November 28, 2014

Model Sepatu Wedges

by , in
Model Sepatu Wedges

Model Sepatu Wedges Sudah Ada Di Abad 15 ?


Model Sepatu Chopine memang mirip Wedges, tapi Chopine memiliki fungsi lain yang membuatnya kurang layak disebut sebagai perangkat fashion. Apa itu ?

Model sepatu mirip Wedges sudah ada jauh sebelum perancangnya sendiri, Salvatore Ferragamo dilahirkan. Sepatu tersebut sudah digunakan oleh keluarga kerajaan dan bangsawan Eropa pada abad ke 15 sebelum akhirnya meluas dan menjadi mode bagi masyarakat di sampai pada abad ke 17.

“Wedges” yang populer saat itu dikenal dengan nama Chopine. Memiliki disain yang nyaris sama, keduanya memiliki hak tinggi yang menyatu dengan shank. Perbedaannya, jika Wedges memiliki posisi tinggi di bagian tumit dan rendah di ujung kaki dengan bentuk berlekuk mengikuti postur telapak kaki, maka Chopine tidak berbeda dengan flat, alias datar tetapi meninggi di bagian tumit.

Mengapa tak disebut pendahulu Wedges dan apa fungsi lain dari Chopine ?

Perbedaan yang tak lazim dengan sepatu modern tersebut menjadi alasan bagi sebagian kalangan fashion untuk menolak Chopine dimasukkan dalam kategori high heels, apalagi jika dimasukkan dalam silsilah sebagai nenek moyang Wedges. Di jaman itu memang semua sepatu memiliki satu platform dan tidak ada ruang yang kosong antara tumit dengan ujung jari kaki.

Asal usul Chopine tak tercatat dalam sejarah. Popularitas sepatu model itu mencapai puncak di Italia, tepatnya di Venice yang menjadi pusat perdagangan dan pertukaran budaya tidak hanya antar negara Eropah, tetapi juga budaya dari Asia. Diduga bentuk dan disain Chopine juga dipengaruhi oleh alas kaki yang digunakan para pedagang dari Turki, juga berhak tinggi.

Jika Wedges dirancang untuk kebutuhan fashion sesuai dengan tuntutan penggunanya yang ingin tampil lebih menarik, Chopine juga dirancang dengan kebutuhan yang sama. Hal ini bisa dilihat dari disain Chopine dalam beragam warna dan ornamen yang mungkin di jamannya sedang “ngetrend”. Hanya bahan bakunya untuk bentuk platform yang besar dan tebal tersebut berasal dari bahan yang berbeda dengan Wedges rancangan Ferragamo.

Disainer Chopine nampaknya tidak mempedulikan kenyamanan penggunanya, mereka lebih mengutamakan sisi estetika dan status simbol para konsumen yang terbatas di kalangan keluarga raja dan para bangsawan, sehingga beberapa sepatu Chopine menjadi terlalu berat dan sulit untuk digunakan melangkahkan kaki khususnya bagi para wanita.

Model Sepatu Wedges

Tinggi rendahnya ukuran hak bagi Chopine juga memiliki makna khusus. Dibandingkan Wedges yang mengutamakan pada aspek penampilan konsumen, Chopine lebih mengutamakan tingkat kebangsawanan penggunanya. Semakin tinggi hak pada sepatu Chopine, maka akan semakin tinggi pula status sosial pemakainya. Cara berpikir yang simpel dari keluarga raja dan para bangsawan untuk melegitimasi status mereka di jaman itu, dilakukan dengan melarang masyarakat biasa memakai sepatu tinggi. Hal itu dapat diimplementasikan dengan baik pada hak sepatu Chopine.

Tetapi pada perkembangannya para wanita tuna susila kelas tinggi dan gundik para bangsawan di jaman itu juga menggunakan Chopine meskipun dengan ukuran sedang. Bagi mereka Chopine tidak hanya untuk mempercantik penampilan, tetapi juga turut meningkatkan kelas sosial meskipun sebenarnya hanya berprofesi sebagai perempuan  nakal.

Dibandingkan dengan Wedges yang dijual untuk seluruh wanita yang peduli fashion sehingga dipasarkan dengan cara-cara modern melalui fashion show dan internet, Chopine terbatas digunakan oleh kalangan tertentu. Sejarah dan perkembangannya dari tahun ke tahun terdokumentasi secara terbatas. Sementara di dunia modern yang semakin tertata dengan dukungan aplikasi teknologi mampu mencatat setiap detil penemuan baru.

Jika Chopine menjadi bagian dari sejarah sepatu wanita dengan informasi yang minim, Wedges berada dalam situasi yang berbeda. Karya-karya Salvatore Ferragamo, khususnya sepatu Wedges tidak hanya terdokumentasi secara detil tetapi juga tersimpan dalam sejumlah museum, termasuk museum pribadi Ferragamo di Palazzo Spini Feroni, Italia. Di museum itu perkembangan sepatu Wedges karya Ferragamo dari tahun ke tahun dapat diketahui secara persis.

Lahirnya style baru Wedges juga langsung tersebar ke seluruh dunia begitu diunggah ke internet, sehingga memungkinkan setiap wanita di wilayah mana pun bisa selalu tampil tanpa ketinggalan mode.

Meskipun secara umum Wedges maupun Chopine adalah perangkat fashion yang dirancang dengan mengutamakan segi estetika, sebenarnya jika dicermati maka akan ditemukan perbedaan fungsional yang sangat mendasar antara Wedges yang mewakili jaman modern dengan Chopine yang mewakili abad 15 sampai 17. 

Para disainer Wedges bekerja dengan orientasi pada kenyamanan konsumen, agar para wanita yang memakai high heels bisa merasa nyaman dan melangkah dengan rasa percaya diri tanpa takut terjatuh. Dengan demikian mereka bisa berjalan-jalan lebih jauh dan bebas mengaktualisasikan penampilan yang seksi dan menarik. Sebaliknya, para disainer abad ke 15, khususnya ketika merancang Chopine untuk para wanita keluarga kerajaan dan para isteri bangsawan selalu berorientasi untuk membuat agar Chopine sulit digunakan.

Mengapa demikian ? Menurut beberapa literatur, sepatu Chopine juga dirancang untuk fungsi yang menurut konsumen modern pasti menggelikan. Yakni agar para isteri enggan berjalan jauh untuk meminimalisir kemungkinan bertemu pria lain, dengan demikian bisa mencegah terjadinya perselingkuhan. Jadi, yang berkepentingan dengan disain dan bahan sepatu Chopine bukan hanya para wanita, tetapi juga para suami mereka yang bukan merupakan konsumen langsung.


Artikel terkait dengan sepatu wanita model Wedges

Sepatu Wedges Wanita
Sepatu Wedges Masih Jadi Pilihan Wanita
Sepatu Wedges untuk wanita yang dirancang Salvatore Ferragamo pada tahun 1930-an, hingga kini masih populer dan memiliki pasar yang luas. Bagaimana perkembangan model Wedges dari masa ke masa hingga disain yang populer di masa kini ?

Sepatu Wedges
Sepatu Wedges - High Heels Aman Rancangan Ferragamo
Sepatu high heels aman adalah Wedges yang dirancang Salvatore Ferragamo setelah mempelajari anatomi kaki di University of Southern California.  Dalam dunia fashion sepatu wanita, Ferragamo adalah legenda yang merancang dan membuat sepatu saat masih berusia 9 tahun !

Sepatu Wanita Model Wedges
Agar Tidak Menjadi “Korban” Sepatu Model Wedges
Sepatu Wanita model Wedges terbilang sebagai jenis high heels yang aman, tetapi untuk memakainya perlu dicarikan padanan busana yang sesuai. Bagaimana menggunakan sepatu model wedges tetapi tidak terkesan Anda sedang berdiri diatas sebatang balok yang mirip sepatu ?
Sepatu Wanita Model Prism
Dari Sepatu Wedges ke Model Prism
Kehadiran model Wedges sebagai sepatu wanita jenis high heels yang aman mulai digeser dengan sedikit modifikasi di bagian heels yang kemudian disebut model Prism, model ini memang lebih elegant meski kurang aman. Tapi bagi masyarakat awam, perbedaan itu nyaris tak nampak.

Wedges Dibenci Kaum Pria Adalah Survey Kadaluarsa
Hasil survey setahun yang lalu dimuat ulang oleh beberapa media online di Indonesia, bahkan ada yang dilabeli dengan hasil survey terbaru. Informasi kadaluarsa itu mungkin bisa membodohi para pengunjung internet, tetapi tidak di kalangan dunia fashion yang peka terhadap perubahan trend mode.

Wedges Trend 2015, Ferragamo Balik Ke Masa Lalu ?
Hasil survey setahun yang lalu dimuat ulang oleh beberapa media online di Indonesia, bahkan ada yang dilabeli dengan hasil survey terbaru. Informasi kadaluarsa itu mungkin bisa membodohi para pengunjung internet, tetapi tidak di kalangan fashion yang peka terhadap perubahan trend mode.

”RainbowRainbow Wedges, Ikonnya Wedges Ferragamo
Saat dirancang pertama kali Wedges merupakan model sepatu inovatif dengan platform sekaligus sole berukuran tebal. Rainbow Wedges terpilih sebagai ikon atas penemuan sepatu model Wedges, sekaligus mengukuhkan Penemunya, Salvatore Ferragamo sebagai salah satu Desainer legendaris.

”Sepatu Wanita Salvatore FerragmoSepatu Wanita Ferragamo Yang Memperkaya Fashion
Sepatu wanita rancangan Salvatore Ferragamo menjadi tren yang mewarnai dunia fashion menjelang akhir abad 20. Pasalnya, Ferragamo merancang sepatu para aktris Hollywood papan atas. Film-film produksi Hollywod yang beredar di seluruh dunia ikut mempromosikan sepatunya.

Prediksi Fashion : Trend Model Wedges 2015
Trend sepatu model Wedges tahun 2015 yang ditawarkan dalam berbagai fashion show menjelang berakhirnya tahun 2014 nyaris sama. Para desainer mengubah platform Wedges agar tak mengesankan sebagai “ganjal kaki”. Apalagi pasar Wedges sudah digeser oleh model Prism.

Trend Model Wedges 2015-2016, Reinkarnasi Tahun 1939
Model Wedges Ferragamo yang ditawarkan sebagai trend 2015-2016 merupakan reinkarnasi Wedges rancangan tahun 1939, tanpa platform, tetapi lebih stylish dan terkesan aritokratis. Selain itu Ferragamo juga menawarkan heels dengan style baru yang belum pernah dirilis.
November 23, 2014

Sepatu Wanita Hak Tinggi

by , in
Sepatu Wanita Hak Tinggi

Berapa Ukuran Tinggi Hak Sepatu Wanita ?

Istilah sepatu wanita hak tinggi atau high heels sering menimbulkan pengertian bias, berapa ukuran tinggi hak sepatu wanita yang dikategorikan sebagai high heels ?

Sepatu wanita hak tinggi atau biasa disebut high heels menjadi jenis sepatu yang semakin populer di kalangan wanita. Alasannya, selain bisa menambah tinggi tubuh pemakainya, juga mengesankan kaki pengguna bertambah panjang dan ramping. Semakin tinggi high heels maka akan semakin membuat pengguna tampil secara elegant dan seksi.

Karena untuk memelihara keseimbangannya, pengguna high heels harus berjalan secara teratur dan hati-hati, sehingga penampilannya akan lebih kelihatan anggun. Bukan itu saja, efek fisik ketika melangkah dengan memakai sepatu hak tinggi juga akan mengakibatkan bergoyangnya pinggul secara ritmis,  sehingga menambah kesan seksi.

Apa relevansi tinggi heels dengan penampilan dan resiko ?

Karena bisa membuat penggunanya memperoleh nilai plus, maka banyak wanita ingin memakainya. Jika semula sudah terbiasa menggunakan sepatu berhak rendah, ketika membeli sepatu baru mereka akan memilih sepatu dengan hak yang lebih tinggi. Tetapi meskipun banyak wanita yang sudah akrab dengan istilah high heels, mereka belum tahu secara persis apa definisi high heels atau sepatu berhak tinggi.

Selain itu juga masih banyak yang kurang tahu, berapa sentimenter tinggi hak sepatu yang dikategorikan sebagai low heels atau berhak rendah,  berhak sedang, dan bertumit tinggi yang biasa disebut sebagai high heels.  Sedangkan di pasar fashion bisa ditemukan ribuan model sepatu dengan tinggi hak yang beragam, mulai dengan 3 Cm hingga 17 Cm.
Definisi High Heels atau Hak (Tumit) Tinggi

Sepatu Wanita Hak Tinggi

Berdasarkan definisi tersebut, maka semua sepatu yang didisain dengan bagian tumit atau heels lebih tinggi dibandingkan dengan bagian tengah telapak kaki dan ujung jari kaki, maka dikategorikan sebagai Hak Tinggi atau High Heels. Sedangkan sepatu yang dirancang memiliki sole tinggi, tetapi pada bagian tumit rata dengan dengan seluruh permukaan telapak kaki, maka TIDAK bisa disebut sebagai High Heels.

Pada kenyataannya di pasar sepatu wanita, tidak semua sepatu flat atau hak datar dirancang tanpa hak sama sekali, banyak diantaranya pada bagian tumit didesain lebih tinggi 1 sampai 2 Cm dengan cara mencetak sole lebih tebal di bagian tersebut atau memberikan tambahan hak untuk tujuan kenyamanan pemakainya.

Secara visual dan secara fisik saat dipakai, tambahan ukuran tersebut tidak mengakibatkan perbedaan signifikan dengan sepatu flat yang rata atau sama sekali tidak memiliki hak. Meskipun sebenarnya perbedaan tersebut secara medis memiliki pengaruh besar terhadap kesehatan akibat efek pendistribusian berat tubuh secara merata pada seluruh permukaan telapak kaki pemakainya.

Sepatu Wanita Hak Tinggi
Dengan memakai high heels penampilan Kim Kardarshian semakin cantik dan seksi

Dalam perkembangannya di dunia fashion yang lebih menitikberatkan pada pertimbangan estetika, perbedaan yang jelas antara sepatu flat dengan high heels adalah bila ukuran tinggi hak sepatu flat tidak melebihi batas minimal high heels yang secara umum disepakati setinggi 3,5 Cm, lebih dari ukuran tersebut dianggap masuk dalam kategori high heels, yang nota bene setiap model dan style bisa memiliki ukuran berbeda-beda.

Sedangkan bentuk hak sepatu atau model heels yang digunakan untuk high heels bisa bermacam-macam, tergantung pada kreativitas sang desainer. Sampai saat ini model heels yang paling disukai adalah aplikasi dari model Stiletto atau Cone Heels dengan ciri khas top heels atau bagian heels yang menyentuh lantai berukuran kecil.

Modifikasi dari kedua model tersebut mendominasi penampilan high heels sejak high heels dipopulerkan sebagai sepatu fashion wanita oleh Andre Perugia di Italia dan Roger Vivier di Perancis di era tahun 1950-an. Meskipun menurut catatan sejarah, ide pembuatan sepatu high heels pertama kali dikemukakan oleh Catherine de Medici pada tahun 1533.

andre perugia high heels
Andre Perugia dengan hasil desainnya di tahun 1931 dan tahun 1948


Roger Vivier desainer sepatu wanita hak tinggi
Iklan Christian Dior tahun 1961 yang mempromosikan high heels karya Roger Vivier

Saat itu Catherine masih berusia 14 tahun dan hendak dipertunangkan dengan Raja Perancis Henry II.Untuk ukuran orang Eropah tubuh Catherine terbilang kecil, tingginya hanya mencapai 150 Cm. Karena ingin terlihat lebih tinggi dan anggun sebagai layaknya seorang ratu, Catherine memerintahkan seorang tukang sepatu untuk membuat sepasang sepatu khusus untuk dirinya..

sepatu wanita hak tinggi pertama rancangan catherine
Sepatu wanita hak tinggi yang diancang pertama kali oleh Catherine de Medici

Secara tak langsung sepatu yang dibuat sesuai berdasarkan perintah Catherine tersebut merupakan hasil desain Catherine. Instruksinya adalah membuat sepatu yang diadaptasi dari model Chopin, yang sedang populer saat itu. Rinciannya, bagian tumit ditinggikan dan haknya dibuat ramping dan kecil. Di kemudian hari sepatu rancangan Catherine ini menjadi awal bagi hadirnya model Stiletto, karena pada prinsipnya konstruksi dasar sepatu tersebut tidak berbeda dengan high heels yang menjadi favorit wanita di abad 21.
Sepatu Catherine masa kini
Sepatu hak tinggi hasil desain Catherine itu tidak hanya populer sebagai perangkat fashion, tetapi juga menjadi status simbol karena hanya dipakai oleh keluarga kerajaan dan kalangan bangsawan. Pada pertengahan abad 16 model sepatu hak tinggi mulai merambah negara-negara Eropa di luar Perancis, para penyuka mode cenderung menganggapnya bukan sekedar sepatu fashion, tetapi juga bisa menambah tinggi badan pemakainya.

Popularitas sepatu hak tinggi di Perancis mencapai puncaknya pada awal abad ke-18, saat masyarakat Perancis namyak yang menggunakan sepatu hak tinggi. Akibatnya, status simbol sepatu tersebut menjadi hilang. Karena itu Raja Louis XIV mengeluarkan aturan yang melarang siapapun memakai sepatu dengan hak tinggi lebih dari 5 inci, yakni ukuran hak sepatu yang dipakainya.

Dalam perkembangan selanjutnya sepatu rancangan Catherine ini mengalami beberapa modifikasi dan menjadi salah satu model terpopuler di wilayah Eropah dan memasuki abad 20 model tersebut telah merambah ke seluruh dunia. Para penyuka sepatu fashion menyebut model tersebut sebagai Louis Heels atau French Heels, sesuai dengan asal desainernya.

Belakangan dengan sentuhan desain abad 21 model sepatu tersebut lebih dikenal dengan sebutan Spool Heels. Cirinya, lekukan di bagian tengah heelsnya tidak terlalu ekstrim, top heels dipertahankan tetap lebar sehingga memberikan  keseimbangan bagi penggunannya meskipun diaplikasikan dengan high heels.

perkembangan sepatu rancangan Catherine
Kini sepatu rancangan Catherine lebih populer dengan sebutan model Spool Heels

Beragamnya ukuran tinggi tersebut membuat high heels dibagi lagi dalam sub kategori :  Low Heels, Medium Heels dan High Heels. Selebihnya mungkin bisa ditambah dengan kategori Super High Heels karena memiliki ukuran sangat tinggi. Tetapi untuk sepatu ketegori ini sulit dimasukkan sebagai perangkat fashion, karena tidak fungsional dan terlalu sensasional. Lebih tepatnya bisa dikategorikan sebagai perangkat akrobatik.

Terkait antara ukuran heels dengan model sepatu, model yang menggunakan Low Heels adalah Kitten dan Spool. Untuk Medium Heels biasanya digunakan oleh model Puppy, Wedges atau Prism. Model dengan High Heels didominasi oleh Stiletto dan Cone dengan beragam variasi. Tetapi karena dunia fashion sangat dinamis dan haus kreativitas, sepatu dengan kategori Middle Hels dan High Heels sering diimplementasikan dalam model yang seringkali sama. Bahkan beberapa model Puppy bisa didisain dengan menggunakan high heels.

Sepatu Wanita Hak Tinggi

Karena itu pula, pasar sepatu wanita dan para konsumennya tidak pernah mempermasalahkan kategori heels ini. Disainer  merancang sepatu dengan model dan tinggi heels dalam ukuran tertentu, produsen membuatnya dan penjual memasarkannya ke konsumen. Apa model sepatunya dan berapa tinggi heelsnya tak pernah dipermasalahkan. Jika laku keras maka produksi juga akan dinaikkan. Sebaliknya jika tidak diminati pasar, konsumen akan disuguhi dengan sepatu hasil kreasi terbaru.

Selain itu, sepatu wanita sebagai hasil dari industri kreatif yang berbasis kreativitas dengan mengaplikasikan seni, siklus kreasi dan nilai ekonomis, menjadi sebuah produk yang sangat dinamis. Semakin meningkatnya wawasan masyarakat terhadap fashion akan memacu percepatan produksi dan meningkatkan kompetisi, sehingga pada akhirnya akan mengakibatkan singkatnya daur hidup model dan style sepatu.

Sepatu Wanita Hak Tinggi atau High Heels
Carrie LaChance, model yang tampil lebih seksi dengan high heels sampai posisi kakinya harus selalu berjinjit. Perhatikan telapak kaki Carrie bukan menapak secara normal seperti umumnya memakai low heels atau flat.

Meskipun high heels menjadi favorit para wanita karena identik dengan penampilan yang elegan dan seksi, kalangan medis menganggapnya sebagai alas kaki yang berbahaya karena dapat merusak kesehatan. Paling sedikit ancaman itu berupa resiko terkilirnya mata kaki dan terjatuh, khususnya bagi mereka yang belum mampu menguasai keseimbangan saat menggunakan sepatu hak tinggi model Stiletto atau Cone Heels.

Konstruksi high heels yang paling fashioned, paling elegan dan paling seksi dengan style pointed toe atau berbentuk runcing dan menyempit di bagian ujung, justru disimpulkan paling banyak menimbulkan berbagai gangguan kesehatan kaki. Sementara itu, pemakaian sepatu hak tinggi di atas lima sentimeter membuat kaki terus-menerus dalam posisi berjinjit, sehingga membuat tendon Akhiles yang berada di tumit belakang dan otot betis terus-menerus dalam keadaan tegang.

Penyakit akibat high heels

Sepatu Wanita Hak Tinggi
Meskipun sepatu hak tinggi menyebabkan banyak gangguan kesehatan kaki, tuntutan untuk tampil lebih cantik dan seksi membuat high heels tetap menjadi favorit wanita.

Posisi berjinjit tersebut menyebabkan pembuluh darah tertekan dan terbendung, akhirnya mengakibatkan varises. Sampai saat ini kalangan medis menemukan beberapa penyakit yang disebabkan pemakaian sepatu high heels secara terus menerus adalah :

1. Corns. Akibat beban tubuh yang tertumpu ke kaki bagian depan maka menimbulkan penebalan kulit kaki yang disebabkan gesekan berulang terhadap sepatu. Corns sering terjadi bersamaan dengan bunions.

2. Bunions. Penyakit ini merupakan pertumbuhan tulang yang di sekitar pangkal jempol kaki. Akibatnya, dapat membuat jempol kaki bengkok dan mengarah ke jari-jari kaki lainnya hingga menimbulkan rasa nyeri.

3. Hammer Toe. Kondisi di mana ujung jari kaki yang kedua terpaksa harus berada di posisi bawah, tertumpuk jari kaki lainnya akibat konstruksi pointed toe yang menyempit di bagian depan sepatu.

4. Morton's Neuroma. Timbulnya cedera pada saraf di pertengahan kaki akibat terus menerus menahan beban berat tubuh. Sehingga menyebabkan jaringan di sekitar daerah itu menebal, rasa sakit, dan mati rasa. Untuk meringankan beban penderita kadang-kadang sampai diperlukan pembedahan.

5. Pump Bump. Gangguan kesehatan yang juga disebut Haglund's deformity adalah tumbuhnya tulang yang terjadi pada tumit akibat tekanan konstan dan gesekan antara punggung kaki dengan tali sepatu hak tinggi. Pengobatannya hanya bisa dilakukan melalui pembedahan.

6. Metatarsalgia. Ini adalah jenis peradangan yang menyakitkan. Peradangan yang biasa terjadi pada bola mata kaki akibat dari tekanan berulang-ulang pada tulang metatarsal, yang posisinya berada di antara jari-jari kaki dan lengkungan kaki.

Berbagai dampak penyakit tersebut seringkali membuat mereka yang awam tentang high heels menjadi terheran-heran, bagaimana mungkin di luar sana ternyata masih banyak wanita yang memakai high heels ?  Sebenarnya tidak ada yang aneh, karena para pemakai sepatu hak tinggi secara alamiah akan mencari kesempatan untuk mengistirahatkan kaki mereka manakala sudah merasa capek berjinjit.

Beragam penyakit atau gangguan kesehatan kaki tersebut hanya akan menimpa mereka yang benar-benar penggila high heels, pada dasarnya mereka sudah dihinggapi oleh rasa kurang percaya diri secara berlebihan. Sehingga akan merasa kurang cantik, kurang tinggi, kurang langsing dan kurang seksi apabila tidak menggunakan high heels setiap kali tampil di depan umum. Akibatnya mereka lebih rela mengorbankan kaki mereka agar bisa tampil dengan penuh percaya diri.

Disamping itu, anggapan bahwa para penyuka high heels akan selalu memakai sepatu hak tinggi mereka adalah anggapan yang salah, umumnya high heels hanya dipakai pada kesempatan yang dianggap memerlukan penampilan optimal. Disamping itu, penyuka high heels adalah para wanita yang fashioned, dengan demikian mereka memiliki banyak jenis dan model sepatu beragam yang tidak selalu bertumit tinggi.

Tetapi pengecualiannya tentu ada, yakni Lady Gaga. Selebriti dunia yang suka penampilan unik dan menghebohkan dalam setiap pementasannya ini dikenal selalu memakai super platform high heels. Tak hanya saat show di atas panggung, tetapi dalam berbagai kesempatan dan dalam kesehariannya Lady Gaga juga memakai sepatu berhak tinggi yang masih ditambah dengan style platform berukuran di atas normal tersebut.

Model sepatu ini awalnya merupakan hasil desain Vivienne Westwood, perancang busana Inggris dan sempat membuat Naomi Campbell terjatuh di atas cat walk saat memperagakannya dalam sebuah event fashion di tahun 1993. Kecuali Lady Gaga tak ada wanita yang mau mengambil resiko dan tampil terlalu menarik perhatian dengan memakai sepatu super platform high heels tersebut. Akibatnya, sepatu model ini pun disebut dengan sepatu Lady Gaga.

Berikut beberapa penampilan model sepatu yang sebutannya sama dengan nama pemakainya itu.

sepatu wanita hak tinggi lady gagasepatu wanita hak tinggi milik lady gaga
sepatu wanita hak tinggi lady gaga yang super tinggisepatu wanita hak tinggi khas lady gaga

high-heels-lady-gaga Satu-satunya wanita yang mampu memanfaatkan high heels berukuran sangat tinggi secara efisien, mungkin hanya Lady Gaga.
Luangkan waktu beberapa menit untuk mengetahui alasan dan kesediaan Sang Popstar itu menerima resiko sepatu berhak sangat tinggi sekaligus melihat penampilan dengan berbagai model dan style high heels di High Heels Lady Gaga

Tinggi tidak berarti high heels

Sepatu yang berukuran tinggi tetapi tidak disebut high heels atau tumit tinggi adalah flat platform, karena pada prinsipnya posisi tumit dan telapak kaki bagian depan dari pengguna sepatu ini berada dalam posisi sejajar. Flat berplatform tidak berbeda dengan sepatu flat biasa, hanya saja sole-nya dipertebal.

Sepatu Wanita Hak Tinggi

Penampilan flat platform sekilas nampak seperti model wedges, tetapi secara mendasar berbeda. Berat badan pengguna wedges akan cenderung tertumpu pada jari-jari kaki dan telapak kaki bagian depan. Sementara berat badan pengguna flat platform tertumpu pada bagian tumit, jika sole di bagian tersebut sedikit ditinggikan maka pendistribusian berat badan akan terjadi secara merata pada seluruh permukaan telapak kaki.

Seperti efek high heels, model flat platform juga bisa menambah tinggi badan pemakainya. Sepatu model ini dianggap kurang fashioned, meskipun badan pemakainya bisa bertambah tinggi beberapa centimeter tetapi terkesan karena memakai "ganjal kaki".

Ukuran sepatu wanita hak tinggi


Ukuran dalam sentimeter untuk kategori Low Heels, Medium Heels dan High Heels bisa beragam karena setiap rumah mode cenderung memperkenalkan produk mereka sebagai model tertentu tetapi kadang-kadang dengan tinggi ukuran heels berbeda dengan rumah mode lainnya. Sementara secara umum karena istilah high heels menjadi trend, akibatnya batas antara Medium Heels dengan High Heels seringkali menjadi kabur. Para penjual dan toko sepatu lebih suka menawarkan Medium Heels pada ukuran maksimal sebagai High Heels. Alasannya, predikat High Heels bisa membuat produk cepat laku, karena kebanyakan wanita ingin memakai High Heels.

Beberapa rumah mode yang memiliki kesamaan persepsi terhadap kategori ini, diantaranya Gucci dan Jimmy Choo, memiliki batasan untuk Low Heels adalah kurang dari 2,5 inci atau kurang dari 6,35 Cm.  Untuk kategori Medium Heels adalah  antara 2,5 - 3,5 inci atau 6,35 Cm sampai 8,89 Cm. Dengan demikian tinggi hak sepatu diatas 8,89 Cm masuk dalam kategori High Heels.

Sepatu high heels dengan selisih 1 Cm umumnya sulit dibedakan hanya dengan cara melihatnya saja, tetapi dapat dirasakan perbedaannya setelah dicoba. Model Chunky yang berukuran sama tinggi dengan model Stiletto, secara sepintas akan terkesan bahwa Stiletto lebih tinggi dibandingkan Chunky. Berikut penampilan masing-masing model dengan ukuran tinggi yang berbeda-beda.

Sepatu Wanita Hak Tinggi

Ukuran tinggi tersebut diukur dari Top Heels, bagian ujung yang menapak ke lantai sampai pada pangkal hak sepatu yang terletak di Quarter dan bersentuhan dengan tumit. Ukuran hak atau heel ini mencerminkan pararelitas yang berbanding secara logis antara penampilan optimal dengan resiko, semakin tinggi ukuran high heel akan memberikan penampilan yang semakin cantik dan seksi. Tetapi sebaliknya juga akan menimbulkan resiko yang lebih tinggi. Singkatnya, semakin cantik dan seksi, maka semakin tinggi pula resiko Anda ! Itulah “Hukum High Heels”

Tags : sepatu-wanita-hak-tinggi

Artikel Terkait dengan “Berapa Ukuran Tinggi Hak Sepatu Wanita ?” :

Lebih Mengenal Stiletto High Heels
Tips Memilih Sepatu Wanita High Heels Sesuai Bentuk Kaki
Model High Heels Dan Stabilitasnya

Referensi & foto artikel “Berapa Ukuran Tinggi Hak Sepatu Wanita ?” :
01. High-heeled footwear
02. Dangerous Elegance, A History of High-Heeled Shoes
03. Glossary: Stiletto Heels
04. High Heel Hazards: The Dangers of Those Darling Stilettos
05. Why Shoe Lifts Are The Answer To Leg Length Difference
06. Enam Bahaya Menggunakan Sepatu Hak Tinggi
07. Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025, Departemen Perdagangan RI. Jakarta.(2008)
08. U.S. Dept of Health and Human Services, Office on Women’s Health; Varicose Veins and Spider Veins. 2010 : 1-7
09. www2.pictures.stylebistro. com
10. glamorousheels. com
11. www.yournextshoes. com
12. footwearnews. com
November 22, 2014

Pakai Sepatu Wanita Stiletto Atau Tidak ?

by , in
Pakai Sepatu Wanita Stiletto Atau Tidak ?

Pakai Sepatu Wanita Stiletto Atau Tidak ?


Stiletto high heels adalah model sepatu wanita yang menjadi salah satu ikon di dunia fashion karena mempesona tetapi beresiko tinggi. Apakah Anda memutuskan untuk memakainya atau tidak ? 

High heels model Stiletto adalah sepatu wanita yang paling kontroversial tetapi tetap menjadi favorit para wanita meskipun harus menanggung resiko terjatuh. Bahkan beberapa wanita yang pernah terjatuh tidak pernah merasa jera untuk kembali memakainya. Sehingga jika kita browsing tentang sepatu high heels, selalu akan menemukan artikel tentang tips memakai sepatu high heels model Stiletto yang aman.

Sebaliknya pula, banyak tips yang menyarankan untuk tidak memakai Stiletto high heels dengan alasan keamanan dan kesehatan. Jumlah itu masih belum ditambah dengan artikel-artikel copy paste yang oleh mesin pencari paling canggih dan terkemuka, Google, justru di taruh di halaman-halaman awal. Kontroversi tentang model sepatu yang memiliki ketinggian maksimum ini nampaknya memang menjalar kemana-mana, sikap kontra tersebut justru menandakan bahwa eksistensi sepatu jenis ini semakin kokoh.

Para wanita yang pro dan kontra Stiletto, siapa dan apa alasan mereka ?

Para wanita yang menjadi konsumen sepatu, sekaligus pasar bagi produsen dan para disainer juga terbelah menjadi dua kelompok. Yakni para wanita yang bersikap kontra terhadap high heels dengan alasan apa pun dan mereka yang menyukai dan menggunakan Stiletto high heels. Meskipun kadang-kadang tak jelas, berapa cm batasan ukuran high heels yang dimaksud. Kedua kelompok tersebut secara obyektif memiliki alasan yang bisa diterima, sepanjang mereka konsisten dengan alasan-alasan mereka.

Jika Anda tidak termasuk dalam salah satu kelompok tersebut, mungkin Anda termasuk dalam kelompok ketiga. Yakni mereka yang terombang-ambing di antara keduanya. Bisa jadi Anda sudah pernah memakai high heels yang bukan model Stiletto, tetapi model Cone dengan tinggi heel sekitar 15 Cm, atau model Wedges dan Prism dengan ukuran yang lebih rendah (mid heels) dan sempat hampir terjatuh, atau bahkan sudah pernah terjatuh. Sehingga meskipun ingin untuk memakainya kembali, tetapi menjadi ragu-ragu karena masih traumatis.

Bisa jadi pula Anda memang belum pernah sama sekali memakai high heels, paling tinggi model Puppy, tetapi sangat ingin memakai sepatu model Stiletto. Karena sering memperoleh informasi mengenai  resiko dan bahaya memakai high heels tersebut terhadap kesehatan kaki, maka Anda membatalkan atau selalu menunda untuk membeli Stiletto high heels.

Sementara di luar sana, akibat semakin terbukanya pasar global dan sengitnya persaingan produsen -  kini semua jenis dan model sepatu wanita cenderung dijual dengan harga semakin murah, bahkan dengan kualitas sepatu yang  tetap terpelihara. Pemasarannya pun dilakukan semakin gencar melalui berbagai media, khususnya melalui internet agar konsumen bisa lebih mudah untuk membelinya secara online.

Artikel ini tidak berpihak kepada para dokter atau kalangan medis, juga tidak berpihak pada produsen sepatu atau para disainer high heels, melainkan pada kenyataan bahwa sepatu high heels memang bisa membuat wanita tampil mempesona, tetapi di saat yang sama juga menyimpan bahaya. Seberapa pun alasan positif dan negatif yang bisa diberikan akan sama banyaknya, dan nota bene juga akan sia-sia karena keputusan terakhir ada di tangan Anda.

Sebelum memutuskan untuk memilih Stiletto high heels, disarankan untuk lebih dulu benar-benar memahami “Hukum High Heels” :
- Stiletto high heels merupakan kesatuan dari dua sisi yang saling bertentangan : pesona versus resiko, masing-masing selalu memiliki intensitas yang sama berbanding dengan ukuran ketinggiannya.

Jadi, semakin tinggi ukuran high heels yang Anda pakai, maka Anda akan tampil lebih mempesona dan menanggung resiko lebih besar. Sebaliknya jika Anda memakai high heels berukuran sedang, penampilan Anda akan kurang atau tidak begitu mempesona, tetapi resiko yang Anda hadapi juga lebih sedikit. Khususnya Stiletto tahu persis  kecenderungan dan  apa yang diinginkan oleh para wanita,  memberikannya dan meminta konsekuensi yang selalu setara.

Jika memang Stiletto high heels sedemikian berbahaya dan sangat merusak kesehatan, mengapa Stiletto dari tahun ke tahun tetap eksis ? Bahkan semakin dianggap sebagai sepatu yang berbahaya, maka akan semakin menaikkan nilai eksklusifnya ? Posisinya yang istimewa dan unik, yaitu selalu berada di tengah-tengah dua pihak: kalangan medis dan kalangan fashion membuat Stiletto menjadi obyek perbincangan yang selalu aktual dan tidak pernah usai.

Produsen dan disainer memanfaatkan momentum tersebut dengan secara berkala merilis style Stiletto terbaru. Hal ini pun tak akan bisa terjadi secara berkesinambungan tanpa direaksi positif oleh pasar, yakni para wanita yang menjadi konsumen. Entah membelinya dengan pertimbangan fashion, atau yang hanya  ikut-ikutan ingin tampil lebih menarik tanpa bekal strategi yang cukup untuk memanfaatkan Stiletto high heels secara optimal.

Kesimpulannya, jika Anda ingin tampil mempesona tetapi tidak mau menerima resiko sama sekali adalah hal yang tidak mungkin bisa dilakukan. Tidak pernah ada seorang wanita berpenampilan elegant, cantik dan seksi tanpa pengorbanan. Sama halnya dengan seorang wanita ingin memiliki tubuh yang langsing, tetapi tidak
bersedia melakukan diet karena tidak bisa menahan nafsu makannya yang tidak terkendali.

Pakai Sepatu Wanita Stiletto Atau Tidak ?

Kelak apa pun keputusan Anda juga masih akan melahirkan masalah baru. Jika misalnya Anda memilih menggunakan high heels dengan ukuran tinggi setara model Stiletto - masalahnya kemudian adalah bagaimana cara menggunakannya secara aman sehingga resikonya dapat ditekan seminimal mungkin ?
Juga ketika Anda memutuskan tidak menggunakan high heels, masalah yang pertama muncul adalah seberapa tinggi ukuran heels yang paling tepat ? Apakah Anda merasa cukup puas dan percaya diri untuk bisa tampil optimal seperti mereka yang menggunakan high heels model Stiletto ?

Bahkan jika Anda menolak untuk menggunakan kedua jenis sepatu tersebut, baik high heels atau sepatu flat, tetapi memilih yang paling tidak beresiko karena sudah terbiasa Anda pakai sehari-hari : sandal jepit. Ini pun akan melahirkan masalah susulan berikutnya, cukup “cuek”-kah Anda setiap kali ada orang yang melirik kaki Anda ketika sedang berjalan di mal atau memasuki tempat-tempat yang bersifat resmi ?

Pada  hakekatmya korelasi antara manfaat dan resiko tidak hanya berlaku dalam hal memilih sepatu, tetapi “hukum high heels” tersebut juga berlaku di seluruh aspek kehidupan. Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan salah satu dari berbagai pilihan, apa pun pilihannya akan selalu memiliki manfaat dan resiko dengan intensitas sama. Sikap selalu ragu-ragu atau sulit menentukan pilihan adalah pencerminan kurangnya pengenalan terhadap kapasitas diri sendiri, sehingga sulit mengukur seberapa besar batas-batas kemampuan untuk menanggung resiko atas pilihan tertentu.

Sebelum memutuskan satu pilihan, awali lebih dulu dengan mengenali kapasitas diri Anda sendiri terkait pilihan tersebut. Selanjutnya tinggal memutuskan, apakah Anda akan menggunakan high heels, atau sebaliknya memastikan tidak akan menggunakannya. Maka apa pun pilihan itu akan sama baiknya, karena yang terpenting bahwa pilihan tersebut diputuskan berdasarkan kesadaran terhadap kapasitas diri sendiri, untuk diri sendiri dan sama sekali bukan untuk orang lain.
November 21, 2014

Tips : Cara Memilih Sepatu Kerja Wanita

by , in
Tips : Cara Memilih Sepatu Kerja Wanita

Tips : Cara Memilih Sepatu Kerja Wanita


Meskipun fungsi utama Sepatu sebagai alas kaki, tetapi wanita lebih menganggapnya sebagai perangkat fashion. Karena itu sepatu untuk kerja juga harus fashioned.

Tips ini merupakan cara sederhana dalam memilih sepatu kerja untuk wanita yang pada umumnya ingin tetap tampil menarik dan feminin sebagai karyawan kantor. Bukan dalam pengertian “sepatu kerja” untuk profesi atau perusahaan tertentu yang telah ditentukan dengan standar khusus, hal ini memang lebih memudahkan wanita untuk membeli sepatu meskipun di sisi lain tidak memiliki kesempatan memilih sepatu yang lebih modis.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang jasa yang mengkondisikan karyawati sering berhubungan dengan klien biasanya tidak secara ketat menerapkan ketentuan pakaian, karena juga memperhitungkan pentingnya penampilan karyawati dalam menghadapi klien. Semakin modis karyawati maka akan semakin menaikkan citra perusahaan, sekaligus menjadi bagian dari strategi pemasaran untuk menjaring lebih banyak klien.

Apa untungnya bagi wanita yang berwawasan fashion ?

Wanita yang memiliki kesadaran dan wawasan fashion yang cukup baik jika bekerja di perusahaan tersebut akan memiliki ruang yang luas untuk mengaktualisasikan diri. Sehingga dampaknya juga akan memiliki kepercayaan diri lebih tinggi, merasa lebih nyaman dan sekaligus memiliki peluang peningkatan karir yang lebih besar. Tetapi sebaliknya, karyawati yang “buta” fashion akan cenderung kalah berpenampilan dibandingkan dengan sesama rekan kerja mereka yang lebih fashioned.

Itulah salah satu alasan mengapa banyak artikel dalam blok ini yang meskipun secara khusus berisi tips tentang sepatu wanita, tetapi selalu lebih menekankan pada pentingnya pengembangan wawasan dan kesadaran fashion secara menyeluruh, karena dalam pengertian secara utuh sepatu wanita adalah bagian penting dari fashion. Kecenderungan wanita sebagai konsumen awam akan selalu cenderung tertarik untuk membeli sepatu karena “cinta pada pandangan pertama”.  Artinya, tertarik pada penampilan estetik sepatu itu sendiri, padahal kelak nilai estetiknya itu harus bisa berimbang dan saling melengkapi dengan perangkat fashion lainnya.

Sepasang sepatu wanita yang dipajang dalam etalase atau ditampilkan di layar monitor memang bisa menunjukkan daya tarik yang luar biasa karena keindahannya. Nilai estetiknya mendominasi penampilannya jika sepatu tersebut “berdiri sendiri”. Dalam pengertian bahwa sebagai bagian dari perangkat fashion, sepatu tersebut belum dipadankan dengan perangkat fashion lainnya.

Jika kemudian sepatu wanita itu digunakan, maka ia harus “berkolaborasi” atau “berbagi” secara harmonis dan seimbang dengan perangkat fashion lainnya. Dalam tahap ini fungsi sepatu tersebut sebagai perangkat fashion akan ditentukan oleh seberapa tinggi tingkat kesadaran dan wawasan fashion penggunanya.

Akibatnya, bisa jadi sepasang sepatu wanita yang berharga jutaan rupiah justru merusak seluruh penampilan penggunanya. Atau sebaliknya, sepasang sepatu murah ternyata  bisa mendukung tenciptanya harmonisasi bagi perangkat fashion lainnya sehingga terjadi efek saling melengkapi dan secara sinergis mendukung penampilan penggunanya dengan optimal.

Dalam banyak kasus terdapat kelompok wanita yang kurang memiliki wawasan dan kesadaran fashion lalu mengkompensasikannya dengan memilih sepatu branded yang mahal. Bisa juga pilihannya lebih cenderung didasarkan pada kekagumannya saat sepatu tersebut nampak paling cantik dibandingkan dengan sepatu-sepatu sejenisnya yang dipajang di etalase. Terpikat oleh daya tarik sepatu tersebut, konsumen lupa untuk memperhitungkan bagaimana kelak sepatu tersebut harus berbagi dengan perangkat fashion lainnya.

Demikian pula dalam memilih sepatu kerja yang pada dasarnya pilihan itu berkisar diantara model-model sepatu yang serba terbatas. Misalnya, Anda tidak mungkin bekerja di kantor dengan  menggunakan high heels atau boots. Kecuali jika Anda memakainya untuk berangkat dari rumah tetapi di depan pintu kantor menggantinya dengan sepatu kerja. Lagipula, tujuan Anda ke kantor adalah untuk bekerja, bukan fashion show.

Model sepatu kerja untuk wanita yang mengesankan bersifat resmi, tetapi mampu memberikan efek elegant dan sekaligus memberikan kenyamanan untuk penggunanya adalah model Kitten atau Puppy. Dalam keluarga sepatu jenis high heels, kedua model tersebut memiliki ukuran tumit paling rendah sampai sedang, ketinggian ini cukup memberikan jaminan keamanan kepada penggunanya.

Dengan menggunakan model sepatu tersebut, sepulang kerja dari kantor Anda bisa singgah ke mall dengan tetap tampil modis. Kedua model ini juga memiliki disain yang beragam pada heelsnya, warna dan bahannya. Baik Kitten atau Puppy bisa tampil dengan disain klassik yang anggun sampai  yang paling norak. Tampilan mereka akan menjadi lebih bervariasi jika ditambah dengan sentuhan Ankle Strap, Sling Back, Mary Jane, T-Bar dan lain-lain.

Jika Anda memilih model Kitten yang pada bagian ujungnya memiliki bentuk runcing seperti model Stiletto, maka bentuk ujung jari-jari kaki Anda juga harus cenderung runcing agar sesuai dengan bentuk ujung sepatu. Jika kurang sesuai, maka Anda harus memesannya secara khusus agar bagian depan dapat disesuaikan dengan bentuk kaki, sehingga Anda bisa tampil dengan nyaman sepanjang hari.

Tips : Cara Memilih Sepatu Kerja Wanita

Sebaliknya jika Anda tidak memiliki waktu yang cukup lama untuk menunggu pesanan Kitten tersebut sampai jadi, maka pilihlah model Puppy. Model ini memang terkesan agak macho, tetapi justru bisa memberikan kesan tegas kepada pemakainya. Sebagai sepatu kerja, Puppy bisa lebih menjamin keamanan untuk karyawati yang memiliki aktivitas fisik lebih banyak. Top heelsnya yang cukup luas akan lebih banyak membantu menciptakan keseimbangan.

Sepatu ini akan memberikan efek optimal untuk wanita yang ingin berpenamilan konservatif, tegas dan keras jika dipadukan dengan bawahan panjang yang ketat dan berwarna gelap. Untuk rok dengan panjang di bawah lutut dan berwarna terang, lebih disarankan memakai Puppy warna terang dan lembut, misalnya beige atau putih gading. Sepatu model Kitten dan Puppy banyak dijual dalam berbagai style dengan harga yang bervariasi, dari yang mahal sampai murah sesuai kualitasnya.

Tips : Cara Memilih Sepatu Kerja Wanita

Pertimbangan selanjutnya adalah pemilihan bahan. Akan lebih baik jika Anda memilih Kitten atau Puppy yang terbuat dari bahan kulit asli atau suede. Alasannya, Anda akan mengenakan sepatu untuk ke kantor dan memakainya selama jam kerja, sehingga bahan sepatu yang Anda pilih harus bisa menyerap keringat, terutama ada bagian Insole. Yaitu bagian bawah sepatu, yang berada tepat di bawah telapak kaki. Insole biasanya terbuat dari papan kertas selulosa, atau papan sintetis non-woven  yang bersifat dapat menyerap keringat kaki.

Mengenai warna sepatu, sebaiknya pilih warna polos kegelapan. Kesan konservatif justru akan mengundang respek untuk digunakan di lingkungan kantor, apalagi kantor pemerintah. Jika kebetulan gaun bawah Anda adalah seragam kantor berwarna terang dan Anda ingin menciptakan kesan cool, maka pilihlah warna-warna pastel yang lembut, tidak mengkilap dan tidak banyak assesori.

Pada prinsipnya ketiga faktor tersebut merupakan dasar pertimbangan yang bersifat umum untuk memilih sepatu kerja wanita. Untuk pilihan yang lebih individual akan tergantung kepada fleksibilitas lingkungan perusahan masing-masing. Para fashionita bisa memilih dan mempertimbangkan pilihan sepatunya sendiri untuk mendukung agar tetap bisa berpenampilan elegant dan cantik meskipun di tengah-tengah kesibukan pekerjaan, bahkan ketika sedang berada dibawah tekanan akibat beratnya tugas-tugas kantor yang harus diselesaikan.
November 20, 2014

Sepatu Wanita

by , in
Sepatu Wanita

Sepatu Wanita Cermin Rasa Kurang dan Ketidakpuasan


Sepatu Wanita sebenarnya hanya berfungsi sebagai alas kaki, tetapi secara filosofis sepatu juga mencerminkan eksistensi wanita dengan tuntutan kecantikannya ?

Sepatu wanita memiliki perkembangan yang sangat unik dalam peradaban manusia. Dimulai dengan sepatu dari bahan kulit kayu saat manusia masih hidup di gua-gua, kemudian berubah menjadi simbol status bagi para wanita di kalangan kerajaan dan kaum bangsawan di abad pertengahan. Kini, meskipun dibuat dari berbagai aplikasi bahan-bahan hasil teknologi modern sepatu wanita masih tetap mengemban fungsi sebagai status simbol, tetapi lebih cenderung menjadi bagian dari fashion yang penting bagi wanita.

Sesuai dengan tingkat perkembangan peradaban manusia, sepatu wanita yang semula hanya melulu berfungsi melindungi telapak kaki dari duri dan kerikil tajam juga bertambah memiliki fungsi identitas bagi pemakainya. Hal itu berlaku sejak di jaman batu hingga abad pertengahan sampai kini di abad 21. Tentu saja, meskipun
bagian-bagiannya dibuat dari bahan yang berbeda-beda, tetapi di jaman masing-masing akan selalu terdapat sepatu yang didisain secara khusus untuk menunjukkan dan melegitimasi status sosial penggunanya. 

Bagaimana perkembangannya sampai menjadi perangkat fashion bagi wanita ?

Jika di abad pertengahan sepatu Chopine yang didisian dengan hak tinggi hanya boleh dipakai oleh para wanita di kalangan kerajaan dan bangsawan, kini sepatu wanita keluaran rumah mode rancangan disainer terkenal hanya bisa dipakai oleh para wanita dari kalangan high class. Pesatnya perkembangan di dunia fashion dimana sepatu wanita juga menjadi salah satu bagian penting, telah ikut mengubah fungsi sepatu yang hanya sebagai alas kaki maupun status sosial penggunanya.

Karena dalam pemahaman di dunia fashion, sepatu wanita bukan satu-satunya perangkat yang bisa menentukan penampilan seorang wanita secara optimal. Sepatu harus bisa “berkolaborasi” bahkan harus bisa “berkompromi” dengan perangkat fashion lainnya agar secara sinergis bisa menciptakan efek penampilan yang prima bagi seorang wanita. Di segi “internal”-nya, sepasang sepatu juga harus bisa memenuhi tuntutan aspek keamanan dan kenyamanan.

Dunia fashion juga bergerak semakin cepat karena terkorelasi dengan perkembangan teknologi yang memungkinkan dihasilkan beragam material baru sebagai bahan-bahan kebutuhan pembuatan sepatu. Teknologi juga memberikan dukungan kepada para disainer untuk bekerja lebih cepat dan efisien, sehingga bisa merancang lebih banyak model sepatu wanita. Akibatnya masa daur hidup sebuah model sepatu semakin menjadi lebih singkat, kini semakin banyak sepatu wanita yang dijual tidak saja dengan harga murah, melainkan murah dan berkualitas.

Sementara di sisi konsumen, kebutuhan menggunakan sepatu juga berubah bukan lagi didasarkan pada tuntutan fungsinya sebagai alas kaki, melainkan lebih cenderung sebagai kebutuhan untuk tampil lebih elegan, cantik dan menarik. Para wanita yang kurang memiliki kesadaran fashion seringkali memahami secara “terbalik” terhadap fungsi dan tujuan sepatu yang dibutuhkannya.

Mereka berangkat ke mall atau browsing di internet untuk membeli sepasang sepatu bukan disebabkan kakinya merasa sakit karena tidak menggunakan alas kaki. Ironisnya yang terjadi justru terbalik, karena mereka ingin merasa sakit atau sedikitnya ingin terkilir dan terjatuh maka membeli sepasang alas kaki yang menjadi ikon kecantikan dan dinamakan Stiletto high heels.  Mereka tidak memilih sepatu wanita yang aman, melainkan justru “membeli resiko”.

Tentu saja hal ini hanyalah gambaran ekstrim bagaimana para wanita yang tidak mampu mengembangkan kesadarannya tentang fashion akhirnya menjadi korban industri mode. Karena sebenarnya di dunia fashion tidak pernah ada peraturan, ketentuan atau perundang-undangan yang menyebutkan bahwa untuk bisa tampil cantik wanita harus menggunakan sepatu berhak tinggi dengan tumit berujung runcing.

Mindset yang dikembangkan produsen untuk mendongkrak penjualan produk mereka kadang-kadang langsung diterima konsumen tanpa pertimbangan secara rasional. Keinginan untuk tampil lebih menarik dan cantik merupakan dorongan naluriah yang menjadi kodrat bagi para wanita. Tetapi kelemahan ini bisa diantisipasi jika wanita benar-benar memahami dan mengembangkan kesadaran fashion mereka.

Artikel ini sebenarnya hanya bertujuan untuk mengantar pembaca memahami sepasang sepatu unik yang didisain mahasiswi seni asal Afika Selatan, Leanie van der Vyver yang pembuatannya dilakukan bekerjasama dengan seorang ahli sepatu asal Belanda, Rene van den Berg. Karya Leanie pernah dipublikasikan oleh dornob.com dan diunggah ke YouTube.com, 10 Okt 2012. 

Sepatu Wanita

Sepatu yang diberi nama “Scary Beautiful” tersebut dirancang Leanie untuk melengkapi thesisnya sebagai tugas akhir di Gerrit Rietveld Academi, Amsterdam, Belanda. Bahkan sepatu wanita ini meraih nominasi untuk penghargaan desain bergengsi Gerrit Rietveld yang diadakan kampusnya itu. Jadi, sepatu ini bukan dirancang untuk kepentingan popularitas atau karena hasil pekerjaan iseng seorang disainer. 


Tetapi dibalik penampilan “Kecantikan Menyeramkan” yang ekstrim itu, tersimpan filosofi cukup dalam tentang wanita dan kecantikan yang direfleksikan pada sepatu sebagai salah satu perangkat fashion. Disain itu merupakan kritik terhadap industri fashion yang sering mengagung-agungkan kesempurnaan penampilan wanita. Sehingga membuat wanita merasa terus menerus tidak pernah merasa sempurna jika tidak menggunakan produk fashion terbaru.

Sepatu Wanita
Kondisi seperti itu, menurut Leanie, membuat para wanita tidak pernah merasa bersyukur kepada Tuhan atas kondisi tubuh yang mereka miliki. “Aku menulis thesis tentang bagaimana manusia sudah mempermainkan Tuhan dengan tubuh mereka. Mereka secara terus-menerus mencari kesempurnaan, dan kesempurnaan ini sudah mencapai klimaks dalam industri fashion dan kecantikan yang ditandai sudah tidak ada sepatu dengan hak yang bisa lebih tinggi,” jelas Leanie seperti yang pernah dikutip Daily Mail.

Manusia atau dalam hal ini khususnya para wanita memang memiliki kodrat untuk selalu tidak pernah merasa puas terhadap dirinya sendiri dan terhadap apa yang dimilikinya. Jika kemudian para wanita selalu berusaha untuk menjadi lebih cantik dan lebih menarik, maka dorongan itu pada dasarnya berasal dari perasaan mereka yang selalu merasa kurang cantik.

Perasaan selalu merasa kurang cantik ini bersifat universal. Sejak para wanita masih tinggal di gua, berpakaian kulit binatang dan memakai sepatu dari kulit pohon, sampai di jaman moden yang menyediakan beragam kebutuhan fashion secara lengkap, mereka secara naluriah selalu berupaya untuk tampil lebih cantik dengan menggunakan segala sumber daya yang ada di jaman mereka.

Ironisnya lagi, kecantikan itu bersifat relatif dan memiliki pemahaman yang berbeda-beda. Cantik menurut Suku Dayak Kenyah di pedalaman Kalimantan Timur adalah bila seorang wanita memiliki cuping telinga yang panjang, sehingga para wanita disana menggantungkan gelang besi di telinga mereka. Jumlah gelang tersebut ditambah setiap tahun sampai telinga menjulur sejajar dengan lengan mereka.

Sementara para wanita Suku Kayan di Myanmar melilitkan gelang dari kuningan di leher mereka sejak berumur 5 tahun dan seperti wanita Dayak Kenyah, mereka menambahkan jumlah gelang tersebut setiap tahun sampai leher mereka memanjang menyaingi leher jerapah. Leher panjang itulah refleksi kecantikan bagi mereka, meskipun untuk mendapatkannya harus merusak struktur tulang-tulang pundak mereka.

Kecantikan bagi para wanita Suku Mursi berbeda lagi. Bukan telinga panjang atau leher panjang melainkan bibir yang lebar. Para wanita yang tinggal di benua Afrika ini mulai “menindik” bibir bawah anak-anak gadis mereka setahun menjelang pernikahan. Kemudian mengganjalnya dengan piring yang terbuat dari tanah liat dengan ukuran yang disesuaikan tingkat “kemelarannya”. Gadis yang memiliki bibir paling lebar, dialah yang paling cantik. Untuk menikahinya diperlukan puluhan ekor sapi sebagai mas kawin.

Sepatu Wanita dan Kecantikan
Para wanita Suku Dayak Kenyah, Suku Kayan dan Suku Mursi ini sama sekali tak bisa membayangkan bagaimana mungkin sepatu dengan hak tinggi bisa membuat seorang wanita menjadi lebih cantik dan menarik ?  Sama halnya dengan para fashionita di jaman modern, mereka juga tak bisa membayangkan bagaimana telinga yang panjang, leher tinggi dan bibir lebar bisa membuat seorang wanita menjadi cantik ?

Dorongan untuk melakukan sesuatu yang bisa membuat wanita agar nampak menjadi lebih cantik pada dasarnya bermula dari perasaan tidak pernah puas terhadap keadaan tubuh mereka apa adanya. Leanie mengungkapkan sebagai komentar atas hasil disainnya yang “nyentrik” itu dengan kalimat : "Hanya menjadi manusia tidak pernah merasa cukup baik. Yang sangat jelas bahwa setiap orang selalu tidak pernah puas dengan apa yang mereka miliki sejak lahir. Mulai dari mereka yang menjadi penghuni gua di jaman prasejarah sampai manusia modern yang telah berevolusi dan dianggap memiliki tubuh lebih sempurna.”

Maka para wanita yang tidak pernah puas terhadap apa yang telah mereka miliki itu rela melakukan apa pun agar bisa nampak lebih cantik dan menarik, bahkan sampai tindakan bersifat ekstrim dan yang ujung-ujungnya bisa berdampak merusak apa yang telah mereka miliki sebelumnya. Paling tidak, pesan yang memotivasi Leanie untuk mendisain sepatu nyentrik ini bisa mengingatkan para wanita agar bisa menyikapi perkembangan model sepatu di dunia fashion secara proporsional.

Sehingga tidak perlu harus mengorbankan kaki untuk sepasang sepatu, melainkan mampu memilih dan memanfaatkan jenis dan model sepatu untuk meningkatkan nilai penampilan agar lebih fashioned, menarik dan cantik, sekaligus untuk melangkah lebih aman dan nyaman.
November 18, 2014

Sepatu Wanita Model Prism

by , in
Sepatu Wanita Model Prism 1

Dari Sepatu Wedges ke Model Prism


Sepatu wanita model Prism makin menggeser Wedges karena memang lebih elegant dan cantik, meski kurang aman dibandingkan dengan pendahulunya.

Efek ramping dan langsing karena didongkrak oleh sole Wedges yang tinggi tak berbeda dengan efek menggunakan Stiletto, ditambah dengan struktur Wedges yang aman membuat sepatu model ini menjadi favorit wanita. Kalangan wanita yang ingin memiliki penampilan lebih tinggi tanpa harus menanggung resiko terkilir dan terjungkal di tengah jalan sudah akrab dengan model Wedges.

Sepatu wanita model Wedges lebih mudah digunakan sehingga pengguna bisa dengan perasaan aman melakukan lebih banyak gerakan dibandingkan dengan memakai Stiletto high heels. Selain lebih nyaman karena perbedaan ketinggian dari tumit ke ujung jari kaki tidak seekstrim Stiletto, untuk memakai nya pun nyaris tak dibutuhkan latihan. Apalagi di beberapa daerah di Indonesia banyak wanita yang sudah terbiasa menggunakan alas kaki tradisional dari kayu yang disebut bakiak. 

Mengapa bisa diibaratkan demikian ?

Pada dasarnya model wedges bisa disebut sebagai bakiak yang “dimodifikasi” terutama pada disain dan promosi, sehingga “saudara” bakiak itu mendapat tempat terhormat di dunia fashion. Sementara si bakiak sendiri lebih suka tinggal di desa-desa dan kampung, tapi bisa melakukan fungsinya secara jelas dan rasional sebagai alas kaki. Mereka yang biasa menggunakan bakiak tak terlalu repot untuk berpindah menggunakan Wedges, sedikit perbedaannya adalah posisi di bagian tumit yang lebih tinggi.

Popularitas model Wedges sebagai jenis sepatu wanita hak tinggi mampu bertahan sampai beberapa dekade, tetapi sebagaimana lazimnya dunia fashion yang selalu mencari pembaharuan tanpa henti, meskipun kalau “jalan sudah buntu” terpaksa harus sedikit mengubah model-model sebelumnya. Sama halnya dengan pasar Wedges dalam beberapa tahun terakhir sudah mulai mencapai titik jenuh. Kini, model Wedges yang dulu kita kenal sudah mulai kurang diminati dan lebih banyak digantikan oleh model Prism atau Prisma.

Model Prism sebenarnya tidak lebih dari Wedges yang memiliki ketinggian platform sama, tetapi dimodifikasi dengan membentuk sole yang cenderung kecil dan tipis pada permukaan di bagian tumit, sehingga jika dilihat dari samping model Prism nyaris tidak berbeda dengan Wedges. Ukurannya pun berbeda-beda, ada yang semi Prism karena ukurannya pada  bagian tumit tidak terlalu sempit, sebagian ada yang sangat ekstrim sehingga nyaris selebar top heels Stiletto. Sehingga dengan disain dan konstruksi tersebut maka Prism tidak bisa dikategorikan sebagai salah satu jenis sepatu yang aman.

Visualisasi dibawah ini memperjelas perbandingan antara model Wedges dengan model Prism :

Sepatu Wanita Model Prism 2

Kebanyakan para penjual dan sales sepatu model Prism ini tetap menyebutnya dengan Wedges, karena sepintas tidak terdapat perbedaan mencolok antara Wedges dengan Prism. Lagi pula siapa dan kapan model Prism ini hadir di pasar sepatu wanita juga tidak diketahui. Dinamika dunia fashion dan kompetisi pasar sepatu wanita yang semakin ketat telah memacu para disainer mengerahkan kreativitas masing-masing. Sementara ara produsen juga semakin efisien untuk menghasilkan produk murah yang berkualitas.

Sebagian wanita juga menyebut model Cone yang memiliki heels berbentuk segitiga sebagai model Prism. Hal ini bisa dimaklumi, sebab dengan heels mirip piramid terbalik tersebut mengesankan sebagai bentuk prisma, lalu mereka menyebut model itu sebagai Prism. Sedikit perbedaan disain tapi terdefinisi sebagai model yang berbeda seringkali memang membingungkan bagi kalangan awam, kecuali bagi para sepatumania.

Di bidang yang sama, para kompetitor juga akan melihat celah yang sama untuk bisa mengembangkan model Wedges. Hal ini memungkinkan kehadiran model Prism yang pada dasarnya adalah Wedges dengan sentuhan sedikit berbeda pada ketebalan tumit. Bagi masyarakat awam, perbedaan itu akan dianggap sebagai perubahan kecil, sehingga cenderung menyebut Model Prism dengan Wedges.

Demikian pula para penjual dan pelayan toko, cobalah masuk ke salah satu toko sepatu wanita dan tanyakan bahwa Anda mencari sepatu model Wedges. Maka pelayan toko akan menunjuk ke deretan sepatu Prism, bagi mereka antara Wedges dengan Prism nyaris tak ada perbedaan. keduanya memiliki sole yang menyatu mulai dari tumit hingga ujung kaki.

Kemiripan antara dua model tersebut memberikan keleluasan bagi masuknya model Prism untuk menggeser pasar Wedges. Apalagi dunia fashion menuntut produk atau disain yang selalu baru. Model Prism dibandingkan dengan Wedges lebih memiliki banyak keunggulan terutama penampilannya yang lebih ramping, sementara Wedges yang sudah terlalu lama mendominasi pasar menjadi terkesan ketinggalan jaman.

Tetapi kalangan dunia fashion melihat perbedaan antara Wedges dengan Prism sebagai perbedaan yang bersifat mendasar, terutama terkait dari segi keamanan. Setiap pengguna sepatu wanita model Wedges yang beralih ke model Prism akan merasakan perbedaan yang sangat besar. Mereka merasakan tuntutan untuk lebih menegangkan pergelangan kaki setiap kali menapakkan sepatu Prism ke lantai. Heels yang lebih tipis cenderung memaksa pengguna untuk berlaku seperti ketika memakai sepatu model Stiletto.

Prism lebih aman jika digunakan di permukaan lantai yang rata dan bersih, karena bagian solenya yang dimulai dari bawah tumit sampai ke ujung jari-jari kaki memiliki permukaan yang cukup panjang. Sehingga jika di lantai terdapat benda keras yang terinjak atau atau digunakan untuk berjalan di tempat dengan permukaan tidak rata, maka akan memudahkan pengguna Prism kehilangan keseimbangan. Akibatnya bisa terjatuh atau jika memaksa untuk tetap berdiri bisa menyebabkan pergelangan kaki terkilir.

Model Prism memang lebih elegant dibandingkan dengan “saudara tuanya”, Wedges. Karena itu model ini semakin mendominasi pasar high heels dibandingkan model Wedges. Meskipun para penggunanya tahu, jika mereka sebelumnya memakai sepatu high heels yang berkategori aman, kini beralih cukup drastis ke model yang memiliki tingkat kestabilan lebih rendah.

Lebih jelas dapat dibandingkan dari foto-foto sepatu wanita model Prism berikut :

Sepatu Wanita Model Prism 3

Di pasar sepatu kini tersedia lebih banyak model Prism, karena model ini memang lebih elegant. Selain itu Prism dibuat dengan berbagai disain dan bahan, dijual dengan harga bervariasi dari yang paling mahal hingga murah, sehingga menjangkau seluruh lapisan konsumen. Apakah pengguna sepatu yang memilih model Wedges karena alasan keamanan juga akan mengalihkan pilihannya ke model Prism, yang berarti mengabaikan resiko keamanan ? Atau tetap setia untuk selalu menggunakan sepatu model Wedges yang akan menjadi langka ?

Sepatu Wanita Model Prism 4

Pengguna yang semula memilih Wedges dengan alasan apa pun, nampaknya akan sulit menentukan pilihan. Karena fungsi sepatu saat ini bukan hanya sebagai alas kaki, tetapi sudah menjadi bagian dari fashion. Kenyataan tersebut seringkali membuat konsumen sulit menjatuhkan keputusan, akhirnya membiarkan hanyut pada gencarnya promosi yang dilakukan produsen.

Artikel terkait dengan sepatu wanita model Wedges

Sepatu Wanita Model Prism
Sepatu Wedges Masih Jadi Pilihan Wanita
Sepatu Wedges untuk wanita yang dirancang Salvatore Ferragamo pada tahun 1930-an, hingga kini masih populer dan memiliki pasar yang luas. Bagaimana perkembangan model Wedges dari masa ke masa hingga disain yang populer di masa kini ?

Sepatu Wanita Model Prism
Sepatu Wedges - High Heels Aman Rancangan Ferragamo
Sepatu high heels aman adalah Wedges yang dirancang Salvatore Ferragamo setelah mempelajari anatomi kaki di University of Southern California.  Dalam dunia fashion sepatu wanita, Ferragamo adalah legenda yang merancang dan membuat sepatu saat masih berusia 9 tahun !

Sepatu Wanita Model Prism
Agar Tidak Menjadi “Korban” Sepatu Model Wedges
Sepatu Wanita model Wedges terbilang sebagai jenis high heels yang aman, tetapi untuk memakainya perlu dicarikan padanan busana yang sesuai. Bagaimana menggunakan sepatu model wedges tetapi tidak terkesan Anda sedang berdiri diatas sebatang balok yang mirip sepatu ?

Model Sepatu Prism
Model Sepatu Wedges - Sudah Ada Sejak Abad 15 ?
Model Sepatu Chopine memang mirip Wedges, tapi Chopine memiliki fungsi lain yang membuatnya kurang layak disebut sebagai perangkat fashion. Jika Wedges dirancang untuk memberi penampilan optimal, sebaliknya Chopin dirancang untuk memperlakukan wanita secara kejam. Apa itu ?

Wedges Dibenci Kaum Pria Adalah Survey Kadaluarsa
Hasil survey setahun yang lalu dimuat ulang oleh beberapa media online di Indonesia, bahkan ada yang dilabeli dengan hasil survey terbaru. Informasi kadaluarsa itu mungkin bisa membodohi para pengunjung internet, tetapi tidak di kalangan dunia fashion yang peka terhadap perubahan trend mode.

Wedges Trend 2015, Ferragamo Balik Ke Masa Lalu ?
Hasil survey setahun yang lalu dimuat ulang oleh beberapa media online di Indonesia, bahkan ada yang dilabeli dengan hasil survey terbaru. Informasi kadaluarsa itu mungkin bisa membodohi para pengunjung internet, tetapi tidak di kalangan fashion yang peka terhadap perubahan trend mode.

”RainbowRainbow Wedges, Ikonnya Wedges Ferragamo
Saat dirancang pertama kali Wedges merupakan model sepatu inovatif dengan platform sekaligus sole berukuran tebal. Rainbow Wedges terpilih sebagai ikon atas penemuan sepatu model Wedges, sekaligus mengukuhkan Penemunya, Salvatore Ferragamo sebagai salah satu Desainer legendaris.

”Sepatu Wanita Salvatore FerragmoSepatu Wanita Ferragamo Yang Memperkaya Fashion
Sepatu wanita rancangan Salvatore Ferragamo menjadi tren yang mewarnai dunia fashion menjelang akhir abad 20. Pasalnya, Ferragamo merancang sepatu para aktris Hollywood papan atas. Film-film produksi Hollywod yang beredar di seluruh dunia ikut mempromosikan sepatunya.

Prediksi Fashion : Trend Model Wedges 2015
Trend sepatu model Wedges tahun 2015 yang ditawarkan dalam berbagai fashion show menjelang berakhirnya tahun 2014 nyaris sama. Para desainer mengubah platform Wedges agar tak mengesankan sebagai “ganjal kaki”. Apalagi pasar Wedges sudah digeser oleh model Prism.

Trend Model Wedges 2015-2016, Reinkarnasi Tahun 1939
Model Wedges Ferragamo yang ditawarkan sebagai trend 2015-2016 merupakan reinkarnasi Wedges rancangan tahun 1939, tanpa platform, tetapi lebih stylish dan terkesan aritokratis. Selain itu Ferragamo juga menawarkan heels dengan style baru yang belum pernah dirilis.