April 06, 2015

Membersihkan Sepatu Beludru

by , in
Cara Membersihkan Sepatu Beludru

Bagaimana Cara Membersihkan Sepatu Beludru?


Cara membersihkan sepatu beludru yang kotor, mencuci dan merawatnya tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Tetapi perlu lebih dulu membaca tips ini.


Bagaimana cara membersihkan sepatu wanita yang berbahan beludru ? Banyak pemilik sepatu beludru yang mencari informasi tersebut setelah sepatu beludru pertamanya terkena kotoran dan di saat akan membersihkannya. Beludru tidak bisa diperlakukan seperti halnya membersihkan sepatu dari bahan kulit, karena bukan terbuat dari kulit. Beludru juga tidak bisa dibersihkan dengan cara seperti mencuci baju, meskipun bahan dasarnya sama seperti kain sutra.

Beludru yang juga dikenal dengan istilah kain Velvet pada awalnya dibuat dari serat sutra, karena permintaan meningkat dan bahan baku yang dihasilkan oleh ulat sutra terbatas, akhirnya banyak yang mengkombinasikan dengan 20 persen sutra selebihnya menggunakan rayon dan katun. Sebagai bahan yang dianggap mewah sejak abad 14, beludru memang membutuhkan perlakuan secara khusus.

Lalu bagaimana cara untuk merawat, menyimpan dan membersihkan sepatu beludru ?

Perawatan sepatu yang terbuat dari bahan beludru memerlukan kehati-hatian dan kecermatan. Sama halnya seperti merawat sepatu dari bahan suede, yang lebih halus lagi adalah nubuck. Ketiga bahan tersebut sangat rentan terhadap kotoran, karena itu langkah paling bijak adalah mencegah sepatu beludru dari kemungkinan terkena noda kotoran dengan tidak memakainya secara sembarangan. Pilihlah kesempatan dan waktu yang sesuai untuk memakai sepatu beludru.

Untuk perawatan sepatu beludru sebenarnya tidak terlalu sulit asal dibiasakan untuk membersihkannya setiap kali habis dipakai. Jika tidak terkena kotoran berat, misalnya percikan minyak atau lumpur, maka hanya perlu disikat dengan sikat khusus untuk suede, nubuck atau beludru yang dijual di toko sepatu. Lakukan pelan-pelan, jangan sampai ditekan seperti menyikat sepatu kulit. Sapukan sikat  hanya ke satu arah. Lebih efektif jika dilakukan dengan menggunakan vacum cleaner.

Cara menyimpan sepatu beludru

Seandainya tidak disimpan untuk jangka waktu lama dan akan digunakan beberapa hari lagi, sebaiknya sebelum ditaruh di rak sepatu, lebih dulu dibungkus plastik untuk menghindari debu, karena beludru sangat peka terhadap debu. Masalah yang sering terjadi adalah menumpuknya debu yang tidak disadari, sehingga dalam jangka waktu lama akan membuat sepatu beludru menjadi kusam. Di saat itu, debu yang menumpuk tersebut akan menjadi lebih sulit untuk dibersihkan.

Jika hendak disimpan untuk jangka waktu lama, setelah sepatu benar-benar bersih dan kering, masukkan gulungan koran atau kertas karton dalam sepatu untuk menjaga agar bentuknya tidak sampai penyok-penyok karena saling terhimpit saat disimpan dalam kotak. Lebih baik lagi jika dalam kotak dimasukkan silica gel untuk menyerap kelembapan. Sedangkan untuk mencegah bau dan agar tidak dimasuki serangga, masukkan pula kamfer.

Cara membersihkan sepatu beludru yang kotor

Jika sepatu beludru terkena kotoran, misalnya yang paling sering adalah tanah menempel dan sudah mengering. Jangan langsung dibersihkan menggunakan air, tetapi sikat pelan-pelan dengan sikat gigi bekas sampai kotoran hilang atau sedikitnya berkurang. Lalu ulangi lagi dengan sikat khusus. Jika terkena noda berminyak, serap dengan tissue kering, jangan dilap secara keras. Ulangi beberapa kali sampai noda minyak benar-benar tidak bisa lagi terserap.

Setelah itu disikat dengan menggunakan sikat yang dibasahi air sabun. Caranya, aduk sedikit sabun colek atau sabun deterjen dengan air pada tempat seukuran gayung sampai membusa. Busa-busa yang naik ke atas itulah yang harus Anda ambil untuk membasahi sikat, atau lebih tepatnya melembabkan sikat yang digunakan untuk mengusap sisa-sisa kotoran di atas permukaan beludru sampai bersih. Khusus untuk noda minyak gunakan air hangat untuk mencampur sabun. Karena air hangat akan lebih mudah untuk menetralisir minyak.

Cara Membersihkan Sepatu Beludru


Jangan sekali-sekali membersihkan sepatu beludru dengan cara membasahinya dengan air atau menggunakan tissue basah. Tapi gunakan tissue kering atau lap yang dilembabkan dengan menggunakan busa sabun. Membersihkan permukaan beludru dengan cara membasahi air atau air sabun selain untuk mengeringkannya membutuhkan waktu yang lama, jika kualitas beludru kurang baik akan berakibat belang sehingga di bagian tersebut warnanya akan nampak berbeda.

Jika terlanjur basah, segera setelah air bisa diserap habis dengan tissue atau lap kering, sikatlah pelan-pelan dengan gerakan melingkar dan sedikit demi sedikit geserkan gerakan tersebut ke ke bagian yang kering. Tujuannya adalah “membagi” bagian yang lembap tadi dengan bagian yang masih kering. Sehingga jika warnanya luntur, maka perbedaan warna itu tidak akan nampak secara jelas.

Sepatu yang dirancang dengan menggunakan bahan beludru dimaksudkan sebagai sepatu fashion. Karena itu pemakaiannya harus dipadukan dengan busana yang sesuai dan digunakan hanya pada moment tertentu. Sepatu ini tidak digunakan sebagai alas kaki sehari-hari, meskipun pada dasarnya memiliki konstruksi yang kuat, tetapi permukaannya sangat rentan terhadap kotoran.

Jika Anda seorang penyuka sepatu, maka target Anda adalah menjaga penampilan sepatu beludru Anda persis seperti saat Anda baru membeli dan menggunakannya untuk yang pertama kali. Perawatan yang kurang intensif atau ceroboh pada saat membersihkannya, bisa mengakibatkan sebagian permukaannya mengalami kerusakan dan mempengaruhi penampilannya secara keseluruhan.

Akibatnya, kondisi sepatu tersebut juga akan menimbulkan pengaruh psikologis. Anda akan merasa “kurang percaya diri’ untuk memakainya, sehingga menjadi enggan, bahkan tidak mau memakainya lagi. Atau jika memakainya, Anda akan memperlakukannya secara sembarangan. Dampaknya, kerusakan akan semakin meluas dan dalam waktu singkat Anda akan melemparkannya ke kolong rak sepatu.

Model boots yang memiliki permukaan luas, sangat rentan terhadap kotoran. Tetapi di sisi lain juga sangat signifikan untuk mengubah penampilan pemakainya, apalagi jika dirancang dalam model sepatu hak tinggi. Sebaliknya, beludru yang digunakan untuk jenis dan model sepatu yang memiliki upper terbatas, misalnya loafers, slipper atau sandal memiliki permukaan terbatas untuk terkena noda kotoran, tetapi eksklusifitas beludru yang digunakan tersebut tidak memberikan efek signifikan terhadap pemakainya.

Pada prinsipnya sepatu fashion yang berbahan beludru, suede atau nubuck akan berfungsi efektif apabila disertai dengan penyesuaian wawasan fashion dan sikap mental yang positif dari pemiliknya. Kondisi sepatu tersebut akan selalu terawat dengan baik, sehingga bisa tetap berada dalam kondisi prima sampai mencapai usia lebih dari 5 tahun. Maka selama itu pula akan selalu mendukung Anda untuk berpenampilan secara prima.

Tags : cara-membersihkan-sepatu-beludru




Referensi :
en.wikipedia.org
www.ehow.com


Artikel Terkait :
Mengenal Jenis Bahan Untuk Sepatu Wanita
Mengenal Jenis Kulit Bahan Sepatu Wanita
Apa Yang Dimaksud Suede Leather ?
Sepatu Wanita Suede Perlu Perawatan Khusus
Apa Itu Nubuck Leather, Apa Sejenis Suede ?
Perawatan Sepatu Nubuck Mirip Suede
Apa Perbedaan Suede Dan Nubuck ?
Apa Perbedaan Antara Suede Dan Beludru ?
Tips: Cara Menyimpan Sepatu Wanita
April 04, 2015

Sepatu Wanita Model Bit Loafers

by , in

Bit Loafers Adalah Style Sepatu Loafers
Rancangan Gucci Pada Tahun 1953

Style sepatu Loafers wanita yang awalnya dirancang Gucci pada tahun 1953 dinamakan HorseBit Loafers, tetapi mengapa dalam pasar sepatu fashion ada pula sebutan Bit Loafers ?


Style Loafers yang hadir belakangan berbeda dengan proses kehadiran Penny Loafers. Desain “Weejuns” yang tak sengaja bisa dipakai menyelipkan uang koin untuk ongkos menggunakan telepon umum menyebabkan Loafers buatan GH Bass menjadi terkenal dengan sebutan Penny Loafers dan mendominasi pasar sepatu Amerika di tahun 1950-an, kemudian tahun-tahun selanjutnya merambah ke berbagai negara

Sedangkan Tassel Loafers hadir setelah Arthur Tarlow Sr, Direktur Alden Shoe Co.diilhami oleh pesanan sepasang sepatu dari dua toko sepatu yang berbeda secara hampir bersamaan. Model sepatu tersebut lalu dimodifikasi dan diaplikasikan dengan konstruksi model Loafers. Dua tahun setelah diluncurkan, tepatnya tahun 1952, Tassel Loafers merambah New York dan Los Angeles untuk menggeser dominasi Penny Loafers, sebelum melanjutkan ekspansi ke seluruh Amerika dan dunia.

Style Loafers yang terakhir masuk ke pasar sepatu adalah Bit Loafers. Bagaimana proses kehadirannya ?

Secara kronologis kehadiran semua sepatu model Loafers diawali untuk tujuan memenuhi pasar sepatu pria. Pada perkembangan selanjutnya Loafers kemudian diadopsi menjadi model sepatu wanita karena pasar sepatu wanita memiliki peluang yang jauh lebih besar dan segmentasi yang beragam.

Penny Loafers, style pertama dari model Loafers yang pada awalnya disebut Aurland Shoes diperkenalkan pertama kali di AS diantara tahun 1930 hingga 1940-an. Setelah sekitar sepuluh tahun atau di tahun 1950-an Penny Loafers mecapai puncak popularitasnya dan sekaligus mengkokohkan kehadirannya sebagai salah satu model sepatu yang menjadi bagian dan sekaligus memperkaya dunia fashion.

Sementara style Loafers berikutnya, Tassel Loafers hadir pada tahun 1950 dan hanya membutuhkan waktu dua tahun untuk menembus pasar sepatu New York dan Los Angeles sebagai awal ekspansinya ke seluruh dunia. Bagi para produsen, Tassel Loufers mungkin bisa disebut sebagai kompetitor Penny Loafers, karena sejak saat itu pasar Loafers terbagi menjadi dua. Yakni konsumen untuk Loafers dengan style Penny dan style Tassel.

Kalangan konsumen justru menganggap Tassle Loafers sebagai “adik kandung” Penny Loafers. Pertumbuhannya yang cepat itu disebabkan karena hasil perjuangan sang kakak yang cukup berat saat membuka pasar untuk yang pertama kali. Setelah pasar berhasil dikuasai, sang adik hanya perlu “menumpang” popularitas agar bisa dengan cepat masuk ke pasar sepatu Loafers dan menjadikan sebagai segmentasi miliknya.

Di saat Loafers  mulai booming, banyak rumah mode terkenal, produsen besar sampai para perajin  membuat sepatu berbasis style Penny Loafers dan Tassel Loafers dengan aplikasi masing-masing yang bervariasi. Tetapi tidak pernah berhasil menciptakan produk desain yang bisa identik dengan pemiliknya. Seperti ketika orang menyebut atau melihat Penny Loafers, maka akan langsung mengasosiasikannya dengan GH Bass & Co. Atau Tassel Loafers yang secara otomatis akan terasosiasi dengan Alden Shoe Co.

Kehadiran Bit Loafers yang dipelopori oleh HorseBit Loafers sebagai style ketiga dari sepatu model Loafers lebih didasarkan pada perencanaan dan strategi yang matang untuk bisa memanfaatkan arus popularitas kedua style sebelumnya. Horse Bit Loafers yang selanjutnya lebih dikenal dengan dua kata disambung menjadi “HorseBit” adalah rancangan para desainer Gucci yang diperkenalkan pada tahun 1953.

Ketika para pembuat sepatu menaruh berbagai macam bentuk rumbai pada Tassel Loafers agar berbeda dan menjadi identitas yang spesifik, Gucci justru memasangnya dengan miniatur horse bit atau sanggurdi, yaitu pijakan kaki yang tergantung pada pelana kuda. Penampilan HorseBit Loafers rancangan Gucci langsung berkesan maskulin.

Horse Bit Loafers mencerminkan nostalgia Gucci

HorseBit Gucci yang terkenal dibuat dari bahan kulit sepatu berwarna merah tua kehitaman dan yang dipasangi bit dari emas. Pilihan horse bit sebagai asesories itu bukannya tanpa alasan, saat Gucci didirikan oleh Guccio Gucci pada tahun 1921, produk andalannya adalah pelana kuda dengan konsumen terbesar kalangan bangsawan. Di masa itu olah raga berkuda menjadi kegemaran kalangan atas, sekaligus menjadi status sosial mereka.

Sejak didirikan, pasar Gucci lebih cenderung pada konsumen kalangan atas, reputasi Gucci sebagai salah satu pembuat pelana kuda terbaik membuatnya lebih mudah untuk memperluas jenis produknya yang berbahan kulit. Tiga puluh tahun kemudian Gucci menghadirkan kembali horse bit yang menjadi bagian dari produk andalannya itu di atas sepatu.


Horse Bit yang menjadi ikon Gucci tak pernah berubah sejak tahun 1953.

Style Loafers baru ini lalu diikuti oleh para pembuat sepatu lainnya, tetapi dengan asesori yang tidak persis seperti milik Gucci. Mereka membuatnya beraneka bentuk, tetapi tidak bisa bertahan untuk tetap konsisten seperti Gucci karena pilihan Gucci juga didasarkan pada keterikatan secara emosional dengan sejarah kejayaan perusahaan di masa lalu.

Dalam perkembangan selanjutnya, style tersebut dikenal dengan mana Bit Loafers. Sebutan ini pun nampaknya diberikan secara “terpaksa”, mengingat asesori yang digunakan oleh para pembuat sepatu, mulai dari rumah mode hingga pengrajin bentuknya tidak identik dengan horse bit. Sedangkan Gucci tetap konsisten memberi nama produknya dengan HorseBit Loafers, baik untuk Loafers pria maupun wanita.

Bit Loafers buatan Gucci memiliki ciri khas yang mudah dikenali.

Bentuk horse bit yang digunakannya juga tidak pernah berubah, yakni miniatur horse bit khas milik Gucci persis seperti yang didesain pada tahun 1053. Kini horse bit tersebut menjadi ikon HorseBit Loafers produksi Gucci, sekaligus sebagai jaminan kualitasnya. Karena Gucci tetap mempertahankan produksi hand made dengan mengandalkan ketrampilan para karyawannya di Florence, Italia, yang rata-rata telah berpengalaman puluhan tahun.

Khusus untuk Style Loafers yang ketiga ini terbagi menjadi dua substyle. Yakni HorseBit Loafers yang diproduksi Gucci dengan bit yang sekaligus menjadi ikonnya, sehingga dari kejauhan bisa lebih mudah dikenali. Sedangkan substyle kedua disebut Bit Loafers yang diproduksi bukan oleh Gucci, asesoriesnya tidak selalu berupa miniatur horse bit, tapi bermacam bentuk. Bahkan ada yang hanya berupa seutas rantai kecil.

Bit Loafers dengan mudah bisa dikenali jika bit-nya berbeda dengan milik HorseBit Loafers
Seperti kedua style Loafers sebelumnya, bit Loafers pun “direnggut” untuk style sepatu wanita. Sehingga setelah diaplikasikan dengan style dan model sepatu fashion wanita baik dari jenis flat sampai high heels, maka bit Loafers pun memiliki ribuan penampilan yang berbeda. Tak heran jika setiap wanita memiliki lebih dari sepasang sepatu, apalagi penyuka sepatu fashion yang dihadapkan pada beribu-ribu pilihan.

Seperti sepatu fashion yang diproduksi rumah mode kelas dunia lainnya, meskipun produk Gucci terbatas karena memang bersifat eksklusif, tetapi dipasarkan hampir di seluruh negara. Di Indonesia, Gucci Stores terdapat di beberapa lokasi, 2 lokasi berada di kawasan Denpasar, Bali dan 2 lainnya terletak di Jakarta, masing-masing di kawasan Jalan M.H. Thamrin dan di Jalan Asia Afrika.


Tags : sepatu-loafers-wanita



Referensi dan foto artikel “Sepatu Pantofel Untuk Wanita” :
01. en.wikipedia.org
02. www.ivy-style.com
April 03, 2015

Sepatu Wanita Model Tassel Loafers

by , in
Sepatu Wanita Model Tassel Loafers

Sepatu Loafers yang Berumbai
Disebut Tassel Loafers


Diadopsi menjadi sepatu wanita, Tassel Loafers justru menjadi lebih fashioned dibandingkan dengan penampilannya sebagai sepatu pria.


Tassel Loafers yang diadopsi menjadi sepatu wanita merupakan salah satu style dari model Loafers atau Pantofel yang pada awalnya adalah sepatu untuk kaum pria. Rumbai yang menjadi ciri khas Tassel itu identik dengan bunga, sedangkan bunga selalu diasosiasikan dengan wanita. Sehingga Tassel Loafer justru lebih fashioned berada di kaki wanita daripada dipakai oleh pemilik aslinya, kaum pria.

Selain Tassel, masing-masing style Loafers memiliki ciri-ciri yang spesifik, tapi kurang dikenal oleh konsumen awam. Style paling populer adalah Penny Loafers dengan strap di tengah terbuka yang terletak bagian atas kaki. Sedangkan Bit Loafers juga memiliki strap yang sama, hanya saja diberi sentuhan berupa rantai kecil yang melintang. Ketiga style tersebut memiliki sejarah yang berbeda, ada yang unik, ada yang terjadi secara kebetulan dan ada pula yang sengaja didisain agar menjadi style baru.

Bagaimana sejarah dan perkembangan Tassel Loafers ?

Seperti juga produk yang populer dan sebelumnya tidak dipatenkan, begitu pula Tassel Loafers ketika berada di puncak popularitasnya, setelah semua perajin, perusahaan dan para desainer sepatu memasarkan Tassle Loafers dengan beragam variasi, banyak orang yang ingin menelusuri siapa yang pertama kali menciptakan desain sepatu tersebut.

Dari berbagai fakta dan data yang berhasil dikumpulkan, Tassel Loafers pertama kali dipasarkan pada tahun 1950 oleh Alden Shoe Co. perusahaan sepatu yang berlokasi di Massachusetts, AS. Tetapi style Loafers yang diberi rumbai itu bukan murni hasil rancangan dari desainer Alden, melainkan terinspirasi model sepatu yang dipesan oleh toko sepatu Lefcourt di New York. Secara hampir bersamaan, toko sepatu lain di Beverly Hills, Morris Bootmakers juga memesan sepatu dengan model yang sama.

Bagaimana dua toko sepatu yang berbeda lokasi bisa sampai memesan sepatu dengan model yang sama ? Ternyata kedua toko sepatu tersebut mendapat pesanan dari Paul Lukas, seorang aktor film Hollywood. Ihwal Lukas memesan sepatu dengan model yang sama pada kedua toko sepatu secara berbarengan disebabkan merasa kecewa pada perusahaan Farkas & Kovacs yang berlokasi di New York.

Sebelumnya Lukas memang telah pesan kesana dengan membawa sepatu yang dibelinya saat melawat ke Eropa. Pesanan Lukas disertai dengan permintaan agar dibuatkan model yang lebih baik dan nyaman dipakai. Hasilnya ternyata jauh di luar harapan. Karena itu Lukas pun mencoba memesan kembali sepatu yang diinginkannya sekaligus pada dua toko sepatu.

Saat memesan sepatu kepada kedua toko tersebut, Lukas menumpahkan pula rasa kecewanya dan berharap agar pesanannya kali ini bisa sesuai dengan yang dia inginkan. Khawatir tidak dapat memenuhi harapan konsumennya, kedua toko tersebut lalu mengalihkan pesanan mereka  ke perusahaan sepatu yang lebih berpengalaman. Pilihan mereka jatuh pada Alden Shoe Co. yang sudah didirikan puluhan tahun silam.

Mendapat pesanan sepatu dengan model yang terhitung baru dan disampaikan hampir secara bersamaan pula, menarik perhatian Arthur Tarlow Sr, pengelola Alden Shoe Co. Arthur kemudian mengamati dan berkesimpulan bahwa model sepatu dengan asesories berupa rumbai kecil tersebut  bisa menjadi style yang berbeda sehingga bisa diharapkan akan menarik minat konsumen.

Saat itu pasar sepatu Amerika memang sedang didominasi oleh Penny Loafers, untuk menembus dominasi tersebut harus dilakukan oleh model sepatu dengan desain yang benar-benar eksklusif, mampu menyaingi kenyamanan penggunanya seperti di saat sedang memakai Penny Loafers dan harus dibuat dari bahan yang benar-benar berkualitas agar memiliki keunggulan.

Selesai mengerjakan pesanan sepatu tersebut, Tarlow kemudian melakukan riset dan menyempurnakan desainnya agar bisa menampilkan sepatu dengan model bernuansa baru dan benar-benar berkualitas. Meskipun Alden Shoe Co. merupakan salah satu perusahaan sepatu yang memiliki reputasi 64 tahun sebagai salah satu pembuat sepatu terbaik di Amerika, tak urung memerlukan waktu cukup lama dan akhirnya memutuskan untuk memproduksi sepatu model terbarunya untuk periode pemasaran tahun 1950.

Saat pertama kalinya Tassel Loafers tampil di hadapan konsumen Amerika melalui etalase Lefcourt dan Morris, keduanya adalah toko ritel yang secara khusus menjual perlengkapan busana. Terjual sebanyak 26 pasang pada minggu pertama, ini merupakan awal sukses Tassel Loafers yang diproduksi Alden. Dua tahun kemudian, Alden memproduksi Tasssel Loafers dengan 20 variasi kulit dan warna untuk dipasarkan  di New York dan Los Angeles.

Tassel Loafers berhasil diterima konsumen Amerika seperti halnya Penny Loafers. Sukses di New York dan Las Vegas  itu kemudian diikuti dengan pengembangan pemasarannya ke toko-toko sepatu di seluruh negara bagian Amerika. Dalam perkembangan selanjutnya, seperti halnya Style Penny Loafers, Tassel Loafers pun akhirnya turun untuk berkompetisi dengan berbagai model sepatu lainnya, termasuk model sepatu hak tinggi. Maka bisa dibayangkan, penampilannya pun berubah secara mendadak menjadi ribuan variasi dan sampai sekarang masih terus tampil varian-varian yang selalu baru.

Sepatu Wanita Model Tassel Loafers
Tassel Loafers yang tampil fashioned setelah menjadi sepatu wanita


Penampilan Tassel Loafers dengan sentuhan high heels dan dalam bentuk original


Referensi :
www.cigaraficionado.com
www.gentlemansgazette.com

April 02, 2015

Sepatu Wanita Model Penny Loafers

by , in
Sepatu Wanita Model Penny Loafers

Sepatu Model Loafers Terpopuler
Adalah Penny Loafers


Penny Loafers adalah model sepatu yang terinspirasi oleh Moccasin, diimpor dan diproduksi pertama kali di Norwegia lalu kembali ke Amerika dan populer di negeri asalnya.


Sepatu model Loafers yang paling banyak dipasarkan adalah style Penny Loafers, sepatu untuk pria dan wanita ini selain memiliki desain yang kompak juga nyaman di kaki. Penny Loafers dari bahan kulit dengan warna-warna gelap dapat dipadukan dengan berbagai jenis busana, baik formal maupun casual tanpa mempengaruhi penampilan penggunanya.

Desain Penny Loafers saat ini tidak banyak berbeda dengan saat dipasarkan pertama kali, baik di negeri pertama kali diproduksi, Norwegia, sampai kembali merambah Amerika. Model sepatu yang sebelumnya dikenal dengan nama "Aurland Shoes" itu lalu diproduksi secara massal. Sebutannya berganti dengan Penny Loafers dan dipasarkan secara lebih luas hingga menjadi salah satu model sepatu favorit.

Bagaimana perjalanan sejarah Penny Loavers yang unik, berliku dan berlangsung cukup panjang tersebut ?

Ada beberapa versi tentang sejarah Loafers, salah satunya mencatat bahwa sepatu model ini untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Raymond Lewis Wildsmith di London pada tahun 1926. Awalnya model sepatu tersebut dirancang khusus untuk memenuhi pesanan Raja George VI yang ingin menggunakannya sebatas di lingkungan istana sebagai sepatu casual.

Lama kelamaan desain sepatu tersebut diadopsi oleh para pembuat sepatu dan mulai menyebar keluar istana, sampai akhirnya mencapai Amerika dan dikenal dengan nama Loafers. Sampai saat ini, meskipun produksi The Wildsmith Loafer dilakukan oleh mesin-mesin berteknologi modern, sebagian besar masih dikerjakan secara manual berdasarkan ketrampilan tangan para karyawan.  Alasannya, agar kualitas sepatu tetap terpelihara seperti sejak perusahaan itu didirikan pada tahun 1847 oleh Matius dan Rebecca Wildsmith, buyut Raymond. 

Saat ini pemasaran The Wildsmith Loafer telah merambah hampir ke seluruh negara dan menjadi salah satu merk sepatu kelas atas.

Sedangkan sejarah Loafers versi kedua mencatat bahwa Loafers untuk pertama kalinya diperkenalkan sebagai desain baru oleh Nils Gregoriusson Tveranger di Aurland, Norwegia pada tahun 1930. Awalnya, Loafers rancangannya itu diberi nama "Aurland Moccasin", tetapi kemudian diganti dengan "Aurland Shoes". Akan halnya nama Moccasin tersebut karena Tveranger pada usia 13 tahun sudah ke Amerika untuk belajar menjadi perajin dan desainer sepatu sampai usia 20 tahun. Kemudian kembali ke negerinya dan mendesain "Aurland Moccasin".

Sepatu model Loafers dengan nama "Aurland Shoes" diproduksi dalam jumlah besar dan dipasarkan ke negara-negara di Eropa. Setelah Loafers populer di Eropa, kemudian dibawa masuk ke Amerika dan dipromosikan oleh Majalah Esquire dengan model Norwegia bersepatu Loafers dan menampilkan latar belakang kehidupan masyarakat Norwegia.

Pada awalnya pilihan nama "Aurland Moccasin" itu sebenarnya sudah mengindikasikan bahwa desain Nils Gregoriusson Tveranger terinspirasi oleh sepatu khas suku Indian, apalagi Tveranger pernah belajar membuat sepatu di Amerika. Karena itu cukup beralasan banyak kalangan berpendapat bahwa pada dasarnya Loafer versi Norwegia itu mengadopsi Moccasin, sepatu milik suku Indian yang sudah ada pada abad ke-16, sebelum orang Eropa untuk pertama kalinya tiba di Amerika Utara. Ironisnya Loafers baru populer di negeri asalnya sendiri setelah diproduksi dan dipopulerkan di Eropa.

Perbedaan Penny Loafers dengan Moccasin


Model Penny Loafers
Menjadi sepatu fashion wanita, Penny Loafers menjadi semakin kaya aplikasi

Tetapi terlepas dari anggapan apakah Tveranger mengadopsi model Moccasin atau tidak, bagi kebanyakan orang Penny Loafers dengan Moccasin memang sulit dibedakan karena keduanya memiliki penampilan yang hampir sama. Persamaannya secara mendasar bahwa keduanya merupakan sepatu Slip-on, untuk memakainya tinggal menyelipkan kaki tanpa perlu repot mengikat dengan tali sepatu atau menarik risleting.

Sedangkan perbedaannya, Moccasin yang asli milik Suku Indian Powhatan hingga kini umumnya tidak dibuat dari kulit yang mengkilat seperti jenis Full-Grain atau Brush-Off. Tetapi paling sering menggunakan Suede, kulit yang diolah secara khusus dengan permukaan yang berserabut halus atau bahan lain seperti kain kanvas, denim dan juga suede sintetis yang terbuat dari mikrofiber.

Sepatu model Penny Loafers pada pembuatan awal sampai beberapa dekade selalu menggunakan bahan kulit jenis Full-Grain dan Brush-Off. Setelah diadopsi menjadi sepatu fashion wanita, model Penny Loafers dibuat dari berbagai macam bahan dan penampilannya pun diaplikasikan dengan berbagai style.

Sepatu Moccasin tradisional dibuat hanya dari dari selembar kulit, sehingga bagian upper maupun solenya berasal dari dari kulit yang sama. Kedua bagian itu disatukan dengan cara dijahit, sementara pada bagian samping dililit oleh sepotong kulit mengelilingi seluruh pergelangan kaki untuk mempererat cengkeraman pada kaki penggunanya. Lilitan tali tersebut disatukan di bagian punggung kaki dengan  cara diikat seperti pita.

Sebaliknya Penny Loafers sama sekali tidak menggunakan tali, bahan untuk upper dan solenya berbeda. Penny Loafers bisa didisan dengan ketinggian hak yang bermacam-macam, bahkan untuk sepatu fashion wanita bisa sampai kategori high heels. Sementara Moccasin sama sekali tidak memiliki hak sehingga dikategorikan sebagai sepatu flat.

Saat Loafers mulai diterima masyarakat Amerika, di pasaran juga muncul sepatu yang mengadopsi model "Aurland Shoes" diproduksi oleh perusahaan sepatu The Spaulding dari New Hampshire. Semakin bertambahnya produk sepatu model Loafers di pasaran, semakin meningkatkan pula popularitasnya dan berpotensi membuka pasar yang lebih luas.

Awal Kehadiran Penny Loafers


Pada tahun 1936, peluang itu dimanfaatkan oleh GH Bass & Co  di Wilton, Maine, dengan memproduksi Loafers yang diberi nama 'Weejuns'.  Model  Loafers yang diaplikasi strap dengan bagian tengah sengaja dibelah untuk memanfaatkan bentuk potongannya sebagai dekorasi, ternyata di kemudian hari menjadi alasan kenapa para pengguna “Weejuns” lebih suka menyebutnya dengan Penny Loafers.

Model Penny Loafers untuk wanita
Awalnya GH. Bass & Co memproduksi sepatu boots dan sepatu model pria.

G.H. Bass & Co adalah perusahaan sepatu yang sebetulnya sudah didirikan sejak 9 Maret 1876 oleh George Henry Bass, produknya kebanyakan model boots sesuai dengan kebutuhan konsumennya di masa itu. Pada tahun 1910 untuk pertama kalinya GH Bass meluncurkan "Rangeley", sepatu dengan style mocasin yang dipasarkan sebagai sepatu untuk pria.

Ketika pada tahun 1936 sepatu model loafers mulai populer, GH. Bass & Co mulai ikut meramaikan pasar loafers dengan menambahkan sentuhan desain dekoratif yang berbeda. Kelak desainnya itu ternyata memberikan manfaat untuk para penggunanya dan membuat mereka menyebut loafers GH Bass sebagai Penny Loafers.

Penny Loafers model sepatu wanita
Produk pertama Weejuns Loafers sebelum mendunia dengan nama Penny Loafers.

Meskipun GH. Bass & Co bukan perusahaan sepatu yang menemukan atau “mengimpor” model loafers, tetapi Penny Loafers mampu berkembang menjadi ikon perusahaan itu sekaligus salah satu ikon Amerika. Sampai saat ini selain memproduksi berbagai model busana yang cenderung bersifat casual sebagai padanan loafers dan beragam style sepatu pria dan wanita, model Penny Loafers menjadi produk wajib bagi GH. Bass & Co.

Penny Loafers untuk wanita
Penny Loafers yang diproduksi GH. Bass & Co saat ini.

Tercatat pada pertengahan 2016 koleksi Penny Loafer GH. Bass & Co dijual per pasang dengan kisaran harga antara 79.99 - 285 US Dollar atau jika kurs IDR Rp. 13.600 maka setara Rp.1 - Rp.3,8 juta. Stylenya tak berbeda banyak dengan loafer yang pertama kali diproduksi pada tahun 1936, beragam variasinya terletak pada perbedaan material yang digunakan.

Meskipun pada awalnya Loafers yang dijuluki “Weejuns” ini dipasarkan sebagai sepatu casual, tetapi pada perkembangannya banyak digunakan oleh para pemakainya pada kesempatan-kesempatan yang bersifat resmi. Diantara tahun 1940 hingga tahun 1950-an, penyebaran “Weejuns” sudah meluas ke negara-negara bagian Amerika. “Weejuns” tidak hanya dipakai oleh para pria, tetapi juga mulai menjadi sepatu wanita dan bersaing dengan model sepatu high heels.

Iklan Model Penny Loafers
Sepatu model Penny Loafers saat pertama kali diiklankan sebagai "Weejuns" Loafers.

Tidak hanya para pegawai kantor yang merasa lebih nyaman menggunakan sepatu yang bersifat casual tersebut, tapi hampir setiap orang memakai sepatu “Weejuns”. Apalagi di kampus yang para mahasiswanya lebih menyukai penampilan casual, Loafers “Weejuns” sudah lebih dulu menguasai kampus. Dengan cepat model Loafers menggeser dominasi model  Oxford yang tiba-tiba menjadi “sepatu ribet” karena menggunakan tali sepatu.

Dipilihnya nama “Weejuns” yang bernuansa bahasa Norwegia itu agaknya memang disengaja. Maklum, Loafers masih dianggap sebagai model impor dari Eropa, masyarakat Amerika saat itu persis seperti masyarakat Indonesia yang lebih suka produk berbau impor. Padahal sang perancang sendiri, Tveranger sebelum mendesain Loafers terlebih dulu ke Amerika untuk belajar desain dan membuat sepatu.

Hal itu juga tidak berbeda dengan konsumen Indonesia yang sok fashioned, karena pada dasarnya memang wawasan fashionnya terlalu sempit, sehingga merasa fashioned jika menggunakan barang bermerk impor. Padahal banyak sepatu yang dihasilkan para pengrajin di Sidoarjo, Cibaduyut, Magetan dan berbagai sentra kerajinan kulit yang telah berpengalaman puluhan tahun secara turun temurun membuat sepatu kulit asli dengan kualitas setara sepatu yang diproduksi rumah mode kelas dunia.

Dalam perkembangan Loafers selanjutnya, entah siapa yang memulai lebih dulu, celah strap pada “Weejuns” yang terbuka dimanfaatkan untuk menyimpan uang koin 1 Penny, tujuannya apabila secara mendadak butuh menelepon, maka tidak akan kesulitan mencari koin untuk telepon umum. Tentu saja, cara yang unik dan praktis ini cepat menyebar di kalangan pengguna “Weejuns”, sehingga setiap pengguna “Weejuns” merasa wajib menyelipkan dua keping uang koin di masing-masing strap sepatu mereka. Sejak itu Loafers dengan desain ala “Weejuns” lebih dikenal dengan sebutan baru : Penny Loafers.

Sepatu Wanita Model Penny Loafers
Dijuluki Penny Loafers karena bisa digunakan menyelipkan uang koin senilai 1 Penny untuk ongkos telepon umum

Sepatu model Penny Loafers
Foto dokumentasi ini menunjukkan "kewajiban" menyelipkan 1 Penny agar bisa digunakan sebagai koin telepon umum jika dalam keadaan darurat.

Selanjutnya popularitas sepatu buatan GH. Bass ini semakin berkembang dengan cepat ketika banyak tokoh di Amerika Serikat juga ikut memakainya, diantaranya Senator JF Kennedy yang kemudian menjadi salah satu Presiden AS terpopuler di mata dunia. Hal itu membuat Penny Loafers semakin menjadi favorit masyarakat, maka dampaknya pun angka-angka penjualan model sepatu ini juga meningkat.

Pada tahun 1984, penyanyi pop Michael Jackson juga ikut andil mempopulerkan Penny Loafers ketika dalam rekaman video musiknya nampak memakai Penny Loafers. Perhatian penyuka musik yang terfokus pada dinamika gerakan koreografi kaki Michael itu nota bene juga terkonsentrasi pada alas kakinya yang memakai loafers ala GH Bass. Para fans Michael akhirnya juga mengikuti gaya sang idola mereka.

Penny Loafers model sepatu loafers wanita
Michael Jackson juga ikut mengangkat popularitas Penny Loafers.

Sampai saat ini Penny Loafers menjadi salah satu type Loafers dan menjadi salah satu koleksi sepatu fashion wanita. Meskipun sekarang telepon umum dengan koin sudah tidak lagi digunakan karena sudah digantikan dengan telepon seluler, tetapi desain Penny Loafers tetap dipertahankan seperti asalnya. Bukan untuk menyelipkan koin lagi, melainkan sebagai identitas bagi Penny Loafers.

Berikut adalah ciri-ciri Penny Loafers, dengan identitasnya itu style ini bisa dengan mudah dikenali meskipun diaplikasikan dengan berbagai model dan style lainnya.

Sepatu Wanita Model Penny Loafers
Beragam style Penny Loafers ketika diadopsi menjadi sepatu fashion wanita.

Sepatu Wanita Penny Loafers
Di kaki wanita, Penny Loafers diaplikasikan dengan beragam model dan style.


Sepatu Model Penny Loafers
Penampilan Penny Loafers dalam sepatu berjenis Flat dan High Heels

Padu padan busana untuk Penny Loafers

Dalam perkembangannya Penny Loafers banyak disukai penggunanya sebagai sepatu casual, meskipun juga bisa dipakai untuk kesempatan yang bersifat resmi dan formal, terutama jika dibuat dengan bahan kulit mengkilat seperti Full-Grain dan Brush-Off.

Jika digunakan sebagai sepatu casual, pilihan bahan Penny Loafers yang paling tepat adalah suede atau kain kanvas, cukup dengan berbusana celana panjang, celana jeans atau bahkan dengan celana pendek yang dipadukan baju lengan panjang, polos dan berwarna terang akan mengantarkan pemakainya menjadi chick dan modis.

Sepatu model ini jika dibuat dari bahan denim atau jeans akan lebih menonjolkan kesan santai. Karena itu lebih serasi jika dipadupadankan dengan skinny jeans, out fitt dan t-shirt polos. Tetapi sebaliknya hanya dengan menambahkan blazer, penampilan penggunanya akan berubah menjadi terkesan lebih resmi, cukup sopan dan modis. Penampilan itu bisa lebih  optimal jika ditambah dengan asesoris berupa ikat pinggang atau tas yang sewarna dengan Penny Loafers.

Berbeda dengan tahun-tahun di masa popularitasnya,  saat ini nyaris menjadi aturan umum bagi para pemakai Penny Loafers untuk tidak memakai kaus kaki, apalagi yang berwarna putih ketika mengenakan celana pendek. Jika Anda ingin mengenakan kaus kaki pakailah celana panjang, pilih kaus kaki polos yang memiliki warna persis seperti warna celana Anda.

Tags : sepatu-model-penny-loafers


Artikel Terkait dengan “Sepatu Wanita Model Penny Loafers” :

Sepatu Pantofel Wanita Lebih Cantik Dari Aslinya
Sepatu Pantofel Untuk Wanita Lebih Populer Disebut Loafers
Sepatu Loafers yang Berumbai Disebut Tassel Loafers
Bit Loafers Adalah Style Sepatu Loafers Rancangan Gucci Pada Tahun 1953


Referensi dan Foto Artikel “Sepatu Wanita Model Penny Loafers” :
01. www.smithsonianmag com
02. History Of A Shoe Penny Loafers
03. GH. Bass & Co, Our Heritage
04. Pantofel, Slip-on shoe, Wikipedia
05. The History of Penny Loafers
06. The Rich History Of Penny Loafers
07. Differences Between Loafers And Moccasins
08. Best Foot Forward: Saddle Shoes and Loafers
09. Shoestory: Penny Loafers

April 01, 2015

Sepatu Pantofel Untuk Wanita

by , in
Sepatu Pantofel Untuk Wanita

Sepatu Pantofel Untuk Wanita
Lebih Populer Disebut Loafers


Tiga style sepatu Pantofel untuk wanita juga dikembangkan oleh para desainer sehingga menjadi Loafers dengan beragam desain untuk berbagai busana dan kesempatan


Diadopsi untuk sepatu wanita, Pantofel yang memiliki tiga basis style itu kemudian diperkaya dengan berbagai aplikasi fashion, sehingga dalam beberapa penampilannya model Pantofel nyaris tak bisa dikenali lagi. Karena itu dalam perkembangan selanjutnya, kaum pria yang sebelumnya telah akrab dengan nama Pantofel tidak pernah mengira bahwa sepatu wanita yang populer dengan sebutan Loafer sebenarnya  berasal dari model sepatu milik mereka.

Seperti model sepatu wanita lainnya, Pantofel atau Loafer tidak hadir secara tiba-tiba seperti yang telah kita kenal, melainkan melalui proses yang cukup panjang sebelum menjadi model sepatu dengan konstruksi dan desain yang khas untuk membedakan dengan model-model sepatu lainnya. Loafers memiliki tiga style dengan ciri yang selalu dipelihara oleh para desainer, sehingga meskipun diaplikasi dengan beberapa model dan style sekaligus, masing-masing style masih dengan mudah bisa dikenali.

Kapan Loafers dirancang untuk pertama kali dan apa saja ketiga style Loafers tersebut ?

Sepatu yang berpenampilan mirip atau sama dengan model loafers memiliki sejarah yang berbeda-beda di berbagai negara. Rentang waktu penemuannya pun tak berselisih banyak, karena pada dasarnya masalah yang dihadapi dan peluang yang dimiliki oleh para perancang sepatu nyaris sama, meskipun mereka dipisahkan oleh batas-batas geografis yang pada saat itu masih sulit ditembus.

Untuk memahami sejarah sepatu wanita yang dimulai puluhan tahun, bahkan ratusan tahun silam akan lebih intens jika kita bisa membayangkan tingkat peradaban masyarakat di masa-masa tersebut. Pada saat itu mereka belum memiliki perangkat teknologi seperti sekarang, dimana untuk mendisain puluhan pasang sepatu dapat dilakukan dengan cepat berkat kecanggihan program komputer.

Tidak hanya sebatas merancang sepatu, juga memprediksi kemungkinan pasar, memperhitungkan biaya produksi sampai mempromosikannya dapat dilakukan dalam hitungan detik melalui jaringan internet yang merambah ke berbagai pelosok dunia. Sementara di bidang hukum, pentingnya hak paten atas suatu penemuan juga masih terabaikan. Karena itu, bisa jadi model sepatu yang diklaim sebagai penemuan di negara tertentu, ternyata model yang sama sudah banyak dipakai oleh masyarakat negara lain.

Satu hal mendasar yang patut dicermati, bahwa untuk semua penemuan jenis sepatu flat modern tidak bisa secara mutlak diklaim oleh siapa pun yang hidup di abad 20, karena sepatu dengan konstruksi dasar seperti model flat sudah dibuat sejak 5.500 tahun, tepatnya tahun 3.500 SM. Sepatu tersebut diberi nama Areni-1 oleh para arkeolog sesuai dengan nama gua tempat ditemukannya, di wilayah provinsi Vayots Dzor, Armenia.

Saling klaim bisa terjadi terhadap style tertentu bersifat spesifik yang merupakan pengembangan dan aplikasi dari model dasar sepatu. Hal ini pun kadang-kadang masih belum jelas, siapa perancangnya lebih dulu, seperti terjadi pada model sepatu hak tinggi Stiletto. Sebagian kalangan fashion percaya sepatu tersebut dirancang pertama kali oleh Adre Perugia, tetapi sebagian yang lain berpendapat bahwa penemunya adalah Roger Vivier, Disainer dari Perancis.

Loafer atau Pantofel memiliki sejarah yang mirip seperti itu. Salah satunya tercatat bahwa sepatu model Loafers untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh Raymond Lewis Wildsmith di London pada tahun 1847. Awalnya dirancang untuk Raja George VI sebagai sepatu kasual yang hanya digunakan di dalam istana. Dalam perkembangannnya, desain tersebut diadopsi oleh para perancang sepatu dan mulai dipasarkan  untuk masyarakat umum, akhirnya sampai merambah ke berbagai negara termasuk Amerika.

Loafers akhirnya berkembang menjadi tiga style

Sepatu dengan model Pantofel juga diklaim sebagai penemuan dari Nils Gregoriusson Tveranger, asal Aurland, Norwegia. Sekitar tahun 1908 penemuannya itu diperkenalkan dengan nama "Aurland Moccasin", kemudian nama tersebut dirubah menjadi "Aurland Shoes". Setelah populer di negaranya sendiri, Aurland Shoes diekspor keluar Norwegia sampai akhirnya masuk ke Amerika.

Setelah melalui proses yang cukup panjang, dalam perkembangannya sepatu ini menjadi salah satu style dari model Loafer yang populer dengan sebutan Penny Loafers.

Model seperti Loafers dengan style yang berbeda, saat itu juga banyak dijumpai di pasar sepatu. Tetapi karena diproduksi oleh perusahaan sepatu dalam jumlah kecil, maka pasar sepatu Loafers lebih banyak dikuasai oleh style Penny Loafers. Didukung oleh permodalan yang besar dan jaringan pemasaran yang luas, Penny Loafers semakin kokoh menjadi salah style yang spesifik dalam dunia fashion.

Sepatu Loafers lain yang mencoba menjadi kompetitor dan masuk ke pasar pada tahun 1950-an didesain dengan konstruksi yang sama. Bedanya di bagian atas diberi rumbai-rumbai sebagai assesories. Ternyata style baru yang diluncurkan oleh perusahaan sepatu Alden ini mendapat respon positif dari konsumen, maka segera diproduksi dalam jumlah besar dan dipasarkan secara lebih luas.

Meskipun harus mengalami pasang surut sesuai dengan perkembangan dunia fashion yang sangat dinamis, dari masa ke masa hingga saat ini style Loafers berumbai ini mampu bertahan menjadi salah satu style Loafers yang disukai konsumen, sehingga memiliki segmentasi pasar tersendiri. Style Loafers ini dalam dunia fashion dikenal dengan nama > Tassel Loafers.

Keunggulan sepatu model Loafers yang mudah dan praktis digunakan, serta mampu memberikan kenyamanan untuk penggunanya merupakan faktor penting untuk mempertahankan eksistensinya dalam pasar fashion yang semakin hiruk pikuk dengan beragam style dan aplikasi yang dihasilkan oleh para desainer. Eksistensi Loafers juga menarik perhatian rumah mode terkenal, Gucci.

Pada tahun 1953 Gucci meluncurkan Loafers dengan style yang berbeda, yakni mendesain Loafers dengan bahan kulit berwarna coklat tua kehitam-hitaman. Kemudian memberikan sentuhan assesories berupa miniatur sanggurdi atau pijakan untuk kaki penunggang kuda yang digantungkan pada pelana berupa dua bulatan yang saling tersambung dengan warna keemasan pada bagian kaki atas Loavers, sehingga warna kontras tersebut menimbulkan kesan sangat elegan dan mewah.

Karena produk Gucci terkenal mewah dan mahal, Loafer dengan style tersebut hanya dikonsumsi oleh kalangan eksekutif, selanjutnya menjadi trend di kalangan para pengusaha. Melihat style Loavers ala Gucci memiliki peluang yang menjanjikan, maka banyak produsen sepatu berskala menengah dan kecil yang mengadopsi desain tersebut dan ikut meramaikan pasar sepatu Loafers.

Sepatu Pantofel Untuk Wanita
Dalam perkembangannya Loafers tampil dalam 3 style yang berbeda.

Konsumen yang pada umumnya cenderung  mencontoh gaya para selebriti dan kalangan atas menjadi segmentasi pasar yang memperkokoh kehadiran style Loafers ala Gucci tersebut. Sampai saat ini style tersebut tetap mampu bertahan di dunia fashion dan khusus untuk produk Gucci dikenal dengan nama Horsebit Loafers. Tetapi untuk Loafers dengan style serupa yang dihasilkan oleh produsen lain lebih populer dengan sebutan > Bit Loafers.

Ketiga style Loafers tersebut secara keseluruhan memiliki kemiripan karena pada prinsipnya memang merupakan pengembangan dari "Aurland Shoes". Sedikit perbedaannya terletak pada konstruksi pada upper bagian atas kaki yang dirancang menyatu dengan vamp. Pada bagian atas samping luar dan dalam diberi celah yang dihubungkan dengan material bersifat elastis. Gunanya untuk “membuka” sepatu agar lebih lebar, dan akan menutup kembali setelah kaki masuk ke dalam sepatu.

Konsumen awam sering menganggap model Slip On sebagai salah satu style Loafers, tapi sebenarnya pengertian itu terbalik. Justru loafers termasuk dalam kategori Slip On, karena definisi Slip On adalah alas kaki yang bisa dipakai hanya dengan cara menyelipkan kaki. Dalam pengertian ini tidak perlu menggunakan tangan seperti misalnya flat lace-up atau model sepatu pria Oxford yang harus mengikat dan mengurai tali setiap kali hendak memakai atau melepaskannya.

Model sepatu yang juga masuk dalam kategori Slip On adalah espadrile, flat ballerina, moccasin dan tentu saja beragam sepatu yang diaplikasi dengan style sandal sebatas cara memakainya hanya dengan menyelipkan kaki.

Tags : sepatu-pantofel-untuk-wanita



Referensi artikel “Sepatu Pantofel Untuk Wanita” :
en.wikipedia.org
www.wildsmith.com
www.livslystsogndal.no
March 31, 2015

Sepatu Pantofel Wanita

by , in

sepatu pantofel wanitasepatu pantofel wanitasepatu pantofel wanita


Sepatu Pantofel Untuk Wanita
Lebih Cantik Dari Aslinya


Pantofel sebelumnya adalah sepatu pria, lalu diadopsi untuk wanita dan lebih populer dengan sebutan Loafers.


Jangan heran jika mengetikkan keyword “sepatu pantofel wanita” di browser, kemudian muncul gambar-gambar sepatu mirip Loafers. Karena sebetulnya yang dimaksud Pantofel dan Loafers adalah sama, hanya berbeda istilah. Model tersebut selain memiliki kenyamanan untuk penggunanya juga kemudahan saat memakai dan melepaskannya karena tidak dilengkapi dengan tali sepatu. Dalam istilah persepatuan model seperti itu juga disebut Slip On.

Kedua sebutan yang berbeda tersebut, pantofel dan loafers seringkali membuat rancu pengertian konsumen yang bukan penyuka sepatu terutama di Indonesia. Sejak puluhan tahun Pantofel disukai dan digunakan para pria, modelnya nyaris tak pernah berubah, begitu pula sebutannya. Kaum pria yang umumnya kurang memiliki perhatian terhadap fashion dan masih beranggapan fashion adalah urusan wanita, tidak begitu mempedulikannya, kecuali memakai sepatu yang namanya Pantofel.

Pantofel merupakan kata serapan yang berasal dari Bahasa Belanda Pantoffel, dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai Slipper. Wikipedia mendefinisikan Slipper sebagai “light shoes that are easy to put on and off and are intended to be worn indoors, particularly in the home”. Kurang lebih artinya adalah sepatu untuk digunakan dalam ruangan yang mudah dipakai dan dilepaskan, khususnya di rumah.

Mencermati asal istilah tersebut, sepatu yang populer di Eropah ini dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia di masa penjajahan. Selanjutnya setelah memasuki masa Kemerdekaan, sepatu yang termasuk salah satu peninggalan Belanda ini dikembangkan di Indonesia dengan nama yang diserap dari bahasa aslinya.

Mengapa sepatu Pantofel memiliki popularitas abadi ?


Dibandingkan dengan model sepatu pria lainnya, yaitu Oxford, Derby dan Monk Strap sepatu model Pantofel atau Loafer semula hanya ditujukan untuk penggunaan didalam rumah yang fungsinya sama dengan sandal jepit, karena itu konstruksi Loafers yang lebih sederhana sehingga membuatnya mudah untuk dipakai dan dilepaskan.

Sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakat yang tak terlepas dari perkembangan kondisi sosial ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan dan tentu saja tuntutan dari dunia fashion sendiri, sepatu loafers kemudian diterima setara dengan model sepatu pria lainnya. Bahkan dari segi efisiensi loafers lebih banyak memberikan kemudahan untuk penggunanya.

Model Oxford dan Derby yang menggunakan tali, meskipun hanya membutuhkan waktu tidak sampai satu menit untuk mengikatkannya setiap kali hendak digunakan, juga mengurai simpulnya ketika hendak melepaskannya kembali, semakin dianggap kurang praktis dalam masyarakat modern yang menuntut efisiensi waktu.

Model Monk Strap mungkin membutuhkan waktu lebih singkat karena untuk mengeratkan ke kaki menggunakan buckle strap atau gesper. Bahkan dalam keadaan terburu-buru masih bisa dipakai meskipun tanpa harus mentautkan gesper tersebut, hanya saja dari segi visual akan nampak kedodoran. Perbedaan cara memakai sepatu pria model Oxford, Derby, Monk Strap dan Loafer atau Pantofel membuat orang yang berorientasi pada efidiensi waktu cenderung untuk memilih model yang terakhir itu.

sepatu pantofel wanita

Selain karena terbatasnya model sepatu pria, Pantofel menjadi alternatif satu-satunya untuk model sepatu yang tidak menggunakan tali, cara memakainya juga sangat praktis, lebih cepat dan lebih mudah. Tinggal masukkan kaki tanpa ribet, langsung dipakai berjalan. Karakteristik Pantofel sesuai dengan kecenderungan pria yang lebih mengutamakan fungsi dan kenyamanan dalam penggunaannya.

Bandingkan dengan model sepatu resmi kaum pria yang menggunakan tali, setiap kali melepas dan menggunakannya diperlukan waktu tersendiri dan harus membungkuk. Perawatannya pun juga cukup ribet, tali sepatu harus terlebih dulu dilepas agar seluruh bagian bisa disemir. Setelah selesai, masih harus memasang talinya kembali.

Model Pantofel pada prinsipnya memanfaatkan kemelaran kulit untuk “mencengkeram” seluruh bagian kaki, sehingga sepatu tidak perlu “diikat” memakai tali sepatu agar tidak terlepas dari kaki penggunanya. Toleransi kemelaran yang paling besar ditempatkan pada bagian atas kaki kemudian diperkuat dengan semacam strap untuk menjamin “cengkeraman yang lebih kuat agar sepatu tak terlepas dari kaki.

Dengan berbasis pada desain dasar tersebut, maka hadirlah berbagai variasi atau style yang bisa ditambahkan untuk memberikan tampilan yang berbeda secara signifikan. Beragam style tersebut semakin menambah jumlah konsumen sepatu model Pantofel yang umumnya terdiri dari kaum pria. Dalam fungsinya untuk membedakan status sosial penggunanya, para  konsumen “bermain” pada merk sepatu Pantofel.

Karena Loafer makin banyak disukai, pasarnya pun ikut berkembang dan kompetitisi antar produsen juga semakin ketat. Akibatnya model loafers juga mengalami sentuhan desain dan aplikasi yang paling banyak, kemudian hadirlah model Penny Loafers yang disusul Tassel Loafers. Pada tahun 1953 Gucci mendesain Horsebit Loafers diikuti oleh kehadiran style dengan desain mirip model tersebut yang tak lain merupakan modifikasi loafers rancangan Gucci, selanjutnya dikenal dengan sebutan Bit Loaferts  Pada tahun 1950-an hadir model Belgian Loafers, tetapi style ini lebih populer di Eropa.

sepatu pantofel wanita

Style lain yang mirip model loafers sehingga sering keliru dikategorikan sebagai loafer adalah zipper shoes. Bagian yang paling spesifik dari style ini adalah penambahan zipper atau risleting sebagai pengganti tali sepatu pada model Oxford atau Derby dan pengganti buckle atau gesper pada model Monk Strap.

sepatu pantofel wanita
Karena mengadopsi model loafers maka penampilannya pun sama persis dengan loafers, tetapi secara mendasar tidak bisa dimasukkan dalam kategori loafers. Pada prinsipnya loafers adalah model sepatu yang bisa dipakai dan dilepas tanpa menggunakan bantuan tangan dari penggunanya. Apabila pada model loafers tersebut ditambahkan dengan zipper, meskipun penggunanya bisa memasukkan kaki tanpa bantuan tangan, pada akhirnya zipper atau risleting tersebut harus ditarik untuk merapatkan sepatu pada kaki.

Zipper shoes lebih tepat dimasukkan dalam kategori sebagai salah satu model sepatu pria bersama dengan model Oxford, Derby dan Monk Strap. Zipper sudah ditemukan sejak tahun 1891 oleh Whitcomb Judson dari Chicago dan mendaftarkan hak patennya pada bulan Agustus 1893. Judson kemudian bekerjasama dengan seorang pengusaha, Lewis Walker, untuk mendirikan perusahaan ritsleting sebagai perangkat untuk mengencangkan sepatu. Tetapi pada saat dipromosikan di Chicago World Fair 1893, produknya yang inovatif tersebut ternyata tidak mendapat respon positif dari publik.

Zipper yang dikenal di era modern adalah hasil rancangan Gideon Sundback, salah seorang karyawan perusahaan zipper, Universal Fastener Company pada tahun 1913. Rancangan itu merupakan penyempurnaan bentuk pada perangkat pemisah rel zipper yang dipatenkan pada tahun 1917.

Istilah zipper sendiri dipopulerkan oleh B.F. Goodrich Company. Perusahaan ini menggunakan perangkat buatan Sundback tersebut sebagai penutup dan pembuka pada untuk sepatu karet. Saat itu sepatu buatan Goodrich terbilang inovatif, sehingga cepat dikenal publik dan perangkat baru yang dipakai itu kemudian disebut sebagai zipper, sebutan tersebut tidak pernah berubah sampai sekarang.

Seperti halnya pada sepatu pria, zipper paling banyak digunakan sebagai penutup model booties karena dapat berfungsi efisien untuk merapatkan belahan kulit sepatu yang berukuran panjang, minimal sepergelangan kaki. Tetapi zipper yang diaplikasikan dengan model pantofel atau loafers dan style lainnya lebih berfungsi hanya sebagai asesories.

Pada beberapa model dan style tersebut, zipper nyaris tidak memiliki fungsi. Justru berdampak menyulitkan untuk perawatan sepatu karena celah-celah gerigi zipper berpotensi menyimpan kotoran. Zipper yang terbuat dari bahan logam aluminium di saat masih baru memang nampak berwarna kuning keemasan, tetapi untuk jangka waktu lama setelah teroksidasi benda yang mengandung alkali dan zat asam mengalami korosi dan cenderung berubah warna menjadi kehitam-hitaman.

sepatu pantofel wanita

sepatu pantofel wanita

sepatu pantofel wanita

sepatu pantofel wanita

Dalam dunia sepatu fashion zipper paling banyak digunakan untuk sepatu model booties, mulai dari ankle boots sampai over the knee boots. Karena zipper menjadi satu-satunya perangkat paling praktis dan efisien untuk membuka dan menutup model booties yang memiliki ukuran cukup panjang jika memakai tali atau kancing. Zipper jarang digunakan sebagai perangkat untuk sepatu dengan model dan style selain booties.

Sepatu Pantofel dalam dunia fashion wanita


Loafers hadir ditengah-tengah dominasi model Mary Jane atas sepatu wanita dan pria AS sejak awal abad 19. Di tahun 1930-an Mary Jane mulai kurang diminati kaum pria dan secara berangsur-angsur Mary Jane menjadi model sepatu wanita, di saat yang sama loafers juga mulai diadopsi menjadi sepatu wanita. Tetapi berbeda dengan sekarang, pantofel atau loafers selalu dipakai dengan kelengkapan kaus kaki.

Foto-foto dokumentasi berasal dari tahun 1940-an yang masih berwarna hitam putih  menunjukkan trend fashion di masa itu. Para remaja hingga wanita dewasa memakai pantofel atau loafers yang dilengkapi kaus kaki, meskipun beberapa diantaranya memakai model sepatu pria. Dimasa itu loafers dengan kaus kaki warna putih dipadupadankan dengan gaun di bawah lutut menjadikan penampilan yang modis.

sepatu pantofel wanita tahun 1940

sepatu pantofel wanita
Loafers dengan kaus kaki putih menjadi keharusan bagi remaja di tahun 1940-an.

sepatu pantofel wanita
Loafers dengan kaus kaki putih mendominasi kaki remaja di tahun 1940-an

sepatu pantofel wanita
Loafers paling disukai dibandingkan model sepatu pria lainnya yang diadopsi menjadi sepatu wanita

Sampai pada tahun 1950-an model sepatu Pantofel masih menjadi trend fashion bagi para remaja hingga wanita dewasa. Meskipun model sepatu yang diadopsi dari sepatu pria, khususnya Oxford dan Derby juga disukai tetapi tidak mengalahkan popularitas Pantofel atau Loafers. Berikut adalah beberapa dokumentasi dari tahun 1950-an tentang trend sepatu fashion di masa itu.

sepatu pantofel wanita tahun 1950

sepatu pantofel wanita 1950
Trend Pantofel dengan kaus kaki putih di tahun 1950-an

sepatu pantofel wanita 1950
Dua Remaja yang tampil “berani” dengan pantofel tanpa padanan kaus kaki putih

Pada tahun 1960-an kaum wanita Amerika dan beberapa negara Eropa yang sebelumnya selalu menggunakan Pantofel dengan kaus kaki atau stoking mulai mengubah gaya mereka dengan tanpa kaus kaki dan menggunakan Pantofel untuk kesempatan non formal. Hal yang sama juga terjadi di kalangan kaum pria, Pantofel menjadi model sepatu casual sekaligus bisa digunakan untuk kesempatan yang bersifat resmi. Bahkan kini memakai loafers dengan kaus kaki, di kalangan fashion bisa dianggap sebagai sesuatu yang tabu.

sepatu pantofel wanita

sepatu pantofel wanita 1960
Model sepatu Pantofel dari dokumentasi foto tahun 1962

sepatu panrofel wanita tahun 1960
Pantofel yang dipakai untuk memperagakan model mini skirt di tahun 1966

sepatu pantofel wanita 1960
Penampilan model dengan memakai Loafersd di tahun 1968

Pantofel atau loafers saat ini selain lebih beragam karena diaplikasi dengan berbagai style, penampilannya pun juga sudah banyak berbeda akibat penggunaan material yang merupakan produk baru sebagai hasil dari kemajuan teknologi di bidang produksi. 

Karena praktis dan kenyamanannya, sepatu Pantofel mendominasi model sepatu yang paling banyak terjual. Model Pantofel banyak dipakai di kantor-kantor sampai kampus. Pantofel bisa dipadupadankan dengan beragam busana, dari celana pendek, rok mini hingga busana resmi. Penggunanya cukup membeli sepasang sepatu untuk digunakan di berebagai kesempatan yang berbeda-beda.

Pantofel yang paling populer saat itu terbuat dari bahan kulit warna coklat atau coklat kehitam-hitaman, hanya beberapa yang menggunakan bahan dari suede. Puncaknya pada 1980-an, Pantofel menjadi sepatu resmi meskipun tanpa kaus kaki gara-gara dicontohkan oleh Don Johnson yang selalu tampil berjas dalam perannya sebagai detektif dalam film seri Miami Vice. Bahkan kini memakai loafers dengan kaus kaki, di kalangan fashion bisa dianggap sebagai sesuatu yang tabu.


Sepatu Pantofel Wanita
Don Johnson dengan pantofel tanpa kaus kaki yang menjadi mode.

Dalam perkembangannya model Pantofel dengan desain dasarnya yang mirip sepatu flat ini kemudian diadopsi menjadi sepatu untuk wanita. Maklum, Dunia fashion yang selalu menuntut kreativitas dan inovasi para desainer tidak menyia-nyiakan model Pantofel yang di kalangan pemakai utamanya memiliki penampilan sangat terbatas.

Sepatu Pantofel Wanita Modern

Meskipun telah mengalami masa kemerdekaan sudah lebih dari tujuh puluh tahun, Pantofel yang merupakan kata serapan dari Pantoffel, istilah warisan dari masa penjajahan Belanda masih saja populer sehingga sering menjadi rancu dengan Loafers atau Slipper. Kalangan penyuka sepatu fashion lebih akrab dengan istilah Loafers, karena hanya istilah ini yang digunakan di event fashion yang pengaruhnya semakin meluas sejalan dengan dimasukinya era globalisasi.

Menjadi bagian dari perangkat fashion, Pantofel hadir dengan beragam model dan style. Pantofel yang lebih populer dengan sebutan Loafers itu bisa diaplikasikan dengan beragam ukuran high heels dan beragam model, belum lagi jika dibuat dengan menggunakan bahan sepatu wanita yang jenisnya cukup banyak. Pantofel menjadi salah satu model sepatu wanita yang memiliki segmentasi tersendiri.

Pantofel bisa diaplikasi dengan banyak model sehingga bisa menjadi sepatu casual untuk dipakai bersantai dan pada kesempatan-kesempatan tidak formal. Menjadi sepatu fashion untuk wanita, Pantofel juga bisa didesain menjadi sepatu yang bernuansa resmi sehingga mendukung penggunanya tampil maksimal dalam kesempatan formal. Selain karena nyaman digunakan, konstruksi dasar Pantofel yang membuatnya mudah untuk dipakai dan melepaskannya kembali, menjadi keunggulan model sepatu Pantofel wanita atau yang disebut Loafers untuk menarik konsumen.

Berikut adalah beberapa loafers sebagai model sepatu unisex yang tidak hanya elegan dipakai oleh kaum pria, tetapi juga bisa modis dan stylish digunakan sebagai alas kaki wanita dengan beragam padanan busana, mulai dari gaya casual hingga penampilan yang bersifat resmi.

Berikut adalah beberapa loafers sebagai model sepatu unisex yang tidak hanya elegan dipakai oleh kaum pria, tetapi juga bisa modis dan stylish digunakan sebagai alas kaki wanita dengan beragam padanan busana, mulai dari gaya casual hingga penampilan yang bersifat resmi.

sepatu pantofel wanita
Style sepatu pantofel yang paling populer adalah Penny Loafers

sepatu pantofel wanita
Penampilan modis Penny Loafers dengan aplikasi pointed toe

sepatu pantofel wanita
Tassel Loafers untuk wanita biasanya ditandai rumbai-rumbai lebih rimbun dan panjang

sepatu pantofel wanita
Tassel loafers dengan vamp rendah mengadopsi gaya flat

sepatu pantofel wanita
Penampilan maskulin Tassel loafers karena diaplikasi dengan military sole

sepatu pantofel wanita
Penampilan casual Bit Loafers dengan pilihan bahan suede

sepatu pantofel wanita
Bit Loafers berbahan kulit asli untuk penampilan semi formal

sepatu pantofel wanita
Bit loafers didesain dengan sentuhan feminin

sepatu pantofel wanita
Bit Loafers tampil elegan dengan aplikasi pointed toe

sepatu pantofel wanita
Dengan pilihan bahan denim Bit Loafers berubah casual

sepatu pantofel wanita
Casual Loafers yang berbasis Pantofel klasik diaplikasi dengan bahan denim

sepatu pantofel wanita
Casual Loafers didesain dekoratif dengan bahan suede

sepatu pantofel wanita
Casual Loafers bercirikan bahan non kulit dengan desain kontemporer

sepatu pantofel wanita
Loafers yang tampil cantik dengan aplikasi pointed toe

sepatu pantofel wanita
Penampilan Pantofel klasik setelah diaplikasi strap lebar dengan bahan sintetis.

sepatu pantofel wanita
Low heels Loafers dengan sentuhan pointed toe

sepatu pantofel wanita
Pantofel atau Loafers dengan konstruksi low heels

sepatu pantofel wanita
Dengan aplikasi chunky high heels, Loafers tampil lebih stylish dan elegan

sepatu pantofel wanita
Low heels Loafers dengan sentuhan pointed toe

sepatu pantofel wanita
Penampilan Pantofel classic diaplikasi dengan trend platform

sepatu pantofel wanita
Bit Loafers yang lebih sehat dengan platform lebih tinggi di bagian tumit

sepatu pantofel wanita
Pantofel platform dengan fungsi utama untuk menambah tinggi badan penggunanya

sepatu pantofel wanita
Classic Loafers yang tampil dengan gaya minim aplikasi

sepatu pantofel wanita
Classic Loafers lebih stylish dengan sentuhan pointed toe dan bukan warna hitam

Sepatu pantofel wanita atau loafers, disebut juga slipper menjadi salah satu model sepatu wanita yang bisa diaplikasikan dengan model lain yang berbeda-beda menurut  jamannya, karena itu meskipun tidak menjadi model yang dominan pantofel memiliki pasar yang tak pernah surut. Kelebiihan pantofel yang membuatnya tetap bisa bertahan adalah konstruksinya yang spesifik sehingga kapan pun bisa dipakai dan dilepas dengan cepat, tanpa perlu ribet dan repot.

Tags : sepatu-pantofel-wanita


Artikel Terkait dengan “Sepatu Pantofel Wanita Lebih Cantik Dari Aslinya” :

Sepatu Pantofel Untuk Wanita Lebih Populer Disebut Loafers
Sepatu model Loafers yang terpopuler adalah style Penny Loafers
Sepatu Loafers yang Berumbai Disebut Tassel Loafers
Style Sepatu Loafers Rancangan Gucci Pada Tahun 1953

Referensi & Foto artikel “Sepatu Pantofel Wanita Lebih Cantik Dari Aslinya” : 

01. Slip-on Shoe, Wikipedia
02. Loafing Around A Brief History Of Fashions Favorite Flat
03. Loafers History Facts And Style
04. Who invented zipper?
05. Who Invented the Zipper ?
06. Transformatie Kostuum In Dames En Herenuitvoering.
07. Mens Dress Shoe Guide