Wedges Italia Untuk Trend 2016
Tampil Semakin Cantik dan Elegan
Model Wedges Italia untuk trend sampai akhir musim panas, September 2016 ditampilkan oleh Laura Biagiotti, Angelo Marani dan Max Mara
Sepatu model Wedges Italia untuk trend sepanjang tahun 2016, hanya dihadirkan oleh tiga rumah mode. Meskipun terbatas, model wedges tersebut memiliki penampilan yang stylish. Ini tentu saja bisa dimengerti karena Italia memiliki sejarah fashion yang amat panjang, sehingga fashion menjadi bagian dari tradisi yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Italia.
Seperti halnya pada fashion week yang digelar di New York, London dan Paris, model sepatu yang ditawarkan untuk spring summer dari 21 Maret hingga berakhirnya musim panas 23 September 2016 lebih banyak didominasi oleh model chunky, aplikasi chunky dengan platform dan jenis sepatu hak datar atau flat yang didesain dengan aplikasi kreatif.
Mengapa model wedges tampil semakin terbatas ?
Dunia fashion selalu menuntut kebaruan secara terus menerus, hal ini mengakibatkan setiap jenis dan model sepatu wanita harus selalu tampil dengan style baru. Setiap style memiliki daur hidup tertentu, kemudian akan digantikan oleh style lainnya yang lebih baru. Sampai pada akhirnya model tersebut berada pada titik jenuh, di saat itulah model tersebut digantikan oleh model dari masa-masa sebelumnya, tentu saja kini dengan style yang baru.
Wedges yang diperkenalkan oleh Ferragamo pada tahun 1936 hingga saat ini telah berusia sekitar 80 tahun. Wedges mengalami masa-masa booming menjelang terjadinya Perang Dunia ke II. Setelah surut selama beberapa tahun, pada tahun 1970-an Wedges kembali berkibar untuk beberapa tahun, lalu surut kembali digeser oleh kehadiran chunky.
Pada tahun 1990-an Wedges kembali populer karena sering dipakai oleh para anggota Spice Girls saat melakukan show. Karena grup yang terdiri dari para gadis ini menjadi idola remaja seusia mereka, wedges pun akhirnya juga ikut populer kembali dan menjadi trend. Setelah sempat surut beberapa tahun, wedges kembali diminati para penyuka fashion pada tahun 2006. Kali ini kehadirannya sedikit berubah, yakni hak di bagian belakang didesain lebih kecil.
Dengan penampilan lebih stylish tersebut wedges memiliki pangsa pasar lebih luas. Dalam kurun waktu sampai sekitar tahun 2013 wedges tetap bisa mempertahankan pangsa pasarnya diantara kuatnya dominasi high heels. Ketika rivalnya, model chunky mulai masuk kembali ke pasar fashion, tak hanya high heels model stiletto dan model cone tersisih, pangsa pasar wedges juga ikut terpengaruh meskipun tak secara signifikan.
Selama bertahun-tahun wedges telah memiliki segmentasi tersendiri, antara lain disebabkan oleh konstruksi dari bentuk haknya yang unik, wedges dapat tetap mempertahankan pasarnya meski prosentasenya menurun. Hal ini ditandai dengan kehadiran wedges di setiap penyelenggaraan fashion week, setidaknya selama dua tahun terakhir. Tetapi jika diamati secara cermat, wedges mutakhir pada umumnya didesain sangat inovatif sehingga memiliki penampilan yang semakin stylish dan lebih elegan.
Sementara di Indonesia sendiri, untuk wedges dengan hak rendah dan sedang yang didesain dengan style sandal memiliki pasar yang seolah tak tergoyahkan oleh hadirnya model lain. Sangat mungkin karena desain ini memiliki kesamaan dengan selop, yakni alas kaki tradisional yang banyak dipakai di beberapa daerah di Indonesia. Selain itu wedges yang diaplikasikan dengan selop bisa dipakai sebagai padupadan busana tradisonal tanpa menimbulkan kesan mengubah pakem yang ada, justru bisa membuat penampilan menjadi lebih stylish.
Perkembangan model Wedges 2016 di kalangan fashion Italia
Di Italia, tepatnya Milan sebagai tempat penyelenggaraan fashion week untuk trend fall-winter atau musim semi hingga musim dingin yang berakhir pada bulan Maret 2016, sepatu model wedges ditampilkan oleh empat brand yang identik dengan Italia, yakni Salvatore Ferragamo, Fendi, Marni dan Max Mara. Sesuai dengan kebutuhan pemakainya di musim dingin, umumnya wedges yang tampil diaplikasikan dengan model booties.
Untuk wedges trend 2016 yang berlaku hampir sepanjang tahun karena musim panas atau summer akan berakhir pada bulan September 2016, tercatat tiga rumah mode yang menghadirkan model wedges pada Milan Fashion Week Spring Summer 2016. Mereka adalah Laura Biagiotti, Angelo Marani dan Max Mara. Sementara Salvatore Ferragamo yang dikenal sebagai penemu sepatu wanita model wedges justru menampilkan model chunky yang saat ini memang mulai populer.
Ketiga rumah mode tersebut menampilkan wedges dengan aplikasi dan style berbeda-beda, semuanya dihadirkan sebagai wedges dengan penampilan baru meskipun model sepatu hak tunggal ini sudah pernah didesain sampai jutaan kali oleh para desainer lainnya. High heels dengan hak tunggal ini seolah-olah menyimpan ide dan kreativitas yang tak pernah habis.
Wedges trend 2016 Laura Biagiotti
Dalam fashion week yang menampilkan desain sepatu untuk trend 2016, diantaranya model wedges, Laura Biagiotti memilih thema naturalistik. Catwalk untuk peragaan perangkat fashionnya dilatarbelakangi oleh kehijauan tumbuh-tumbuhan diselingi bunga-bunga berwarna putih. Busana dan perangkat fashion yang ditampilkan para model pun menjadi terkesan lebih feminin dan alami.
Peragaan tersebut tak bisa dilepaskan dari peran direktur kreatif, Lavinia Biagiotti Cigna yang tak lain adalah putri Laura. Harapan Laura agar sang putri bisa menjadi penerusnya nampaknya akan bisa terpenuhi. Bahkan sangat mungkin untuk mengembangkan lebih luas rumah mode yang awalnya dirintis Laura beserta suaminya di Florence sejak tahun 1965, karena Lavinia juga memiliki kemampuan untuk mempertahankan hasil pengerjaan perangkat fashion secara halus dan sangat feminin sebagai ciri khas Laura Biagiotti yang sudah diakui oleh kalangan dunia fashion internasional.
Jika pada musim sebelumnya Laura Biagiotti lebih banyak menampilkan chunky high heels dan kerabat dekatnya, block heels, dalam berbagai model yang diaplikasikan dengan style booties sesuai dengan penggunaannya untuk musim dingin, beberapa diantaranya juga masih menampilkan stiletto high heels yang secara umum juga tetap dipertahankan oleh para desainer, maka kali ini Laura menampilkan sepatu wanita model wedges.
Platform wedges yang ditampilkan Laura kali ini pada prinsipnya memang seperti layaknya wedges yang secara umum sudah dikenal. Bedanya, konstruksi platform didesain hanya sampai pertengahan telapak kaki, untuk bagian depan merupakan kelanjutan dari outsole yang disatukan dengan midsole dan insole sekaligus. Sehingga penampilannya menjadi berbeda dari wedges pada umumnya, platform wedges yang cenderung terkesan sebagai “ganjal kaki” menjadi hilang sama sekali karena berubah menjadi lebih stylish dan sangat cantik.
Wedges dengan konstruksi yang berbeda ini kemudian ditampilkan dalam berbagai aplikasi style, material dan warna. Diantaranya yang paling menarik adalah wedges hitam bernuansa klasik dan wedges warna keemasan yang memancarkan pesona aristokrat.
Diaplikasi dengan dua strap lebar yang terhubung strap kecil vertikal mengadopsi style T-bar sampai ke pergelangan kaki lalu diantara lipatannya diselipkan tali yang difungsi sebagai ankle strap. Agaknya, tali yang cukup panjang sehingga perlu dilingkarkan ke pergelangan kaki beberapa kali ini sengaja diadopsi dari style flat lace-up yang saat ini memang sedang menjadi trend.
Sementara wedgesnya yang lain, masih dengan konstruksi yang sama tapi didesain dengan style peep toe dan diaplikasi dengan model sling back. Sama halnya dengan penampilan sebelumnya, pada sambungan slingback tidak dikaitkan dengan cara menggunakan elastic strap atau buckle strap seperti pada umumnya, melainkan digantikan dengan tali yang harus dilingkarkan beberapa kali sebelum diikatkan pada pergelangan kaki. Penampilan wedges ini menjadi optimal karena pola warnanya sama persis seperti busana yang diperagakan model. Sebaliknya jika digunakan secara terpisah, efek fashionnya akan berkurang.
Selebihnya adalah wedges dengan model dan aplikasi yang sama, hanya berbeda pada warna untuk memperbanyak pilihan. Di antara sepatu wanita yang ditampilkan Laura untuk trend 2016, diselipkan sepasang sepatu yang hampir mirip model wedges, yakni flat platform. Maka kehadirannya pun menjadi terkesan “bloon” diantara wedges yang didesain dengan penampilan mempesona itu.
Wedges bertali dari Angelo Marani
Angelo Marani pada musim sebelumnya memang tidak menampilkan model sepatu yang bisa diandalkan. Untuk sepatu wanita trend 2016 para desainer rumah mode yang memiliki jaringan hingga ke Timur Tengah dan Afrika Selatan ini justru memilih model wedges. Tidak berbeda dengan Laura Biagiotti yang menggunakan platform wedges hanya sampai pertengahan kaki, Marani juga memilih untuk menggunakan model platfotm yang sama.
Seperti halnya pada fashion week yang digelar di New York, London dan Paris, model sepatu yang ditawarkan untuk spring summer dari 21 Maret hingga berakhirnya musim panas 23 September 2016 lebih banyak didominasi oleh model chunky, aplikasi chunky dengan platform dan jenis sepatu hak datar atau flat yang didesain dengan aplikasi kreatif.
Mengapa model wedges tampil semakin terbatas ?
Dunia fashion selalu menuntut kebaruan secara terus menerus, hal ini mengakibatkan setiap jenis dan model sepatu wanita harus selalu tampil dengan style baru. Setiap style memiliki daur hidup tertentu, kemudian akan digantikan oleh style lainnya yang lebih baru. Sampai pada akhirnya model tersebut berada pada titik jenuh, di saat itulah model tersebut digantikan oleh model dari masa-masa sebelumnya, tentu saja kini dengan style yang baru.
Wedges yang diperkenalkan oleh Ferragamo pada tahun 1936 hingga saat ini telah berusia sekitar 80 tahun. Wedges mengalami masa-masa booming menjelang terjadinya Perang Dunia ke II. Setelah surut selama beberapa tahun, pada tahun 1970-an Wedges kembali berkibar untuk beberapa tahun, lalu surut kembali digeser oleh kehadiran chunky.
Pada tahun 1990-an Wedges kembali populer karena sering dipakai oleh para anggota Spice Girls saat melakukan show. Karena grup yang terdiri dari para gadis ini menjadi idola remaja seusia mereka, wedges pun akhirnya juga ikut populer kembali dan menjadi trend. Setelah sempat surut beberapa tahun, wedges kembali diminati para penyuka fashion pada tahun 2006. Kali ini kehadirannya sedikit berubah, yakni hak di bagian belakang didesain lebih kecil.
Dengan penampilan lebih stylish tersebut wedges memiliki pangsa pasar lebih luas. Dalam kurun waktu sampai sekitar tahun 2013 wedges tetap bisa mempertahankan pangsa pasarnya diantara kuatnya dominasi high heels. Ketika rivalnya, model chunky mulai masuk kembali ke pasar fashion, tak hanya high heels model stiletto dan model cone tersisih, pangsa pasar wedges juga ikut terpengaruh meskipun tak secara signifikan.
Selama bertahun-tahun wedges telah memiliki segmentasi tersendiri, antara lain disebabkan oleh konstruksi dari bentuk haknya yang unik, wedges dapat tetap mempertahankan pasarnya meski prosentasenya menurun. Hal ini ditandai dengan kehadiran wedges di setiap penyelenggaraan fashion week, setidaknya selama dua tahun terakhir. Tetapi jika diamati secara cermat, wedges mutakhir pada umumnya didesain sangat inovatif sehingga memiliki penampilan yang semakin stylish dan lebih elegan.
Sementara di Indonesia sendiri, untuk wedges dengan hak rendah dan sedang yang didesain dengan style sandal memiliki pasar yang seolah tak tergoyahkan oleh hadirnya model lain. Sangat mungkin karena desain ini memiliki kesamaan dengan selop, yakni alas kaki tradisional yang banyak dipakai di beberapa daerah di Indonesia. Selain itu wedges yang diaplikasikan dengan selop bisa dipakai sebagai padupadan busana tradisonal tanpa menimbulkan kesan mengubah pakem yang ada, justru bisa membuat penampilan menjadi lebih stylish.
Perkembangan model Wedges 2016 di kalangan fashion Italia
Di Italia, tepatnya Milan sebagai tempat penyelenggaraan fashion week untuk trend fall-winter atau musim semi hingga musim dingin yang berakhir pada bulan Maret 2016, sepatu model wedges ditampilkan oleh empat brand yang identik dengan Italia, yakni Salvatore Ferragamo, Fendi, Marni dan Max Mara. Sesuai dengan kebutuhan pemakainya di musim dingin, umumnya wedges yang tampil diaplikasikan dengan model booties.
Untuk wedges trend 2016 yang berlaku hampir sepanjang tahun karena musim panas atau summer akan berakhir pada bulan September 2016, tercatat tiga rumah mode yang menghadirkan model wedges pada Milan Fashion Week Spring Summer 2016. Mereka adalah Laura Biagiotti, Angelo Marani dan Max Mara. Sementara Salvatore Ferragamo yang dikenal sebagai penemu sepatu wanita model wedges justru menampilkan model chunky yang saat ini memang mulai populer.
Ketiga rumah mode tersebut menampilkan wedges dengan aplikasi dan style berbeda-beda, semuanya dihadirkan sebagai wedges dengan penampilan baru meskipun model sepatu hak tunggal ini sudah pernah didesain sampai jutaan kali oleh para desainer lainnya. High heels dengan hak tunggal ini seolah-olah menyimpan ide dan kreativitas yang tak pernah habis.
Wedges trend 2016 Laura Biagiotti
Dalam fashion week yang menampilkan desain sepatu untuk trend 2016, diantaranya model wedges, Laura Biagiotti memilih thema naturalistik. Catwalk untuk peragaan perangkat fashionnya dilatarbelakangi oleh kehijauan tumbuh-tumbuhan diselingi bunga-bunga berwarna putih. Busana dan perangkat fashion yang ditampilkan para model pun menjadi terkesan lebih feminin dan alami.
Peragaan tersebut tak bisa dilepaskan dari peran direktur kreatif, Lavinia Biagiotti Cigna yang tak lain adalah putri Laura. Harapan Laura agar sang putri bisa menjadi penerusnya nampaknya akan bisa terpenuhi. Bahkan sangat mungkin untuk mengembangkan lebih luas rumah mode yang awalnya dirintis Laura beserta suaminya di Florence sejak tahun 1965, karena Lavinia juga memiliki kemampuan untuk mempertahankan hasil pengerjaan perangkat fashion secara halus dan sangat feminin sebagai ciri khas Laura Biagiotti yang sudah diakui oleh kalangan dunia fashion internasional.
Jika pada musim sebelumnya Laura Biagiotti lebih banyak menampilkan chunky high heels dan kerabat dekatnya, block heels, dalam berbagai model yang diaplikasikan dengan style booties sesuai dengan penggunaannya untuk musim dingin, beberapa diantaranya juga masih menampilkan stiletto high heels yang secara umum juga tetap dipertahankan oleh para desainer, maka kali ini Laura menampilkan sepatu wanita model wedges.
Platform wedges yang ditampilkan Laura kali ini pada prinsipnya memang seperti layaknya wedges yang secara umum sudah dikenal. Bedanya, konstruksi platform didesain hanya sampai pertengahan telapak kaki, untuk bagian depan merupakan kelanjutan dari outsole yang disatukan dengan midsole dan insole sekaligus. Sehingga penampilannya menjadi berbeda dari wedges pada umumnya, platform wedges yang cenderung terkesan sebagai “ganjal kaki” menjadi hilang sama sekali karena berubah menjadi lebih stylish dan sangat cantik.
Wedges dengan konstruksi yang berbeda ini kemudian ditampilkan dalam berbagai aplikasi style, material dan warna. Diantaranya yang paling menarik adalah wedges hitam bernuansa klasik dan wedges warna keemasan yang memancarkan pesona aristokrat.
Wedges Laura Biagiotti yang didesain tanpa platform depan |
Dengan warna emas Wedges ini tampil elegan dan aristokratis |
Diaplikasi dengan dua strap lebar yang terhubung strap kecil vertikal mengadopsi style T-bar sampai ke pergelangan kaki lalu diantara lipatannya diselipkan tali yang difungsi sebagai ankle strap. Agaknya, tali yang cukup panjang sehingga perlu dilingkarkan ke pergelangan kaki beberapa kali ini sengaja diadopsi dari style flat lace-up yang saat ini memang sedang menjadi trend.
Sementara wedgesnya yang lain, masih dengan konstruksi yang sama tapi didesain dengan style peep toe dan diaplikasi dengan model sling back. Sama halnya dengan penampilan sebelumnya, pada sambungan slingback tidak dikaitkan dengan cara menggunakan elastic strap atau buckle strap seperti pada umumnya, melainkan digantikan dengan tali yang harus dilingkarkan beberapa kali sebelum diikatkan pada pergelangan kaki. Penampilan wedges ini menjadi optimal karena pola warnanya sama persis seperti busana yang diperagakan model. Sebaliknya jika digunakan secara terpisah, efek fashionnya akan berkurang.
Keunggulan wedges ini karena dukungan pola dan warna yang sama dari busana |
Selebihnya adalah wedges dengan model dan aplikasi yang sama, hanya berbeda pada warna untuk memperbanyak pilihan. Di antara sepatu wanita yang ditampilkan Laura untuk trend 2016, diselipkan sepasang sepatu yang hampir mirip model wedges, yakni flat platform. Maka kehadirannya pun menjadi terkesan “bloon” diantara wedges yang didesain dengan penampilan mempesona itu.
Berbagai pilihan wedges dari Laura Biagiotti |
Wedges bertali dari Angelo Marani
Angelo Marani pada musim sebelumnya memang tidak menampilkan model sepatu yang bisa diandalkan. Untuk sepatu wanita trend 2016 para desainer rumah mode yang memiliki jaringan hingga ke Timur Tengah dan Afrika Selatan ini justru memilih model wedges. Tidak berbeda dengan Laura Biagiotti yang menggunakan platform wedges hanya sampai pertengahan kaki, Marani juga memilih untuk menggunakan model platfotm yang sama.
Wedges bertali Angelo Marani jauh lebih cantik dibandingkan dengan flat lace-up |
Wedges bertali Angelo Marani yang lebih mirip high knee booties. |
Penampilan wedges lace-up ini ternyata jauh lebih stylish dibandingkan dengan flat lace-up yang populer lebih dulu. Jika flat bertali lebih mengingatkan pada penampilan para prajurit Romawi, rangkaian strap pada wedges bertali ala Angelo Marani menghilangkan kesan itu. Sekaligus wedges ini menjadi model alas kaki yang sesuai untuk digunakan pada musim semi dan musim panas 2016 dimana kaki penggunanya memerlukan lebih banyak udara.
Angelo Marani, pengusaha dan perancang busana yang mengembangkan bisnis fashion dibawah bendera Marex, singkatan dari Marani Export dikenal memiliki spesifikasi memadukan rajutan dan sutera dalam busana fashion. Dengan demikian perangkat untuk melengkapi penampilan busana ciptaannya harus dilakukan dengan lebih cermat agar menimbulkan efek sinergis yang memperkokoh identitasnya di dunia fashion internasional.
Max Mara tampilkan wedges konvensional tapi elegan
Max Mara masih tetap konsisten mempertahankan platform wedges dalam koleksi sepatu wanita untuk trend 2016. Jika pada fashion week untuk musim sebelumnya bermain pada upper dengan mengadopsi sepatu model pria, untuk musim semi dan musim panas 2016 rumah mode yang didirikan oleh Achille Maramotti ini tetap memilih platform wedges sebagai koleksi yang diandalkanya untuk trend 2016. Uniknya, wedges tersebut ditampilkan dengan tetap mempertahankan bentuk platform orisinalnya seperti saat pertama kali diciptakan oleh Salvatore Ferragamo.
Wedges didesain mengadopsi style man shoes |
Carmine yang didesain dari platform wedges dan style Mary Jane |
Meskipun tampil dengan bentuk tambun yang memiliki platform berukuran selebar telapak kaki, wedges yang diberinya nama Carmine ini nampak anggun saat diperagakan para model di atas catwalk. Max Mara menampilkan Carmine dalam satu warna yang dominan, hitam dan putih. Model sepatu ini memang layak menjadi andalan Max Mara karena penampilannya memang sangat mengesankan..
Kedua model wedges ini menggunakan platform konvensional |
Carmine didesain dengan sole dari karet untuk menyerap hentakan langkah kaki penggunanya, platform setinggi 11 centimeter dan bagian upper dibuat dari bahan kulit kambing dengan sedikit perbedaan warna yang dibatasi warna maron. Untuk mengikatkan kaki penggunanya, wedges ini mengadopsi style Mary Jane yang dikenal memiliki fungsi sangat efisien dan fleksibilitas dalam pengaturan kenyamanan penggunaannya.
Bagian upper dari wedges MaxMara lainnya diaplikasi dengan style man shoes, pilihan aplikasi ini tidak berbeda dengan wedges yang ditampilkan pada musim sebelumnya. Dengan pilihan itu mengesankan penampilan wedges sebagai sneakers yang saat ini sedang populer digunakan oleh remaja, bahkan akhir-akhir ini merambah ke kalangan wanita dewasa. Meskipun pilihan ini tetap dipertahankan berdasarkan pertimbangan pasar, tetapi penampilan wedges sneakers memang berbeda dengan sneakers biasa.
Sentuhan garis horizontal warna pink membuat Wedges ini nampak stylish. |
Selain itu Max Mara juga menampilkan Wedges yang didesain sangat sederhana dengan memberikan sentuhan warna berselang-seling pada platformnya yang tebal, tetapi tidak dilakukan seperti saat Ferragamo mendesain Rainbow wedges. Melainkan hanya dengan menggunakan dua warna secara horisontal sehingga memberikan efek visual menghilangkan kesan “ganjal kaki” yang menjadi kelemahan utama dari segi estetika pada platform wedges. Pemilihan warnanya yang tepat membuat Wedges ini tampil berbeda dan menjadi lebih elegan.
Warna garis pada platform, memberikan pilihan wedges yang berbeda |
Hal menarik tentang The House of MaxMara sebagai salah satu rumah mode Italia yang dikenal sukses dalam bisnis ready-to-wear, meskipun merupakan perusahaan keluarga tetapi tidak ada salah satu anggota keluarga yang menjadi desainer. Karena itu perusahaan fashion ini melakukan kerja sama dengan para desainer terkenal seperti Luciano Soprani, Anne Marie Beretta, Jean-Charles de Castelbajac dan juga Karl Lagerfeld.
Wedges menyimpan ide yang tak pernah habis
Mencermati wedges yang ditampilkan oleh para desainer dari tiga rumah mode Italia itu setidaknya dapat disimpulkan bahwa ternyata wedges memang menyimpan banyak ide yang bisa digali oleh kreativitas para desainer, bahkan seolah tak pernah habis. Bisa jadi salah satu rumah mode sudah “kekeringan” imajinasi, tetapi lainnya justru menemukan ide yang sama sekali baru.
Hal itu tak hanya terjadi di kalangan rumah mode Italia, para desainer di Paris, London dan New York juga mengalami hal yang sama. Wedges menjadi salah satu model sepatu wanita yang terus bertahan dengan kebaruan desain. Sementara di sisi lain, wedges sebagai salah satu model sepatu wanita hak tinggi terhitung memiliki stabilitas yang cukup tinggi jika misalnya dibandingkan dengan model stiletto atau cone heels dengan beragam variannya.
Karena itu ketika kedua model tersebut digoyang oleh hadirnya kembali model block dan chunky heels dengan penampilan yang lebih stylish, wedges tak banyak terpengaruh. Pasalnya, pasar wedges adalah para wanita yang sudah terbiasa menggunakan high heels hak tunggal sekaligus menjadi platform, sedangkan block dan chunky heels merupakan hak terpisah.
Secara teknis, sepatu dengan model block dan chunky heels berhadapan langsung dengan sesama model yang memiliki hak terpisah, yaitu stiletto dan cone heel. Ketika block dan chunky mampu hadir dengan penampilan yang lebih modis, maka kelemahan stiletto dan cone heels pada hak tunggalnya dengan tingkat stabilitas rendah itu menemukan kompetitor yang cukup berat. Kedua model itu kini harus bertahan dengan kelebihan penampilan mereka pada aspek estetika, karena untuk berkompetisi dalam aspek keamanan dan kenyamanan mereka telah mengalami kekalahan yang cukup fatal.
Wedges menyimpan ide yang tak pernah habis
Mencermati wedges yang ditampilkan oleh para desainer dari tiga rumah mode Italia itu setidaknya dapat disimpulkan bahwa ternyata wedges memang menyimpan banyak ide yang bisa digali oleh kreativitas para desainer, bahkan seolah tak pernah habis. Bisa jadi salah satu rumah mode sudah “kekeringan” imajinasi, tetapi lainnya justru menemukan ide yang sama sekali baru.
Hal itu tak hanya terjadi di kalangan rumah mode Italia, para desainer di Paris, London dan New York juga mengalami hal yang sama. Wedges menjadi salah satu model sepatu wanita yang terus bertahan dengan kebaruan desain. Sementara di sisi lain, wedges sebagai salah satu model sepatu wanita hak tinggi terhitung memiliki stabilitas yang cukup tinggi jika misalnya dibandingkan dengan model stiletto atau cone heels dengan beragam variannya.
Karena itu ketika kedua model tersebut digoyang oleh hadirnya kembali model block dan chunky heels dengan penampilan yang lebih stylish, wedges tak banyak terpengaruh. Pasalnya, pasar wedges adalah para wanita yang sudah terbiasa menggunakan high heels hak tunggal sekaligus menjadi platform, sedangkan block dan chunky heels merupakan hak terpisah.
Secara teknis, sepatu dengan model block dan chunky heels berhadapan langsung dengan sesama model yang memiliki hak terpisah, yaitu stiletto dan cone heel. Ketika block dan chunky mampu hadir dengan penampilan yang lebih modis, maka kelemahan stiletto dan cone heels pada hak tunggalnya dengan tingkat stabilitas rendah itu menemukan kompetitor yang cukup berat. Kedua model itu kini harus bertahan dengan kelebihan penampilan mereka pada aspek estetika, karena untuk berkompetisi dalam aspek keamanan dan kenyamanan mereka telah mengalami kekalahan yang cukup fatal.
Tags : model-wedges-italia-trend-2016
Artikel Terkait dengan “Model Wedges Italia Trend 2016” :
Model Wedges Feragamo Trend 2015-2016, Reinkarnasi Dari Tahun 1939Model Wedges Fendi Trend 2015-2016 Dengan Platform Baru, Stylish Dan Fungsional
Wedges Gaya Italia Trend 2015- Maret 2016
Trend Wedges Ala Paris Sampai Maret 2016
Wedges Gaya New York Untuk Trend 2015-2016
Referensi dan Foto Artikel “Model Wedges Italia Trend 2016” :
01. Milan Fashion Week Spring 201602. Laura Biagiotti Spring/Summer 2016 Collection
03. Spring Summer 16
04. About Angelo Marani
05. About MaxMara