa berfungsi untuk tetap menahan sepatu ke telapak kaki penggunanya, biasanya style ankle strap. Karena itu semua model d’Orsay high heels selalu ditambahkan dengan ankle strap seperti pada ilustrasi di bagian akhir artikel ini.

04. Top Heel
Pilih heel model Cone yang memiliki top heel cukup luas, sehingga menambah rasa aman dan kenyamanan untuk melangkah.

Mudah-mudahan tips memilih sepatu wanita model d’Orsay ini bisa bermanfaat, setidaknya bisa dijadikan pertimbangan agar tidak sekedar menjadi konsumen korban produsen sepatu fashion. Tetapi menjadi konsumen yang cerdas dan berwawasan untuk memanfaatkan produk fashion, khususnya sepatu wanita agar benar-benar tampil elegan dan fashioned.

Tips Memilih Sepatu Wanita Model d’Orsay

February 09, 2015

Sepatu Wanita Model d’Orsay

by , in
Sepatu Wanita Model d’Orsay

d’Orsay, Model Klasik Dari Tahun 1838

Model sepatu wanita d’Orsay dinamakan seperti nama perancangnya Count Alfred D’orsay, seorang bangsawan Perancis yang menaruh minat pada dunia seni dan fashion.

Model d’Orsay adalah sepatu wanita yang diaplikasi dengan style d’Orsay. Persis seperti halnya Model Mary Jane, tidak peduli apakah jenis sepatu tersebut flat atau high heels, dan berbasis model kitten atau puppy, apabila ditambahkan dengan strap untuk pengaman kaki walaupun hanya dalam bentuk kecil maka langsung diklaim sebagai sepatu model Mary Jane.

Begitu pula jika pada sepasang sepatu wanita diaplikasi dengan style T-Bar, Ankle Strap atau Sling-Back, maka model sepatu tersebut seringkali dinamai dengan stylenya. Karena itu, seringkali sepasang sepatu model Puppy yang diaplikasi dengan style T-Bar dinamakan Model T-Bar, tetapi sekaligus juga
disebut Model Puppy.

Apa dan bagaimana style d’Orsay ?

D’orsay pada awalnya adalah sepatu wanita dengan style menggunakan vamp samping hanya pada bagian luar, karena sebelah dalamnya yang terbuka maka lekukan telapak kaki penggunanya akan terlihat dengan jelas, seperti dicontohkan gambar di bawah ini.

Sepatu Wanita Model d’Orsay

Tetapi sesuai dengan perkembangan fashion yang selalu menuntut pembaruan, pada tahap selanjutnya hadir sepatu dengan style tanpa memiliki vamp di samping dalam maupun luar sama sekali, alias memperlihatkan samping telapak kaki sebelah dalam dan luar sekaligus.

Sepatu Wanita Model d’Orsay

d’Orsay merupakan style yang cukup tua, atau lebih tepat disebut sebagai style klasik. Usianya lebih tua dari Mary Jane, bahkan dari Model Stiletto yang ditemukan pada awal tahun 1900-an. d’Orsay dirancang secara tidak sengaja pada tahun 1838 oleh Comte Alfred Grimod d'Orsay, seorang bangsawan Perancis yang menaruh minat terhadap seni dan fashion.

Count d’Orsay, demikian namanya sering disebut, bukan desainer profesional tetapi suka merancang busananya sendiri dan di lingkungannya dikenal sebagai pria yang fashioned, suka tampil trendi. Seringkali teman-teman wanitanya meminta saran mengenai busana yang mereka pakai, sehingga pada suatu saat seorang teman wanitanya meminta saran mengenai sepatu yang kurang nyaman dipakai akibat vampnya terlalu sempit.

d’Orsay segera memeriksa sepatu tersebut, nampaknya vamp bagian dalam menempel terlalu rapat pada shank di bagian tengah. Kebanyakan bagian itu dibentuk sesuai dengan pola telapak kaki, sehingga menjadi lebih sempit. Solusi yang disampaikan d’Orsay cukup unik, yakni memotong vamp di bagian sempit tersebut sehingga bisa digunakan dengan lebih nyaman. Bahkan lekukan telapak kaki penggunanya yang kemudian menjadi kelihatan itu justru menambah kesan seksi bagi penggunanya..

Ternyata tidak hanya teman d’Orsay  yang mengalami masalah serupa, beberapa wanita lain yang merasa kurang nyaman karena menggunakan sepatu dengan vamp yang terlalu sempit akhirnya ikut-ikutan memotong vamp samping sepatu mereka. Style yang sebenarnya merupakan sebuah solusi itu akhirnya diterapkan pada pembuatan sepatu wanita yang disebut sesuai dengan penemunya, d’Orsay.

d'Orsay, yang dikenal sebagai Comte d'Orsay atau Count Orsay adalah putra kedua dari Albert Gaspard Grimaud, salah seorang Jendral dari Napoleon Bonaparte yang dilahirkan pada 4 September 1801 di Paris, Perancis. Pada usia 20 tahun, d’Orsay mengikuti  jejak ayahnya dengan menjadi tentara Perancis. 

Dalam karirnya sebagai prajurit, d’Orsay sempat dipercaya sebagai pengawal Raja George IV dari Inggris. Ia pun sempat tinggal di London sampai tahun 1822. Sebagai salah seorang keluarga bangsawan yang memiliki cita rasa seni, d’Orsay di masa pemerintahan Napoleon III dipercaya untuk menjabat sebagai direktur Beaux-Arts. Tetapi jabatan yang sebenarnya sesuai bakat dan kecenderungannya itu hanya sempat dijalaninya selama beberapa bulan, karena tak lama kemudian d’Orsay terserang penyakit infeksi tulang balakang yang menyebabkan kematiannya tanggal 4 Agustus 1852 di rumah adiknya, Duchesse de Gramont, di Chambourcy, Yvelines, Prancis.

Style atau gaya d’Orsay yang menjadi peninggalannya di dunia fashion dan sekaligus mengabadikan namanya itu sering diaplikasikan pada model Stiletto atau Cone mid heels karena memang terkesan sangat elegan jika dibandingkan dengan aplikasi ke model lain. Sedangkan dari aspek keamanan penggunanya juga cukup memadai karena tidak termasuk kategori high heels. Model d’Orsay disukai para wanita karena bisa dipadukan dengan banyak model busana dan tidak mengesankan terlalu glamour dan ”norak”. Disamping itu, meskipun digunakan dalam berbagai kesempatan, d’Orsay bisa menjaga penggunanya tetap fashioned dan nampak elegan.

Semua jenis dan model sepatu wanita bisa diaplikasi dengan style d’Orsay,  atau dikombinasikan dengan style lain. Tetapi  tentu saja tidak semua model bisa memperoleh efek seksi dan elegan seperti jika diaplikasikan untuk model cone mid heels.

Sepatu Wanita Model d’Orsay