October 28, 2015

Style 2016 : Lace Up Flats

by , in
sepatu flat bertali lace up flats style 2016

2016: Masuknya Sepatu Prajurit Romawi

Lace up flats, sebutan untuk sepatu wanita hak datar atau flat bertali akan segera booming menyusul Chunky heels, karena model ini memberi solusi untuk tampil stylish hanya dengan memakai sepatu flat.


Flat atau sepatu wanita hak datar dengan style lace up belum banyak hadir sepanjang bulan September 2015 sampai akhir Maret 2016, karena rentang waktu tersebut merupakan musim gugur dan musim dingin bagi negara-negara di belahan bumi utara. Sehingga kebanyakan sepatu yang dipakai adalah model yang menutup rapat kaki penggunanya agar tidak kedinginan.

Sesuai dengan karakteristik lace up flats, sepatu ini memberi ruang terbuka pada seluruh bagian kaki, kecuali telapak kaki dan sedikit bagian tertentu sesuai dengan model yang diaplikasikan. Karena itu para wanita tidak akan memakainya sebelum dimulai musim panas pada tahun berikutnya, saat mereka membutuhkan perangkat fashion yang mampu untuk beradaptasi dengan cuaca kering dan panas.

Dari mana istilah lace up flats diadopsi ?

Seperti tradisi fashion yang berlaku selama ini, sepatu flat bertali tersebut akan diperagakan pada fashion week menjelang berakhirnya musim dingin pada bulan Maret 2016 untuk persiapan memasuki musim semi yang berlanjut dengan musim panas sampai September 2016. Diperkirakan para desainer akan lebih banyak menampilkan lace up flats dalam berbagai model dan style dibandingkan musim yang sama tahun lalu.

Pada fashion week sebelumnya, flat bertali ini sudah mulai diperagakan meskipun tidak sesuai untuk trend di musim dingin. Meskipun demikian, penampilannya sempat menarik minat para penyuka sepatu fashion, karena beberapa desain lace up flat memungkinkan untuk digunakan dalam penampilan casual dan resmi sekaligus.

Istilah lace up sendiri pada awalnya digunakan untuk menyebut sepatu pria bertali model Oxford yang berasal dari Skotlandia dan Irlandia. Di tempat asalnya sepatu ini lebih dikenal dengan sebutan Balmoral dan sudah ada sejak abad 17. Popularitasnya baru diperoleh gara-gara para mahasiswa Oxford University merasa bosan dengan sepatu mereka dan menggantinya dengan model Balmoral.

Tidak banyak dimodifikasi model sepatu dengan ciri memiliki lubang mata ikan (eyelets) di kedua belahannya untuk mengaitkan tali sepatu tersebut, pada awal tahun 1800 mulai banyak digunakan di kampus Oxford University. Pada perkembangan selanjutnya makin meluas ke luar kampus dan mereka yang berada di luar kampus, tanpa tahu persis asal usul model sepatu tersebut dengan gampangnya menyebut sebagai model Oxfords.

sepatu flat bertali
Balmoral yang tak memiliki banyak perbedaan dengan model Oxford

Setelah populer karena banyak dipakai di negara-negara Eropa sebagai sepatu resmi, Oxford mulai merambah ke Amerika pada awal abad 19. Pada tahun-tahun tersebut para wanita di Amerika mulai memperoleh kebebasan dalam hal berbusana, mereka sudah mulai menggunakan gaun lebih pendek yang tidak menyapu lantai, sehingga model sepatu yang dipakai juga harus diperhitungkan agar bisa tampil modis.

Meskipun para wanita bebas memakai sepatu model Oxford yang khas milik pria, tetapi mereka hanya menggunakannya untuk kesempatan tertentu karena pada tahun 1920 fashion sepatu dikuasai oleh Mary Jane dan dilanjutkan oleh model T-Bar yang mencapai puncak popularitasnya sampai tahun 1950. Tahun-tahun berikutnya mulai dikuasai oleh high heels.

Dalam kurun waktu tersebut sepatu model Oxford yang dipakai para wanita tidak banyak diaplikasi seperti saat ini, misalnya cone heels model boots bertali atau lace up flats. Lebih jelasnya adalah sepatu Oxford pria yang dipakai wanita. Dalam beberapa dokumen, penerbang wanita pertama dari AS, Amelia Earhart (1897-1937) yang memulai karir terbangnya pada awal 1920-an, banyak terekam mengenakan sepatu Oxford.


sepatu flat bertali lace up flats style 2016
Amelia Earhart sedang menaiki pesawat Beech-Nut jelang melintasi Atlantik.

Kapan Lace up flat diciptakan ?

Sedangkan sejarah lace up, dalam pengertian “lace up” yang saat ini digunakan sebagai istilah populer untuk menyebut sepatu flat bertali, jika dirunut akan memiliki sejarah yang sama tuanya dengan sejarah sepatu. Sepatu flat tertua yang menggunakan tali itu sudah dibuat pada tahun 3.500 SM. Sepatu flat bertali yang kini berusia 5.500 tahun tersebut ditemukan melalui penggalian arkeologi di Armenia dan dinamai Areni-1, sesuai dengan mana gua tempatnya ditemukan.


sepatu flat bertali lace up flats style 2016
Areni-1 sejak 5.500 tahun lalu sudah menggunakan tali sepatu.

Desain Areni-1 mirip dengan sepatu flat modern, solenya dibuat dari kulit dan memiliki upper dengan masing-masing tepinya diberi lubang untuk tempat tali yang berfungsi menutup sepatu sekaligus mengikatkannya pada kaki pengguna. Pada bagian belakang tumit juga dilakukan dengan cara yang sama, ditautkan dengan menggunakan tali sepatu melalui empat lubang berpasangan.

Dalam beberapa literatur tercatat bahwa tali sepatu diciptakan oleh Harvey Kennedy pada 27 Maret 1790. Tanggal tersebut memang menunjukkan waktu lebih awal dari kehadiran Oxfords, sangat mungkin Harvey mengajukan paten untuk model tertentu tali sepatu, bukan berarti sebagai orang pertama yang menciptakan tali sepatu.

Lace up flats atau flat bertali yang mulai menanjak popularitasnya lebih tepat jika disebut sebagai modifikasi dari sepatu yang dipakai oleh para tentara Romawi pada permulaan tahun Masehi. Jika dibandingkan dengan flat bertali saat ini, persamaan keduanya adalah pada bahan yang berasal dari kulit dan cara memakainya yang diikatkan pada pergelangan kaki hingga ke sekitar betis.


sepatu flat bertali lace up flats style 2016
Sepatu prajurit Romawi dengan lace up flat pada prinsipnya tidak berbeda.

Di jaman yang sama, sepatu mirip lace up flats dengan tali pengikat sampai di bawah paha dan lebih banyak difungsikan sebagai pelindung dalam peperangan juga dipakai oleh para gladiator saat bertarung dalam colosseum. Karena itu dalam sepatu fashion terdapat salah satu model sepatu bertali yang disebut gladiator. Sebutan tersebut sekaligus mengindikasikan dari mana sepatu tersebut diadopsi.

Flat bertali milik tentara Romawi dan para gladiator adalah salah satu mata rantai dari proses perkembangan sejarah sepatu. Dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, model sepatu tersebut telah mengalami berbagai modifikasi disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan teknologi pada setiap jamannya masing-masing.

Jika saat ini flat bertali kembali menjadi populer, bukan berarti selera fashion para wanita masa kini kembali mundur ke masa lalu, melainkan fashion sedang dalam proses berputar untuk “memperbaiki” salah satu model sepatu yang pernah populer di masa lalu. Proses tersebut, tentu saja berlangsung dalam tingkat kepekaan fashion yang berbeda didukung oleh teknologi mutakhir, baik dari bahan yang digunakan atau dalam cara produksinya.

Proses yang sama juga terjadi pada model Chunky yang pernah muncul di tahun 1970-an lalu “tenggelam” sekitar sepuluh tahun kemudian, kini hadir kembali dengan penampilan yang jauh lebih modis. Begitu pula halnya dengan sepatu flat bertali, jika di jaman Romawi sepatu tersebut tidak memiliki quarter, sehingga para prajurit harus mengikatkan tali lebih erat pada betis mereka, kini lace up flats tersebut menjadi sepatu wanita yang jauh lebih nyaman dan mudah digunakan.

Tidak hanya itu, lace up masa kini tampil dalam beragam aplikasi, mulai dari flat, low heels, mid heels hingga high heels. Sedangkan bahannya bisa dikombinasi dari berbagai material yang tidak bisa ditemukan oleh para prajurit Romawi. Sehingga andaikata mereka bisa menyaksikan hasil desainnya secara keseluruhan, lace up masa kini hanya layak dipakai oleh para dewi yang mereka sembah.

sepatu flat bertali lace up flats style 2016
Lace Up Flat penampilan sepatu flat yang seksi dan modis.

sepatu flat bertali lace up flats style 2016
Flat bertali yang mematahkan mitos bahwa sepatu flat kurang modis.

sepatu flat bertali lace up flats style 2016
Beragam lace up flat masa kini yang lebih stylish.

Tanda-tanda kehadiran flat bertali dengan penampilan yang lebih cantik sudah mulai nampak dalam beberapa bulan menjelang akhir tahun 2015. Cukup beralasan jika diprediksi bahwa flat bertali akan mengisi sebagian besar pasar sepatu fashion menjelang musim panas, Juni 2016. Dimana saat itu para penyuka fashion membutuhkan sepatu dengan desain terbuka, mudah dipakai tapi tetap bisa tampil modis.


Tags : sepatu-flat-bertali-lace-up-flats-style-2016


Referensi artikel “Stabilitas Sepatu High Heels” :
01. Oxford Shoe
02. Shoelaces History
03. In Ancient Rome, Children's Shoes Were a Status Symbol
04. What Is A Balmoral? A Boot
05. Crochet in Gros Islet
06. Amelia Earhart
07. 25 Best Shoes to Wear with Jeans for Different Looks
08. Top 5 Lace-Up Pointy Flats
October 23, 2015

Sepatu Flat Gucci 2015-2016

by , in

Model Sepatu Hak Datar Gucci
untuk Trend 2015-2016

Sepatu wanita hak datar dari Gucci untuk trend 2015-2016 hadir dalam desain kontemporer, tapi Alessandro Michele mampu mempertahankan penampilan dan ciri Gucci yang elegan.


Sepatu wanita dan pria hasil desain Gucci merupakan produk fashion yang tak bisa dipandang sebelah mata. Pasalnya, selain Gucci merupakan salah satu rumah mode tertua di Italia, para penerus Guccio Gucci memiliki tradisi yang kuat untuk mengutamakan kualitas sebagai salah satu ciri yang harus tetap dipertahankan.

Salah satu hasil desain Gucci yang terkenal dan menjadi ikon Gucci dalam produk sepatu fashion adalah model Horsebit Loafer, sepatu loafer dengan asesoris miniatur sanggurdi atau pijakan kaki pada pelana kuda. Model tersebut memiliki pangsa pasar tersendiri dan sampai sekarang assesoriesnya banyak ditiru oleh para desainer sepatu. Padahal model tersebut diperkenalkan Gucci pada tahun 1953.

Bagaimana sepatu fashion Gucci untuk trend 2015-2016 ?

Dikomandani oleh Direktur Kreatifnya yang baru, Alessandro Michele, nampaknya Gucci ingin lebih akrab di kalangan anak-anak muda. Kreasi yang identik dengan citra Gucci yakni kemapanan, konvensional dan eksklusif untuk musim ini ditinggalkan. Bagi kalangan fashion, karya Gucci kali ini memang beda dibandingkan saat diretur kreatifnya masih dijabat Frida Giannini.

Para model Gucci tampil casual karena perangkat fashion mereka bernuansa kontemporer tapi stylish. Michele sebagai generasi penerus yang lebih toleran terhadap gaya anak-anak muda nampaknya dengan sengaja ingin menampilkan Gucci ke kalangan fashion yang lain dengan tetap mempertahankan ciri rumah mode yang dibangun sejak tahun 1921 itu, yakni tetap berkelas.

Dalam fashion week fall winter 2015-2016 tersebut, para penyuka fashion tak menemukan sepatu yang identik dengan gaya hidup berkelas dan glamor, tidak ada satu pun high heel yang dipakai para model, bahkan juga mid heels dan low heels. Melainkan semuanya memakai sepatu wanita hak datar alias flat. Tetapi flat yang dihasilkan para desainer Guccu adalah flat modern yang dilengkapi hak untuk memelihara kesehatan kaki penggunanya.

Elemen utama dan dominan yang membedakan flat Gucci untuk trend 2015-2016 adalah aplikasi bahan sepatu yang memberi kesan hangat terhadap kaki para pemakainya, yaitu wool, suede dan bulu. Seluruh flat yang diaplikasi mulai dari style slingback, slip-on sampai clogs tidak lepas dari sentuhan material tersebut.

Beberapa desain memang memberikan penampilan baru yang berbeda. Ada yang cukup matching karena didesain secara terintegratif, sebagaian terkesan dipaksakan karena nampaknya sekedar ditempel bulu-bulu agar menjadi flat yang berbeda. Tetapi pada saat diperagakan oleh para model dengan perangkat fashion yang telah dirancang secara detil dan matang, maka secara keseluruhan memberikan penampilan Gucci yang kontemporer dan berbeda.

Bagaimana sepatu hak datar Gucci untuk trend 2015-2016 memberi aksen pada penampilan pemakainya ?


Flat berbulu ini menjadi sepasang sepatu wanita yang benar-benar matching digunakan oleh model dengan busana amat casual. Didesain menjadi sepatu berbulu, bukan “sepatu yang ditempeli bulu” membuat flat ini mampu menjadi sentuhan akhir yang sangat kuat untuk pilihan busana santai, tapi stylish.

Flat ini tidak bisa “berdiri sendiri” atau dipakai tanpa padanan busana yang tepat, untuk memilih model busana yang sesuai diperlukan kepekaan fashion yang cukup tinggi. Jika dipakai sembarangan atau asal pakai, bukan kesan casual yang akan diperoleh, melainkan kesan amburadul dan pemakainya nampak seperti akan mengikuti carnaval.


Horsebit Loafers yang dimodifikasi menjadi selop ini memang nampak tidak begitu atraktif karena bulu-bulu yang digunakan tidak terlalu rimbun. Flat ini lebih adaptif terhadap semua model busana, pemakainya tidak perlu mengalami kesulitan untuk menyesuaikan busana dengan sepatu, karena flat ini bisa menyesuaikan diri dengan semua model busana. 

Horsebit yang menjadi ciri khas loafer buatan Gucci memberi identitas dan status bahwa flat ini memiliki kualitas dan berasal dari kelas atas, meskipun kelihatan kumuh karena bulu-bulu yang berjuntaian ke lantai penuh dengan debu dan berbagai kotoran.


Mirip dengan model flat sebelumnya, diaplikasi dari model Clogs dengan tetap mempertahankan platformnya yang khas dan variasi sling back untuk memperkuat pegangan kaki, flat ini nampak lebih stylish. Asesoris berupa kepala paku yang nampak menonjol seolah-olah digunakan untuk menempelkan upper menumbuhkan nuansa maskulin.

Bulu-bulu yang ditambahkan pada flat ini lebih integralistik, sehingga terkesan menjadi salah satu elemen dari keseluruhan desain. Efeknya  memperkaya sentuhan estetik, apalagi posisinya berdekatan dengan asesori berupa horsebit yang sudah menjadi ikon Gucci. Komposisi simetris antara kulit kaki pemakai, bulu-bulu dan horsebit keemasan yang menonjol dilatarbelakangi kulit upper warna gelap membuat flat ini mampu mendukung penampilan pemakainya menjadi sangat elegan.


Diaplikasi dengan model boots dengan hak rendah setinggi kurang lebih dengan batas minimal low heels, model ini menjadi sangat unik dan berbeda. Variasi rajutan atau lace up yang sedang trend dilengkapi “sepasang bola” yang ikut berayun setiap kali melangkah membuat model sepatu ini menjadi sangat atraktif.

Siapa pun yang sedang berada di depan pengguna akan “terhipnotis” untuk memandang ke bawah. Karena itu, kaki pengguna harus benar-benar mulus karena akan menjadi fokus perhatian. Meskipun terkesan didesain secara main-main untuk tujuan casual, model ini merupakan hasil desain yang kreatif, tidak saja terkesan styilish, tetapi juga elegan.


Model ini merupakan kreasi Gucci yang paling “membumi”, sederhana, fungsional dan dapat dipakai oleh siapa saja. Didesain berbasis sandal dan diaplikasi dengan strap Mary Jane berukuran besar dan disambung menjadi sling back, dilengkapi heels model chunky memberi efek keseimbangan dan keamanan yang tinggi untuk pemakainya.

Selain menampilkan model-model tersebut untuk trend 2015-2016, Gucci juga memiliki beberapa koleksi yang berbeda warna dan tetap mencerminkan Gucci yang elegan.







Referensi & Foto :
Gucci Shoes At Milan Fashion Week Fall Winter 2015-2016
Milan Fashion Week Fall 2015
Alessandro Michele makes Gucci debut
Classic Since 1953: The Gucci Horsebit Loafer’s 60th Anniversary
October 16, 2015

Wedges Boots Trend 2015-2016

by , in
Wedges Boots Trend 2015-2016

Model Wedges Fendi Trend 2015-2016
Dengan Platform Baru, Stylish Dan Fungsional

Wedges Boots dari Fendi untuk Trend 2015-2016 hadir dengan platform baru, lebih aman dan berpenampilan elegan


Wedges boots merupakan salah satu model pilihan paling tepat untuk menghadapi musim dingin di belahan bumi sebelah utara yang dimulai akhir September sampai akhir Desember. Alasannya, sepatu boots dirancang untuk melindungi kaki secara optimal, karena itu bagian uppernya dinaikkan sampai di atas mata kaki. Ada yang sampai ke betis bahkan sampai di paha.

Meskipun untuk pelindung kaki bisa diganti dengan kaus kaki tebal, sepatu boot lebih mampu memberikan perlindungan secara menyeluruh dan cara memakainya pun lebih praktis. Jika masih kurang hangat bisa ditambah dengan memakai kaus kaki sebelum menggunakan sepatu boots. Diluar musim dingin, sepatu boots tetap diperlukan oleh mereka yang memerlukan fungsinya sebagai pelindung kaki.

Apa yang membuat sepatu boots wanita berbeda ?

Meskipun sesama boot, sepatu boots untuk wanita berbeda dengan boot yang digunakan para pekerja proyek. Boot mereka mengutamakan kelenturan dan kekuatan agar selain bisa digunakan bergerak secara leluasa untuk menangani berbagai jenis pekerjaan, juga cukup kuat untuk melindungi kaki.

Sementara sepatu boot yang biasa digunakan tentara juga berbeda, pada umumnya bagian sole boot yang dipakai militer ditambah dengan lapisan baja untuk lebih menjamin keamanan kaki. Kondisi medan yang tidak bisa diprediksi membuat sepatu boots militer dirancang dengan bahan yang paling kuat. Akibatnya sepatu boots militer terhitung memiliki bobot yang paling berat.

Jika teknologi menemukan bahan baru yang lebih ringan dan kuat, maka sangat mungkin bahan-bahan sepatu boots baik untuk pekerja proyek maupun militer dirubah secara total agar kenyamanan penggunanya menjadi lebih optimal. Karena kekurangnyamanan bisa terkorelasi dengan konsentrasi, dan konsentrasi bisa mempengaruhi tingkat kinerja seseorang.

Semua model sepatu boots tersebut pada umumnya mengaplikasikan sole flat dengan batas ketinggian tumit maksimal 3,5 Cm. Pada ukuran tersebut aspek kenyamanan dan stabilitas sepatu masih dapat dipertahankan dengan baik. Sangat berbeda dengan sepatu boots fashion, terutama yang dirancang untuk memperoleh aspek estetik secara optimal, sehingga desainernya berani mengorbankan aspek kenyamanan dan stabilitas.

Wedges Boots Fendi Trend 2015-2016

Wedges Boots Wanita Trend 2015-2016

Wedges boots wanita yang ditampilkan rumah mode milik Silvia Venturini Fendi, atau lebih dikenal dengan brand Fendi, pada fashion week untuk fall winter atau musim gugur dan musim dingin sampai akhir Maret 2016 merupakan sepatu boots fashion yang memenuhi seluruh aspek. Mulai dari aspek estetika, fungsinya dalam melindungi dan menghangatkan kaki pengguna sampai pada aspek stabilitasnya.

Menggunakan platform Wedges dengan style baru yang khas Fendi, membuat boots ini benar-benar tampil berbeda. Tak terkesan sebagai wedges, karena meskipun pada prinsipnya platform yang digunakan tersebut tersambung dari heels sampai di bagian ujung jari kaki tetapi secara visual mengesankan terpisah akibat dirancang dengan material dan bentuk yang berbeda.

Platform di bawah tumit pada bagian permukaan yang menyentuh lantai didesain dengan ukuran yang cukup luas, sehingga memiliki stabilitas yang cukup memadai meskipun sebenarnya ketinggian tumit pemakainya masuk dalam kategori high heels. Dirancang dengan beragam penampilan, wedges boots Fendi ini seluruhnya menggunakan style platform yang sama.

Beberapa dari wedges boots ini dirancang menggunakan variasi dari bahan kulit, suede dan bulu kuda. Wedges boots yang menggunakan bahan dari bulu mengesankan mampu memberi rasa hangat terhadap pemakainya. Sedangkan platform atau “heels” didesain dari lucite atau acrylic yang berkualitas tinggi memiliki sifat ringan dan kuat.

Fendi Wedges Boots Trend 2015-2016

Wedges Boots Trend 2015-2016

Wedges boots yang ditampilkan Fendi ini mampu menjadi perangkat fashion terbaik untuk menghadapi musim gugur dan musim dingin tahun 2015-2016 karena memenuhi semua aspek yang dibutuhkan dalam fungsinya sebagai sepatu boots. Lebih dari itu heels yang dirancang dengan style berbeda dan sama sekali baru merupakan nilai lebih yang menjadi tuntutan dunia fashion.




Keyword : wedges-boots-trend-2015-2016

Artikel Terkait dengan “Model Wedges Fendi Trend 2015-2016 ” :


Trend Model Wedges 2015-2016, Reinkarnasi Tahun 1939
Model Wedges Ferragamo yang ditawarkan sebagai trend 2015-2016 merupakan reinkarnasi Wedges rancangan tahun 1939, tanpa platform, tetapi lebih stylish dan terkesan aritokratis. Selain itu Ferragamo juga menawarkan heels dengan style baru yang belum pernah dirilis.

”Trend Model Italia 2015-2016 Wedges Gaya Italia Trend 2015 - Maret 2016
Model Wedges untuk trend 2015-2016 yang dihadirkan oleh Fendi adalah aplikasi booties yang fungsional dan estetik. Marni yuga mendisain Wedges booties yang sangat feminin, sementara Max Mara tetap mempertahankan platform khas Wedges dengan bagian upper diaplikasi model sepatu pria.

Trend Wedges Ala Paris Sampai Maret 2016
Model Wedges yang ditawarkan sebagai trend 2015-2016 oleh para desainer Paris, yakni Chitose Abe, Rick Owens dan Vivienne Westwood merupakan model dan aplikasi Wedges dengan sentuhan kreatif tetapi tetap menampakkan karakteristik Wedges yang berupa sole tunggal.

Wedges Gaya New York untuk Trend 2015-2016
Model Wedges New York untuk trend 2015-2016 memiliki ciri yang sama, yakni tanpa platform. Wedges Max Azria berkonsep fleksibilitas, Wedges Anna Sui didesain konsisten untuk musim dingin, sedangkan Tommy Hilfiger mengaplikasi wedgesnya dengan model man shoes.

Referensi dan Foto “Model Wedges Fendi Trend 2015-2016” :
Autumn/Winter 2015-16 Ready-To-Wear Fendi
Milan Fashion Week Fall-Winter 2015-2016
Silvia Venturini Fendi
Fendi Roma
Fendi, Wikipedia
October 15, 2015

Sepatu Chanel Wanita

by , in
Sepatu Chanel Wanita

Untuk Trend 2015-2016
Chanel Hadirkan Sang Legenda Two Tone

Sepatu Chanel wanita untuk trend 2015-2016 yang ditawarkan Rumah Mode dari Paris ini adalah The Two Tone, dirancang sendiri oleh Coco Chanel pada tahun 1957.


Sepatu wanita The Chanel Two Tone yang dirancang sendiri oleh Coco Chanel pada tahun 1957 ditampilkan secara dominan dalam peragaan Fashion Week Fall Winter 2015-2016 yang digelar di Milan. Beberapa model terkenal, diantaranya Cara Delevingne dan Kendall Jenner berulang kali tampil dengan gaun yang berbeda. Tetapi sepatu yang dipakainya hanya satu model : The Two Tone Sling Back.

Sepatu wanita dari Chanel ini dikenal sebagai salah satu legenda fashion, karena sejak didesain sendiri oleh Coco Chanel sudah beberapa kali ditampilkan dan selalu mendapat respon positif dari pasar fashion, khususnya para penyuka sepatu keluaran Rumah Mode terkenal asal Perancis itu. Di jamannya, Coco Chanel yang lahir dengan nama Gabrielle Bonheur Chanel memang kurang suka sepatu high heels. The Two Tone mencerminkan sikapnya itu.

Apa saja kelebihan The Two Tone ?

Meskipun secara pribadi lebih menyukai mid heels, tetapi sebagai pemilik rumah mode yang berlokasi di pusat fashion dunia, Chanel juga mendisain beberapa model high heels, tentunya dirancang dengan memprioritaskan kenyamanan dan keamanan semaksimal mungkin, penampilan high heelsnya yang tidak terbilang ekstrim. Sepatu wanita hanyalah salah satu bagian dari banyak produk fashion yang dihasilkan oleh Rumah Mode Coco Chanel.

Berbeda dengan sepatu yang menjadi ikon para desainer lain, misalnya Salvatore Ferragamo yang  identik dengan bentuk sole sepatu model Wedges, The Two Tone bisa hadir dalam berbagai jenis dan model sepatu wanita, karena The Two Tone adalah kombinasi warna hitam dan beige. Sehingga jika saat ini model Chunky sedang menjadi trend, maka The Two Tone bisa hadir dalam berbagai style Chungky.

Begitu pula ketika beberapa tahun terakhir saat Chunky mulai naik daun, Karl Lagerfeld Direktur Kreatif dan penerus Coco Chanel menampilkan  kembali The Two Tone. Istimewanya, The Two Tone nyaris tidak mengaplikasi Chunky untuk heelnya, tapi menampilkan kembali The Two Tone Sling Back rancangan Coco Chanel pada tahun 1957, heelsnya sudah memakai model Chunky.

Sepatu Chanel Wanita The Two Tone Sling Back
Model The Two Tone Sling Back yang beberapa kali hadir dan tetap stylish.

Tidak berbeda dengan tahun 1957 The Two Tone juga dibuat oleh Massaro, toko dan perajin sepatu yang punya kebiasaan menyimpan sepasang sepatu dari rumah mode yang memesannya, hingga kini juga masih menyimpan sepasang The Two Tone Sling Back pesanan Mademoiselle Chanel di tahun 1957. Di masa lalu sepatu yang dibuat oleh Massaro itu dipakai para selebriti seperti Gina Lollobrigida, Catherine Deneuve dan Romy Schneider.

The Two Tone Sling Back tidak mencerminkan pendapat bahwa trend mode berlangsung seperti roda yang berputar, suatu saat akan kembali, pada umumnya setelah mode tersebut mengalami modifikasi. Tetapi The Two Tone Sling Back benar-benar sepatu dari masa lalu yang hadir kembali untuk menjadi trend di tahun 2015-2016. Persis seperti tahun 1957, desainnya berasal dari rumah mode yang sama dan dibuat oleh toko sepatu yang sama.



Didesain model Chunky dengan ukuran heels yang menjadi favorit  Chanel, yakni sekitar 6 Cm, membuat sepatu wanita ini memiliki stabilitas yang sangat tinggi. Artinya, menjamin kenyamanan dan keamanan untuk digunakan dalam berbagai aktivitas. Style round toe yang cenderung meruncing untuk mempertahankan aspek estetikanya masih memberikan ruang pada ujung jari kaki untuk tidak saling berhimpitan.

Aplikasi style d’Orsay dan sling back membuat sepatu ini memberikan ruang terbuka untuk kaki penggunanya secara maksimal, hal ini bisa membuat pemakainya merasa lebih santai. Sedangkan warna hitam dan beige yang merupakan kombinasi antara warna netral dan lembut, membuatnya seperti yang diinginkan oleh Mademoiselle Chanel, yakni menjadi sentuhan akhir untuk bisa tampil secara elegan.

Sepatu Chanel Wanita The Two Tone Sling Back

Sepatu Chanel Wanita Two Tone Sling Back

Sepatu Chanel The Two Tone Sling Back



Referensi & Foto:
How the Perfect Chanel Two-Toned Shoe Gets Made
Chanel Two-Tone Shoe
Chanel Fall/Winter 2015-2016 Collection – Paris Fashion Week
October 14, 2015

Sepatu Coco Chanel The Two Tone

by , in
Sepatu Coco Chanel The Two Tone

The Two Tone,
Legenda Sepatu Wanita Coco Chanel

Sepatu Coco Chanel untuk wanita, The Two Tone, menjadi salah satu legenda dalam dunia fashion. Hasil desain Chanel dari tahun 1957 itu sewaktu-waktu bisa hadir dalam fashion week dan menjadi trend.


Sepatu wanita Chanel The Two Tone memiliki karakteristik yang mudah dikenali oleh para wanita, khususnya penggemar hasil desainer Coco Chanel. Bukan hanya karena sepatu tersebut menjadi ikon Desainer dan Rumah mode di Paris yang kesohor itu, tetapi juga sudah diperkenalkan sejak tahun 1957 dan secara periodik The Two Tone hadir pada penyelenggaraan fashion week di Paris, bersaing dengan karya Dior, Lanvin, Louis Vuitton, Balenciaga, Yves Saint Laurent dan sederet nama besar di dunia fashion.

Jika Salvatore Ferragamo punya wedges, hasil penemuannya sehingga menjadi ikon Ferragamo di dunia sepatu fashion, sedangkan Christian Louboutin dikenal dengan sol merahnya. Ikon sol merah tersebut makin populer didongkrak oleh pertikaiannya dengan Yvest Saint Laurent karena salah satu desain high heelsnya juga menggunakan sol warna merah, perkaranya sampai berlanjut ke pengadilan. Maka The Chanel Two Tone punya kisah tersendiri yang unik.

Bagaimana proses Coco Chanel menciptakan The Two Tone ?

The Two Tone Shoes, mungkin terjemahan dalam bahasa Indonesianya adalah “Sepatu Dua Nada”. Soalnya desain sepatu ini didominasi dua warna pilihan Chanel, yakni hitam dan beige yang kurang lebih adalah campuran warna kuning tua keputih-putihan yang sama sekali bukan kuning, juga bukan putih. Warna ini sudah menjadi identik dengan warna sepatu Coco Chanel, meskipun wanita kelahiran tahun 1883 ini juga mendisain sepatu dengan model dan warna-warna lain.

Ide untuk mendesain The Two Tone muncul saat Coco Chanel bermain golf dengan The Duke of Westminster. Jika lawan mainnya benar-benar berkonsentrasi pada bola golf, lain halnya dengan Coco Chanel yang perhatiannya juga terpecah karena memperhatikan sepatu Duke of Westminster dan sepatunya sendiri. Meskipun lapangan golf merupakan hamparan rumput, tak urung ujung sepatu yang mereka pakai tidak terhindar dari sentuhan tanah dan pasir, terutama bagian ujung sepatu menjadi nampak kotor.

Kenyataan itu sangat mengusik Coco Chanel. Sebagai desainer sepatu yang memperhatikan kontribusi sepatu dalam penampilan seseorang, kemudian disimpulkannya dalam ucapan Chanel yang selalu diingat kalangan fashion hingga saat ini. “A woman with good shoes is never ugly,” demikian ungkap Chanel. Bagi desainer asal Perancis ini, sepatu adalah bagian terakhir yang akan menentukan penampilan seseorang setelah semua perangkat fashion dikenakan.

Karena itu, ujung sepatu yang sedikit nampak kotor saat dipakai, mungkin kurang menjadi perhatian banyak orang. Tetapi bagi seorang Coco Chanel yang fokus perhatiannya tertuju pada kesempurnaan penampilan, hal itu menjadi masalah besar yang terus mengganggu pikirannya. Dari sini kemudian timbul ide untuk mendisain sepatu diaplikasi cap toe berwarna hitam. Dengan demikian jika terkena kotoran, maka tak akan begitu nampak. Sementara warna beige akan mengakibatkan efek kontras, sehingga secara visual akan mengalihkan perhatian orang pada penampilan sepatu tersebut secara keseluruhan.

Dipilihnya desain pointed toe selain dalam fungsinya bisa memperkecil ruang yang rawan terkena kotoran, sekaligus akan memberi kesan pemakainya memiliki kaki yang jenjang dan langsing. Dengan sentuhan dua warna, hitam dan beige membuat The Two Tone yang didesain sendiri oleh Coco Chanel pada tahun 1957 ini nampak tampil berbeda tapi tetap memiliki kesan lembut dan elegan.

Berhasil memperoleh respon positif dari masyarakat fashion, Coco Chanel kemudian mengembangkan beberapa model sepatu fashion dengan model dan aplikasi style yang berbeda-beda, tetapi tetap menggunakan variasi warna hitam dan beige. Tradisi itu dilanjutkannya pada setiap penyelenggaraan fashion week, kadang-kadang beberapa musin dilewati lalu The Two Tone hadir kembali sesuai dengan kecenderungan trend yang berlaku saat itu.

Sepatu Wanita Coco Chanel The Two Tone
Karakter The Two Tone adalah warna hitam dan beige, model dan stylenya bisa beragam.

Sepatu wanita Chanel The Two Tone tidak hanya merebut hati para penyuka fashion, tetapi juga merambah ke kalangan selebriti khususnya para superstar dari Hollywood. The Two Tone menjadi ikut terpromosikan secara eksklusif dan sekaligus mengokohkan sepatu warna hitam dan beige tersebut menjadi salah satu ikon Choco Chanel. Hingga saat ini setelah sang desainer meninggal dunia, 10 Januari 1971 dalam usia 87 tahun, The Two Tone menjadi ikon abadi Coco Chanel.

Sepatu  Chanel Wanita The Two Tone
Aktris Italia Gina Lollobrigida dan para model Coco Chanel sepatu Two Tone.

Salah satu model The Two Tone yang dirilis Chanel untuk trend 2012-1013 adalah pumps shoes dengan aplikasi strap T-bar style. Sepatu fashion ini sekaligus menandai ekspansi Coco Chanel ke Dubai karena pada saat itu, tepatnya Desember 2012, Chanel mulai memperkenalkan hasil karyanya ke negara di kawasan timur tengah itu dengan membuka butiknya di Dubai Mall.

Seperti butik-butik Chanel di beberapa negara, interior dan eksterior yang dirancang Arsitek dari New York, Pater Marino, mencerminkan tiga unsur esensi Chanel : mewah, elegan dan sekaligus modern. Dari ruang untuk menerima klien hingga ke ruang penjualan produk didesain dengan warna dominan hitam dan emas sehingga mendukung kesan eksklusif produk-produk Chanel.

Sepatu Wanita Chanel The Two Tone
Penampilan The Two Tone dalam pumps shoes high heels berlatar belakang Butik Chanel di Dubai.

Seperti pernah diucapkan Chanel “Anda bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik dengan cara gratis, tetapi untuk mendapatkan yang lebih baik Anda harus membayar lebih mahal.” Konsekuen dengan ucapannya, sepatu Chanel hingga saat ini dikerjakan oleh Massaro, toko sepatu yang dibangun pada tahun 1894 oleh Raymond Massaro, tetapi kini lebih banyak mengerjakan sepatu custom.

Massaro telah membuat sepatu Coco Chanel sejak The Two Tone diciptakan pada tahun 1957. Toko Sepatu dari abad ke 18 itu masih mempertahankan pembuatan sepatu secara tradisional dengan peralatan kuno. Tak ada sentuhan teknologi modern di Massaro, produk yang dipesan dari Massaro lebih cenderung merupakan hasil kerajinan tangan dari para pekerjanya yang berjumlah 14 orang.

Selain mengerjakan sepatu pesanan Chanel selama puluhan tahun, pelanggan Massaro dari kalangan desainer dan rumah mode adalah Jean Paul Gaultier dan Thierry Mugler. Massaro juga dikenal sebagai pembuat sepatu eksklusif untuk pada bintang film. Pelanggan Massaro diantaranya adalah Marlene Dietrich, Barbara Hutton dan Elizabeth Taylor.

Sepatu Coco Chanel The Two Tone dibuat Massaro
Suasana di Massaro, tempat sepatu Chanel diproduksi dengan cara tradisional

Sepatu wanita Coco Chanel The Two Tone
Pekerja di Massaro yang mengandalkan keahlian dari cara kerja abad 18

Dari proses pemesanan sampai menjadi sepasang sepatu memerlukan waktu cukup lama. Monsieur Philippe Atienza, pengelola Massaro lebih dulu akan mendiskusikan pesanan klien, setiap tahap pengerjaan selalu disertai dengan konsultasi. Dengan demikian tiap detil bisa diselesaikan dengan sempurna dan kenyamanan pemakainya bisa diberikan secara optimal.

Untuk sebuah prototipe yang akan digunakan sebagai acuan pengerjaan selanjutnya, Massaro membutuhkan waktu sekitar satu bulan. Selama tiga minggu lebih banyak digunakan untuk melakukan diskusi tentang desain dan revisi. Meskipun cara pembuatan sepatu secara tradisional ini lebih banyak menghabiskan waktu, tetapi lebih disukai Coco Chanel, sehingga hanya Massaro yang dipercaya untuk mengerjakan sepatu Coco Chanel.

Sepatu Chanel wanita yang lebih berorientasi pada tujuan fashion pada dasarnya merupakan produk yang dihasilkan dengan cara pembuatan sepatu di abad 18. Bahkan sampai sepeninggal Coco Chanel, tradisi tersebut tetap dipertahankan oleh Karl Lagerfeld, Direktur Kreatif yang juga mengelola Rumah Mode Coco Chanel. Demikian pula dalam fashion week untuk musim gugur dan musim dingin 2015-2016 ketika Chanel menghadirkan kembali The Two Tone dari tahun 1957, sepatu tersebut juga dikerjakan oleh para perajin Massaro seperti 58 tahun yang lalu.


Referensi & Foto :
1957 Two Tone Shoes
The Two Tone Shoes
Coco Chanel Inside The Massaro With Chanel
Chanel Opens Shoe Corner in The Dubai Mall’s Level Shoe District
October 13, 2015

Sepatu Prada Wanita Miu Miu

by , in

Miu Miu Chunky Heels Dari Prada
Untuk Trend 2015-2016

Sepatu Prada wanita untuk trend 2015-2016 dari Miu Miu bisa menjadi pilihan terbaik karena tidak hanya elegan, tetapi juga ergonomis dan layak pakai untuk segala segmen.


Chunky heels untuk trend hingga pertengahan tahun 2016 tampil lebih stylish meskipun beberapa diantaranya mengadopsi bentuk heel kuno yang digunakan Louis XIV dari abad 16. Jika Chunky pada musim sebelumnya banyak diaplikasikan untuk high heels, kini mulai tampil dalam kategori mid heels. Hampir semua desainer memiliki model-model Chunky yang diandalkan untuk merebut pasar fashion, paling tidak untuk kurun waktu sampai pertengahan tahun 2016.

Mencermati model Chunky yang yang ditawarkan selama penyelenggaraan Fashion Week Fall-Winter 2015-2016 mulai dari Milan hingga New York terdapat banyak desain yang lebih memiliki keunggulan di segi estetika, tapi masih mengabaikan kenyamanan. Sementara desain lainnya lebih mengutamakan kenyamanan, tapi berdampak pada penampilannya yang menjadi kurang modis.

Mengapa aplikasi model Chunky untuk mid heels menjadi pilihan utama ?

Bisa dipastikan bahwa semua wanita pengguna sepatu bisa akrab dengan mid heels, karena pada umumnya low heels sudah diaplikasikan ke berbagai model sepatu wanita yang digunakan untuk keperluan sehari-hari, mulai dari siswi sekolah menengah atas sampai karyawati dan ibu-ibu. Jika kemudian mereka beralih ke sepatu mid heels, apalagi untuk mid heels ukuran terendah yang berselisih hanya beberapa milimeter dengan low heels, mereka tidak perlu melakukan penyesuaian.

Sedangkan pengguna high heels akan lebih mudah dan jauh lebih nyaman jika beralih ke mid heels. Karena mereka sudah memiliki kemampuan reflek yang cukup tinggi, maka untuk beralih menggunakan sepatu berukuran lebih rendah, apalagi dengan top heel yang luas akan merasa lebih nyaman dan aman untuk melakukan beragam aktivitas.

Khusus untuk kategori mid heels, model Chunky yang paling menarik karena memiliki keunggulan dalam aspek estetika, menonjolkan karakter feminin dan aspek kenyamanan. Selebihnya adalah aspek kelayakan untuk bisa dipakai oleh konsumen dari berbagai kalangan wanita adalah hasil desain Miuccia Prada, model Chunky tersebut memiliki aspek kenyamanan optimal untuk sepatu fashion karena selain menggunakan heels berukuran antara low heels dan mid heels, juga memiliki semua kriteria estetika dan fungsi nyaris sempurna.

Sepatu wanita hasil desain Rumah Mode Prada itu menggunakan merk Miu Miu, kependekan nama Miuccia Prada yang juga pewaris dari Mario Prada pendiri rumah mode kelas dunia yang didirikan pada tahun 1913 di Milan, Italia. Saat Miuccia menerima warisan bisnis fashion dari sang kakek pada tahun 1978, hasil penjualan produk Rumah Mode Prada sudah mencapai 400 ribu dollas AS

Meskipun Miuccia tidak memiliki latar belakang pendidikan mode, tetapi bersama suaminya, Patrizio Bertelli, berhasil mengembangkan dan memperluas bisnis Prada. Miuccia menangani produk dengan membuat desain-desain baru yang khas Prada, sementara suaminya menangani berbagai masalah manajemen, terutama pemasaran.

Hasilnya, pada tahun 2000, penjualan Prada berkembang pesat hingga mencapai 1.55 miliar dolar AS. Saat ini, produk Prada telah dikenal di seluruh dunia dan dijual melalui butik-butik Prada yang tersebar di berbagai negara, di antaranya Indonesia. Butik Prada di Indonesia terdapat di Plaza Senayan dan Plaza Indonesia.

Miu Miu adalah merk yang diciptakan Miuccia Prada di tahun 1992 untuk produk fashion yang khusus ditujukan ke konsumen berusia muda, karena itu produk berlabel Miu Miu cenderung didesain untuk selera kaum muda yang tidak terlalu resmi, cenderung memasukkan elemen-elemen casual dan ditawarkan dengan harga yang sesuai kantong kosumennya.

Chunky heels trend 2016 untuk kategori mid heels hasil desain Miuchia Prada boleh dibilang merupakan model yang paling dapat diunggulkan, karena tergolong original. Sepatu wanita tersebut diaplikasi hak model Chunky setinggi 6,5 Cm, memiliki vamp rendah dan dilengkapi strap Mary Jane dimodifikasi berukuran lebar dalam bentuk ikat pinggang lengkap dengan buckle atau gesper yang juga berukuran besar.




Seperti halnya banyak desainer, Miu Miu nampaknya juga masih belum meninggalkan style pointed toe yang identik dengan kecantikan sepatu. Sentuhan pointed toe tidak hanya untuk kategori high heels, tetapi juga pada beberapa mid heels dan low heels. Sentuhan lain yang membuat desain ini paling original selain chunky dengan vamp rendah dan strap Mary Jane berukuran lebar adalah kombinasi warna-warna yang digunakan Miuccia.



Meskipun aplikasi model Chunky mid heels dengan pointed toe mampu memberian penampilan yang sangat elegan, tetapi di sisi lain bisa menyebabkan kurang nyaman untuk ujung jari-jari kaki.

Salah satu desain terbaik Miu Miu untuk model Chunky yang ditawarkan sebagai trends 2015-2016 dan sekaligus boleh dibilang sebagai master piece adalah model Chunky mid heels yang benar-benar sempurna karena didesain sangat ergonomis seperti berikut ini :


Sepatu Prada wanita Miu Miu Chungky heels untuk trend 2015-2016 ini masuk dalam kategori vintage yang berciri sederhana dan praktis dalam warna terang tapi tidak norak. Selain mendesain dengan style pointed toe dan round toe, khusus untuk desainnya ini Miuchia dengan berani memilih square toe untuk style bagian depan. Padahal style ini termasuk “tabu” dalam sepatu fashion karena memberikan kesan kaku dan tidak stylish, meskipun sebenarnya sangat ergonomis.

Triknya, Miuchia mendisain square-nya dengan ujung yang tidak berbentuk persegi, melainkan diganti dengan lengkungan tidak terlalu tajam dan lebih tipis di bagian paling depan, agar lebih terkesan sebagai round toe. Kemudian mengadopsi style Mary Jane yang diimplementasikan dengan sentuhan kontemporer mirip ikat pinggang lebar lengkap dengan gesper persagi berukuran besar. Selain berfungsi untuk memperkuat pegangan kaki, strap ini sekaligus menjadi assesori yang membuat penampilan menjadi unik, original dan elegan.

Selanjutnya intensitas warna-warna yang dikombinasikan untuk upper, strap dan gesper secara tepat akan memberi efek asimetris antara gesper dengan style bagian depan sepatu, sehingga kesan square toe yang kaku menjadi pudar. Efek tersebut diperoleh secara optimal dari kombinasi warna putih dengan biru laut.

Secara keseluruhan penampilan Chunky heels karya Miuchia Prada ini mengesankan sebagai sepasang sepatu yang bernuansa futuristik, ergonomis dan sangat fungsional, mengutamakan aspek kesehatan dan sekaligus elegan. Sehingga secara psikologis juga mencerminkan bahwa penggunanya memiliki cara berpikir rasional dan wawasan kesehatan yang memadai sekaligus fashioned.

Desain ini nyaman bagi mereka yang sudah biasa memakai high heels, tetapi juga tidak sulit bagi pemakai sepatu low heels. Pilihan Miuccia untuk menggunakan tinggi heels 6,5 Cm nyaris tidak membedakan sepatu ini dengan kategori low heels yang memiliki batas ketinggian maksimal 6,35 Cm, karena hanya berselisih lebih tinggi 15 mili meter. Pilihan heels tersebut juga mengisyaratkan bahwa hasil karya Miu miu ini sangat feasible untuk dipakai semua wanita.

Dengan kata lain, bagi mereka yang menyukai fashion tidak akan merasa unfashioned karena sepatu Prada wanita ini memiliki nilai estetika yang memadai meskipun nyaris tergolong low heels. Sementara pengguna yang kurang mempedulikan fashion karena lebih memprioritaskan fungsi sepatu, penampilannya akan berubah menjadi fashioned, tanpa harus memakai high heel yang mengakibatkan rasa sakit dan menanggung berbagai resiko.


Referensi & Foto :
Miumiu.com
Miu Miu Fall-Winter 2015-2016 Collection
Miuccia Prada: The Italian Fashion Enigma
Miuccia Prada, Wikipedia
The High Court
Kam pieder Victoria's Secret, Prada un citas pasaules lielakas modes imperijas?
October 12, 2015

Chunky Mid Heels Trend 2015-2016

by , in

Trend 2015-2016 :
Chunky Mulai Merambah Mid Heels

Chunky heels trend 2015-2016 tidak hanya diaplikasi untuk high heels, tetapi model sepatu ini sudah merambah ke wilayah mid heels. Dengan penampilan lebih modis, Chunky mid heels juga memberikan lebih banyak kenyamanan dan keamanan.


Trend sampai pertengahan tahun 2016 untuk hak model chunky lebih banyak ditawarkan oleh para desainer bila dibandingkan dengan trend untuk musim semi dan musim panas 2015. Jika sebelumnya model chunky diprioritaskan untuk high heels, kini lebih banyak diaplikasikan untuk mid heels. Hal ini mengindikasikan bahwa chunky sudah mulai populer di kalangan para wanita penyuka fashion.

Chunky bukan model sepatu wanita yang sama sekali baru, tetapi sudah dipakai oleh Raja Perancis Louis XIV di tahun 1650-an. Fakta tersebut terekam dalam lukisan-lukisan Hyacinthe Rigaud, seorang pelukis kerajaan yang sampai saat ini lukisan-lukisannya masih bisa dilihat pada beberapa museum di Eropa. Dalam  lukisan King of France and Navarre, yang dibuat pada tahun 1701 memperlihatkan dengan jelas model heel yang digunakan untuk sepatu Louis XIV.

Bagaimana perkembangan chunky sampai menjadi trend 2015-2016 ?

Model Chunky heels yang dipakai oleh Raja Perancis Louis XIV di tahun 1650-an

Semula Chunky heels dipakai sepatu pria dengan tujuan untuk menunjukkan status sosial. Keseluruhan heelnya sengaja diberi warna merah, saat itu cat merah merupakan bahan yang mahal dan hanya bisa dibeli oleh kaum bangsawan. Chunky heels menjadi model sepatu eksklusif, model ini harus melalui berbagai dinamika dalam kurun waktu sekitar 365 tahun sebelum akhirnya diprediksikan menjadi trend 2016.

Chunky terhitung sebagai salah satu model heel tertua yang beberapa kali mengalami “jatuh bangun”, bukan hanya karena faktor out of date yang menjadi tuntutan utama di dunia fashion, juga karena faktor politik. Peristiwa itu bertepatan dengan revolusi Perancis tepatnya tahun 1793, ketika Marie Antoinette dengan mengenakan sepatu hak tinggi melangkah ke panggung guillotine untuk menjalani hukuman mati.

Bersamaan dengan peristiwa itu, sepatu high heels - secara spesifik maksudnya adalah Louis heels atau French heels yang dianggap sebagai simbol penindasan dari kaum bangsawan ditolak oleh rakyat Perancis. Tak urung penolakan itu juga berdampak terhadap eksistensi Chungky heels karena model ini juga tergolong dalam jenis high heels.

Memasuki bulan Oktober 2015 bertepatan dengan dimulainya musim gugur sampai berakhirnya musim dingin di minggu ketiga Maret 2016, banyak rumah mode kelas dunia menawarkan trend Chunky dalam aplikasi mid heels. Kehadiran Chunky sebenarnya tidak banyak berbeda dengan hak sepatu pria yang banyak dipakai sehari-hari, seperti misalnya pentofel, oxford atau ankle boots.

Chunky tidak beda dengan heel sepatu sehari-hari, hanya lebih tinggi

Pada prinsipnya ciri khas tumit Chunky dari seat heel sampai top heel memiliki bentuk dan ukuran yang sama besar. Ciri ini tidak nampak apabila diaplikasikan untuk jenis flat dengan batas tinggi hak maksimum 3,50 Cm, bahkan juga jika diaplikasi untuk low heels karena untuk ukuran tumit sepatu orang dewasa secara visual ukuran hak tersebut tidak membentuk bidang segi empat yang khas Chungky.

Tetapi jika heels tersebut dirancang lebih tinggi untuk masuk ke kategori maksimal low heels sekitar 6,35 Cm hingga naik ke kategori mid heels tidak lebih dari batas 6,89 Cm, maka bentuk hak Chungky yang khas tersebut akan nampak. Karena itu kebanyakan Chunky Heels dirancang mulai batas ketinggian maksimal low heels. Jadi sebenarnya setiap pengguna sepatu pria sudah sangat akrab dengan Chunky, karena umumnya bukan pemerhati fashion mereka tidak menyadari bahwa sepatu yang dipakai sehari-hari itu sebenarnya adalah Chungky heels dalam bentuk flat.

Chunky mid heels merupakan model sepatu yang memiliki stabilitas paling tinggi dan memberikan kenyamanan secara optimal untuk penggunanya. karena top heel -nya yang seluas tumit membuat pemakainya tidak berbeda dengan menapakkan kaki tanpa memakai sepatu. Sehingga pemakai Chunky mid heels terhindar dari kemungkinan pergelangan kakinya terkilir akibat berpijak pada top heels yang terlalu kecil.

Sedangkan untuk sepatu wanita kategori low heels yang tidak lebih tinggi dari 3,50 Cm membentuk selisih ketinggian antara tumit dengan telapak kaki bagian depan tidak terlalu curam, posisi ini sangat ideal untuk pendistribusian berat badan secara proporsional di seluruh permukaan kaki. Dari aspek kesehatan Chunky low heels menjadi solusi yang paling rasional. Apalagi dari hasil penelitian medis yang telah dilakukan disimpulkan bahwa sepatu flat yang sama sekali tanpa hak jika digunakan dalam jangka panjang juga berdampak merusak kesehatan kaki.

Didasarkan pada pertimbangan dari berbagai aspek, Chunky dengan ukuran heel antara low dan middle sebenarnya merupakan pilihan terbaik. Tetapi mengapa banyak wanita yang menyukai high heels atau sedikitnya mid heels yang selain mengandung resiko tinggi juga kurang nyaman digunakan ? Masalahnya karena semata-mata lebih cenderung pada pertimbangan aspek fashion.

Penampilan seorang wanita dengan kaki jenjang adalah salah satu mindset tentang kecantikan yang dianut oleh banyak orang. Tidak semua wanita memiliki penampilan tersebut, tetapi high heel bisa memberikan solusi meskipun di sisi lain juga menuntut resiko dan konsekuensi. Nampaknya, sampai di abad modern masih banyak wanita yang belum memahami inner beauty dan pentingnya memelihara kesehatan.

Karena itu, high heels masih menjadi prioritas pilihan, meskipun secara jujur para penggunanya mengakui bahwa secara fisik memakai sepatu tersebut memang menimbulkan rasa sakit terutama pada jari-jari kaki. Selain itu, disadari atau tidak mereka telah meneken kontrak untuk rela terjungkal dan jadi tontonan orang banyak.

Aspek keamanan dan kenyamanan merupakan satu-satunya keunggulan yang mempertahankan eksistensi low heels sampai saat ini. Konsumennya adalah para wanita yang lebih memprioritaskan fungsi sepatu. Tetapi begitu berbicara tentang fashion, low heels yang muncul adalah model Kitten heels, tak urung juga mengaplikasikan tumit model Stiletto atau Cone dengan top heels cenderung runcing.

Chunky mid heels sebagai jenis dan model sepatu yang paling sempurna untuk alas kaki hanya akan diterima di lingkungan konsumen yang benar-benar modern dalam arti berbudaya rasional, memiliki wawasan tentang kesehatan dan mengutamakan kecantikan bersifat rohaniah daripada jasmaniah atau inner beauty. Tetapi jika akhir-akhir ini pasar fashion sudah lebih terbuka terhadap kehadiran Chunky high heels, maka hal itu merupakan fenomena yang berbeda.

Keberhasilan Chunky high heels merebut hati wanita semata-mata karena keberadaannya bisa menjadi solusi untuk pemakai high heels yang ingin segera berpenampilan lebih tinggi, tapi cenderung menepis resiko. Karena itu model ini lebih banyak disukai oleh kalangan remaja atau mereka yang baru saja menginjak usia sebagai wanita dewasa. Kecenderungannya yang ingin serba instan dapat dipenuhi oleh Chungky high heels.

Para wanita dari generasi sebelumnya yang masih kental dengan mindset high heels tidak begitu saja bisa menerima kehadiran Chunky high heels. Bagi mereka efek tinggi yang diperoleh dari Chunky high heels, apalagi diaplikasi dengan platform, mungkin bisa melebihi Stiletto atau Cone high heels. Tapi tetap saja penampilannya dianggap masih kurang elegan.

Kapan pintu terbuka lebar untuk Chunky mid heels ? Mungkin masih memerlukan waktu yang relatif lama meskipun eksistensi Chunky low heels sebagai bagian perangkat fashion selalu diperhitungkan. Dari tahun ke tahun model Chunky hadir makin bervariasi, begitu pula saat ditawarkan sebagai trend untuk setiap pergantian musim, model Chunky dalam aplikasi mid heels semakin banyak dihadirkan oleh para desainer.

Beberapa Model Chunky mid heels dalam Fashion Week di Milan, Paris, London dan New York sebagai trend untuk Fall dan Winter pada triwulan akhir 2015 hingga pertengahan 2016 adalah sebagai berikut :

Beberapa model chunky mid heels yang ditampilkan pada Fashion Week di Milan dan Paris

Model chunky mid heels diperkenalkan dalam Fashion Week di London dan New York


Referensi & Foto :
Prada Womens Wear Winter2015-2016
Shoe Trend Alert 2015 - Chunky Heels! Best Of Pre-Fall 2015
Men were the first to wear high heels