Sepatu Pantofel Untuk Wanita
Lebih Cantik Dari Aslinya
Pantofel sebelumnya adalah sepatu pria, lalu diadopsi untuk wanita dan lebih populer dengan sebutan Loafers.
Jangan heran jika mengetikkan keyword “sepatu pantofel wanita” di browser, kemudian muncul gambar-gambar sepatu mirip Loafers. Karena sebetulnya yang dimaksud Pantofel dan Loafers adalah sama, hanya berbeda istilah. Model tersebut selain memiliki kenyamanan untuk penggunanya juga kemudahan saat memakai dan melepaskannya karena tidak dilengkapi dengan tali sepatu. Dalam istilah persepatuan model seperti itu juga disebut Slip On.
Kedua sebutan yang berbeda tersebut, pantofel dan loafers seringkali membuat rancu pengertian konsumen yang bukan penyuka sepatu terutama di Indonesia. Sejak puluhan tahun Pantofel disukai dan digunakan para pria, modelnya nyaris tak pernah berubah, begitu pula sebutannya. Kaum pria yang umumnya kurang memiliki perhatian terhadap fashion dan masih beranggapan fashion adalah urusan wanita, tidak begitu mempedulikannya, kecuali memakai sepatu yang namanya Pantofel.
Pantofel merupakan kata serapan yang berasal dari Bahasa Belanda Pantoffel, dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai Slipper. Wikipedia mendefinisikan Slipper sebagai “light shoes that are easy to put on and off and are intended to be worn indoors, particularly in the home”. Kurang lebih artinya adalah sepatu untuk digunakan dalam ruangan yang mudah dipakai dan dilepaskan, khususnya di rumah.
Mencermati asal istilah tersebut, sepatu yang populer di Eropah ini dibawa oleh bangsa Belanda ke Indonesia di masa penjajahan. Selanjutnya setelah memasuki masa Kemerdekaan, sepatu yang termasuk salah satu peninggalan Belanda ini dikembangkan di Indonesia dengan nama yang diserap dari bahasa aslinya.
Mengapa sepatu Pantofel memiliki popularitas abadi ?
Dibandingkan dengan model sepatu pria lainnya, yaitu Oxford, Derby dan Monk Strap sepatu model Pantofel atau Loafer semula hanya ditujukan untuk penggunaan didalam rumah yang fungsinya sama dengan sandal jepit, karena itu konstruksi Loafers yang lebih sederhana sehingga membuatnya mudah untuk dipakai dan dilepaskan.
Sejalan dengan perkembangan kehidupan masyarakat yang tak terlepas dari perkembangan kondisi sosial ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan dan tentu saja tuntutan dari dunia fashion sendiri, sepatu loafers kemudian diterima setara dengan model sepatu pria lainnya. Bahkan dari segi efisiensi loafers lebih banyak memberikan kemudahan untuk penggunanya.
Model Oxford dan Derby yang menggunakan tali, meskipun hanya membutuhkan waktu tidak sampai satu menit untuk mengikatkannya setiap kali hendak digunakan, juga mengurai simpulnya ketika hendak melepaskannya kembali, semakin dianggap kurang praktis dalam masyarakat modern yang menuntut efisiensi waktu.
Model Monk Strap mungkin membutuhkan waktu lebih singkat karena untuk mengeratkan ke kaki menggunakan buckle strap atau gesper. Bahkan dalam keadaan terburu-buru masih bisa dipakai meskipun tanpa harus mentautkan gesper tersebut, hanya saja dari segi visual akan nampak kedodoran. Perbedaan cara memakai sepatu pria model Oxford, Derby, Monk Strap dan Loafer atau Pantofel membuat orang yang berorientasi pada efidiensi waktu cenderung untuk memilih model yang terakhir itu.
Selain karena terbatasnya model sepatu pria, Pantofel menjadi alternatif satu-satunya untuk model sepatu yang tidak menggunakan tali, cara memakainya juga sangat praktis, lebih cepat dan lebih mudah. Tinggal masukkan kaki tanpa ribet, langsung dipakai berjalan. Karakteristik Pantofel sesuai dengan kecenderungan pria yang lebih mengutamakan fungsi dan kenyamanan dalam penggunaannya.
Bandingkan dengan model sepatu resmi kaum pria yang menggunakan tali, setiap kali melepas dan menggunakannya diperlukan waktu tersendiri dan harus membungkuk. Perawatannya pun juga cukup ribet, tali sepatu harus terlebih dulu dilepas agar seluruh bagian bisa disemir. Setelah selesai, masih harus memasang talinya kembali.
Model Pantofel pada prinsipnya memanfaatkan kemelaran kulit untuk “mencengkeram” seluruh bagian kaki, sehingga sepatu tidak perlu “diikat” memakai tali sepatu agar tidak terlepas dari kaki penggunanya. Toleransi kemelaran yang paling besar ditempatkan pada bagian atas kaki kemudian diperkuat dengan semacam strap untuk menjamin “cengkeraman yang lebih kuat agar sepatu tak terlepas dari kaki.
Dengan berbasis pada desain dasar tersebut, maka hadirlah berbagai variasi atau style yang bisa ditambahkan untuk memberikan tampilan yang berbeda secara signifikan. Beragam style tersebut semakin menambah jumlah konsumen sepatu model Pantofel yang umumnya terdiri dari kaum pria. Dalam fungsinya untuk membedakan status sosial penggunanya, para konsumen “bermain” pada merk sepatu Pantofel.
Karena Loafer makin banyak disukai, pasarnya pun ikut berkembang dan kompetitisi antar produsen juga semakin ketat. Akibatnya model loafers juga mengalami sentuhan desain dan aplikasi yang paling banyak, kemudian hadirlah model Penny Loafers yang disusul Tassel Loafers. Pada tahun 1953 Gucci mendesain Horsebit Loafers diikuti oleh kehadiran style dengan desain mirip model tersebut yang tak lain merupakan modifikasi loafers rancangan Gucci, selanjutnya dikenal dengan sebutan Bit Loaferts Pada tahun 1950-an hadir model Belgian Loafers, tetapi style ini lebih populer di Eropa.
Style lain yang mirip model loafers sehingga sering keliru dikategorikan sebagai loafer adalah zipper shoes. Bagian yang paling spesifik dari style ini adalah penambahan zipper atau risleting sebagai pengganti tali sepatu pada model Oxford atau Derby dan pengganti buckle atau gesper pada model Monk Strap.
Karena mengadopsi model loafers maka penampilannya pun sama persis dengan loafers, tetapi secara mendasar tidak bisa dimasukkan dalam kategori loafers. Pada prinsipnya loafers adalah model sepatu yang bisa dipakai dan dilepas tanpa menggunakan bantuan tangan dari penggunanya. Apabila pada model loafers tersebut ditambahkan dengan zipper, meskipun penggunanya bisa memasukkan kaki tanpa bantuan tangan, pada akhirnya zipper atau risleting tersebut harus ditarik untuk merapatkan sepatu pada kaki.
Zipper shoes lebih tepat dimasukkan dalam kategori sebagai salah satu model sepatu pria bersama dengan model Oxford, Derby dan Monk Strap. Zipper sudah ditemukan sejak tahun 1891 oleh Whitcomb Judson dari Chicago dan mendaftarkan hak patennya pada bulan Agustus 1893. Judson kemudian bekerjasama dengan seorang pengusaha, Lewis Walker, untuk mendirikan perusahaan ritsleting sebagai perangkat untuk mengencangkan sepatu. Tetapi pada saat dipromosikan di Chicago World Fair 1893, produknya yang inovatif tersebut ternyata tidak mendapat respon positif dari publik.
Zipper yang dikenal di era modern adalah hasil rancangan Gideon Sundback, salah seorang karyawan perusahaan zipper, Universal Fastener Company pada tahun 1913. Rancangan itu merupakan penyempurnaan bentuk pada perangkat pemisah rel zipper yang dipatenkan pada tahun 1917.
Istilah zipper sendiri dipopulerkan oleh B.F. Goodrich Company. Perusahaan ini menggunakan perangkat buatan Sundback tersebut sebagai penutup dan pembuka pada untuk sepatu karet. Saat itu sepatu buatan Goodrich terbilang inovatif, sehingga cepat dikenal publik dan perangkat baru yang dipakai itu kemudian disebut sebagai zipper, sebutan tersebut tidak pernah berubah sampai sekarang.
Seperti halnya pada sepatu pria, zipper paling banyak digunakan sebagai penutup model booties karena dapat berfungsi efisien untuk merapatkan belahan kulit sepatu yang berukuran panjang, minimal sepergelangan kaki. Tetapi zipper yang diaplikasikan dengan model pantofel atau loafers dan style lainnya lebih berfungsi hanya sebagai asesories.
Pada beberapa model dan style tersebut, zipper nyaris tidak memiliki fungsi. Justru berdampak menyulitkan untuk perawatan sepatu karena celah-celah gerigi zipper berpotensi menyimpan kotoran. Zipper yang terbuat dari bahan logam aluminium di saat masih baru memang nampak berwarna kuning keemasan, tetapi untuk jangka waktu lama setelah teroksidasi benda yang mengandung alkali dan zat asam mengalami korosi dan cenderung berubah warna menjadi kehitam-hitaman.
Dalam dunia sepatu fashion zipper paling banyak digunakan untuk sepatu model booties, mulai dari ankle boots sampai over the knee boots. Karena zipper menjadi satu-satunya perangkat paling praktis dan efisien untuk membuka dan menutup model booties yang memiliki ukuran cukup panjang jika memakai tali atau kancing. Zipper jarang digunakan sebagai perangkat untuk sepatu dengan model dan style selain booties.
Karena Loafer makin banyak disukai, pasarnya pun ikut berkembang dan kompetitisi antar produsen juga semakin ketat. Akibatnya model loafers juga mengalami sentuhan desain dan aplikasi yang paling banyak, kemudian hadirlah model Penny Loafers yang disusul Tassel Loafers. Pada tahun 1953 Gucci mendesain Horsebit Loafers diikuti oleh kehadiran style dengan desain mirip model tersebut yang tak lain merupakan modifikasi loafers rancangan Gucci, selanjutnya dikenal dengan sebutan Bit Loaferts Pada tahun 1950-an hadir model Belgian Loafers, tetapi style ini lebih populer di Eropa.
Style lain yang mirip model loafers sehingga sering keliru dikategorikan sebagai loafer adalah zipper shoes. Bagian yang paling spesifik dari style ini adalah penambahan zipper atau risleting sebagai pengganti tali sepatu pada model Oxford atau Derby dan pengganti buckle atau gesper pada model Monk Strap.
Karena mengadopsi model loafers maka penampilannya pun sama persis dengan loafers, tetapi secara mendasar tidak bisa dimasukkan dalam kategori loafers. Pada prinsipnya loafers adalah model sepatu yang bisa dipakai dan dilepas tanpa menggunakan bantuan tangan dari penggunanya. Apabila pada model loafers tersebut ditambahkan dengan zipper, meskipun penggunanya bisa memasukkan kaki tanpa bantuan tangan, pada akhirnya zipper atau risleting tersebut harus ditarik untuk merapatkan sepatu pada kaki.
Zipper shoes lebih tepat dimasukkan dalam kategori sebagai salah satu model sepatu pria bersama dengan model Oxford, Derby dan Monk Strap. Zipper sudah ditemukan sejak tahun 1891 oleh Whitcomb Judson dari Chicago dan mendaftarkan hak patennya pada bulan Agustus 1893. Judson kemudian bekerjasama dengan seorang pengusaha, Lewis Walker, untuk mendirikan perusahaan ritsleting sebagai perangkat untuk mengencangkan sepatu. Tetapi pada saat dipromosikan di Chicago World Fair 1893, produknya yang inovatif tersebut ternyata tidak mendapat respon positif dari publik.
Zipper yang dikenal di era modern adalah hasil rancangan Gideon Sundback, salah seorang karyawan perusahaan zipper, Universal Fastener Company pada tahun 1913. Rancangan itu merupakan penyempurnaan bentuk pada perangkat pemisah rel zipper yang dipatenkan pada tahun 1917.
Istilah zipper sendiri dipopulerkan oleh B.F. Goodrich Company. Perusahaan ini menggunakan perangkat buatan Sundback tersebut sebagai penutup dan pembuka pada untuk sepatu karet. Saat itu sepatu buatan Goodrich terbilang inovatif, sehingga cepat dikenal publik dan perangkat baru yang dipakai itu kemudian disebut sebagai zipper, sebutan tersebut tidak pernah berubah sampai sekarang.
Seperti halnya pada sepatu pria, zipper paling banyak digunakan sebagai penutup model booties karena dapat berfungsi efisien untuk merapatkan belahan kulit sepatu yang berukuran panjang, minimal sepergelangan kaki. Tetapi zipper yang diaplikasikan dengan model pantofel atau loafers dan style lainnya lebih berfungsi hanya sebagai asesories.
Pada beberapa model dan style tersebut, zipper nyaris tidak memiliki fungsi. Justru berdampak menyulitkan untuk perawatan sepatu karena celah-celah gerigi zipper berpotensi menyimpan kotoran. Zipper yang terbuat dari bahan logam aluminium di saat masih baru memang nampak berwarna kuning keemasan, tetapi untuk jangka waktu lama setelah teroksidasi benda yang mengandung alkali dan zat asam mengalami korosi dan cenderung berubah warna menjadi kehitam-hitaman.
Dalam dunia sepatu fashion zipper paling banyak digunakan untuk sepatu model booties, mulai dari ankle boots sampai over the knee boots. Karena zipper menjadi satu-satunya perangkat paling praktis dan efisien untuk membuka dan menutup model booties yang memiliki ukuran cukup panjang jika memakai tali atau kancing. Zipper jarang digunakan sebagai perangkat untuk sepatu dengan model dan style selain booties.
Sepatu Pantofel dalam dunia fashion wanita
Loafers hadir ditengah-tengah dominasi model Mary Jane atas sepatu wanita dan pria AS sejak awal abad 19. Di tahun 1930-an Mary Jane mulai kurang diminati kaum pria dan secara berangsur-angsur Mary Jane menjadi model sepatu wanita, di saat yang sama loafers juga mulai diadopsi menjadi sepatu wanita. Tetapi berbeda dengan sekarang, pantofel atau loafers selalu dipakai dengan kelengkapan kaus kaki.
Foto-foto dokumentasi berasal dari tahun 1940-an yang masih berwarna hitam putih menunjukkan trend fashion di masa itu. Para remaja hingga wanita dewasa memakai pantofel atau loafers yang dilengkapi kaus kaki, meskipun beberapa diantaranya memakai model sepatu pria. Dimasa itu loafers dengan kaus kaki warna putih dipadupadankan dengan gaun di bawah lutut menjadikan penampilan yang modis.
Loafers dengan kaus kaki putih menjadi keharusan bagi remaja di tahun 1940-an. |
Loafers dengan kaus kaki putih mendominasi kaki remaja di tahun 1940-an |
Loafers paling disukai dibandingkan model sepatu pria lainnya yang diadopsi menjadi sepatu wanita |
Sampai pada tahun 1950-an model sepatu Pantofel masih menjadi trend fashion bagi para remaja hingga wanita dewasa. Meskipun model sepatu yang diadopsi dari sepatu pria, khususnya Oxford dan Derby juga disukai tetapi tidak mengalahkan popularitas Pantofel atau Loafers. Berikut adalah beberapa dokumentasi dari tahun 1950-an tentang trend sepatu fashion di masa itu.
Trend Pantofel dengan kaus kaki putih di tahun 1950-an |
Dua Remaja yang tampil “berani” dengan pantofel tanpa padanan kaus kaki putih |
Pada tahun 1960-an kaum wanita Amerika dan beberapa negara Eropa yang sebelumnya selalu menggunakan Pantofel dengan kaus kaki atau stoking mulai mengubah gaya mereka dengan tanpa kaus kaki dan menggunakan Pantofel untuk kesempatan non formal. Hal yang sama juga terjadi di kalangan kaum pria, Pantofel menjadi model sepatu casual sekaligus bisa digunakan untuk kesempatan yang bersifat resmi. Bahkan kini memakai loafers dengan kaus kaki, di kalangan fashion bisa dianggap sebagai sesuatu yang tabu.
Pantofel atau loafers saat ini selain lebih beragam karena diaplikasi dengan berbagai style, penampilannya pun juga sudah banyak berbeda akibat penggunaan material yang merupakan produk baru sebagai hasil dari kemajuan teknologi di bidang produksi.
Model sepatu Pantofel dari dokumentasi foto tahun 1962 |
Pantofel yang dipakai untuk memperagakan model mini skirt di tahun 1966 |
Penampilan model dengan memakai Loafersd di tahun 1968 |
Pantofel atau loafers saat ini selain lebih beragam karena diaplikasi dengan berbagai style, penampilannya pun juga sudah banyak berbeda akibat penggunaan material yang merupakan produk baru sebagai hasil dari kemajuan teknologi di bidang produksi.
Karena praktis dan kenyamanannya, sepatu Pantofel mendominasi model sepatu yang paling banyak terjual. Model Pantofel banyak dipakai di kantor-kantor sampai kampus. Pantofel bisa dipadupadankan dengan beragam busana, dari celana pendek, rok mini hingga busana resmi. Penggunanya cukup membeli sepasang sepatu untuk digunakan di berebagai kesempatan yang berbeda-beda.
Pantofel yang paling populer saat itu terbuat dari bahan kulit warna coklat atau coklat kehitam-hitaman, hanya beberapa yang menggunakan bahan dari suede. Puncaknya pada 1980-an, Pantofel menjadi sepatu resmi meskipun tanpa kaus kaki gara-gara dicontohkan oleh Don Johnson yang selalu tampil berjas dalam perannya sebagai detektif dalam film seri Miami Vice. Bahkan kini memakai loafers dengan kaus kaki, di kalangan fashion bisa dianggap sebagai sesuatu yang tabu.
Don Johnson dengan pantofel tanpa kaus kaki yang menjadi mode. |
Dalam perkembangannya model Pantofel dengan desain dasarnya yang mirip sepatu flat ini kemudian diadopsi menjadi sepatu untuk wanita. Maklum, Dunia fashion yang selalu menuntut kreativitas dan inovasi para desainer tidak menyia-nyiakan model Pantofel yang di kalangan pemakai utamanya memiliki penampilan sangat terbatas.
Sepatu Pantofel Wanita Modern
Meskipun telah mengalami masa kemerdekaan sudah lebih dari tujuh puluh tahun, Pantofel yang merupakan kata serapan dari Pantoffel, istilah warisan dari masa penjajahan Belanda masih saja populer sehingga sering menjadi rancu dengan Loafers atau Slipper. Kalangan penyuka sepatu fashion lebih akrab dengan istilah Loafers, karena hanya istilah ini yang digunakan di event fashion yang pengaruhnya semakin meluas sejalan dengan dimasukinya era globalisasi.
Sepatu Pantofel Wanita Modern
Meskipun telah mengalami masa kemerdekaan sudah lebih dari tujuh puluh tahun, Pantofel yang merupakan kata serapan dari Pantoffel, istilah warisan dari masa penjajahan Belanda masih saja populer sehingga sering menjadi rancu dengan Loafers atau Slipper. Kalangan penyuka sepatu fashion lebih akrab dengan istilah Loafers, karena hanya istilah ini yang digunakan di event fashion yang pengaruhnya semakin meluas sejalan dengan dimasukinya era globalisasi.
Menjadi bagian dari perangkat fashion, Pantofel hadir dengan beragam model dan style. Pantofel yang lebih populer dengan sebutan Loafers itu bisa diaplikasikan dengan beragam ukuran high heels dan beragam model, belum lagi jika dibuat dengan menggunakan bahan sepatu wanita yang jenisnya cukup banyak. Pantofel menjadi salah satu model sepatu wanita yang memiliki segmentasi tersendiri.
Pantofel bisa diaplikasi dengan banyak model sehingga bisa menjadi sepatu casual untuk dipakai bersantai dan pada kesempatan-kesempatan tidak formal. Menjadi sepatu fashion untuk wanita, Pantofel juga bisa didesain menjadi sepatu yang bernuansa resmi sehingga mendukung penggunanya tampil maksimal dalam kesempatan formal. Selain karena nyaman digunakan, konstruksi dasar Pantofel yang membuatnya mudah untuk dipakai dan melepaskannya kembali, menjadi keunggulan model sepatu Pantofel wanita atau yang disebut Loafers untuk menarik konsumen.
Berikut adalah beberapa loafers sebagai model sepatu unisex yang tidak hanya elegan dipakai oleh kaum pria, tetapi juga bisa modis dan stylish digunakan sebagai alas kaki wanita dengan beragam padanan busana, mulai dari gaya casual hingga penampilan yang bersifat resmi.
Berikut adalah beberapa loafers sebagai model sepatu unisex yang tidak hanya elegan dipakai oleh kaum pria, tetapi juga bisa modis dan stylish digunakan sebagai alas kaki wanita dengan beragam padanan busana, mulai dari gaya casual hingga penampilan yang bersifat resmi.
Berikut adalah beberapa loafers sebagai model sepatu unisex yang tidak hanya elegan dipakai oleh kaum pria, tetapi juga bisa modis dan stylish digunakan sebagai alas kaki wanita dengan beragam padanan busana, mulai dari gaya casual hingga penampilan yang bersifat resmi.
Berikut adalah beberapa loafers sebagai model sepatu unisex yang tidak hanya elegan dipakai oleh kaum pria, tetapi juga bisa modis dan stylish digunakan sebagai alas kaki wanita dengan beragam padanan busana, mulai dari gaya casual hingga penampilan yang bersifat resmi.
Style sepatu pantofel yang paling populer adalah Penny Loafers |
Penampilan modis Penny Loafers dengan aplikasi pointed toe |
Tassel Loafers untuk wanita biasanya ditandai rumbai-rumbai lebih rimbun dan panjang |
Tassel loafers dengan vamp rendah mengadopsi gaya flat |
Penampilan maskulin Tassel loafers karena diaplikasi dengan military sole |
Penampilan casual Bit Loafers dengan pilihan bahan suede |
Bit Loafers berbahan kulit asli untuk penampilan semi formal |
Bit loafers didesain dengan sentuhan feminin |
Bit Loafers tampil elegan dengan aplikasi pointed toe |
Dengan pilihan bahan denim Bit Loafers berubah casual |
Casual Loafers yang berbasis Pantofel klasik diaplikasi dengan bahan denim |
Casual Loafers didesain dekoratif dengan bahan suede |
Casual Loafers bercirikan bahan non kulit dengan desain kontemporer |
Loafers yang tampil cantik dengan aplikasi pointed toe |
Penampilan Pantofel klasik setelah diaplikasi strap lebar dengan bahan sintetis. |
Low heels Loafers dengan sentuhan pointed toe |
Pantofel atau Loafers dengan konstruksi low heels |
Dengan aplikasi chunky high heels, Loafers tampil lebih stylish dan elegan |
Low heels Loafers dengan sentuhan pointed toe |
Penampilan Pantofel classic diaplikasi dengan trend platform |
Bit Loafers yang lebih sehat dengan platform lebih tinggi di bagian tumit |
Pantofel platform dengan fungsi utama untuk menambah tinggi badan penggunanya |
Classic Loafers yang tampil dengan gaya minim aplikasi |
Classic Loafers lebih stylish dengan sentuhan pointed toe dan bukan warna hitam |
Sepatu pantofel wanita atau loafers, disebut juga slipper menjadi salah satu model sepatu wanita yang bisa diaplikasikan dengan model lain yang berbeda-beda menurut jamannya, karena itu meskipun tidak menjadi model yang dominan pantofel memiliki pasar yang tak pernah surut. Kelebiihan pantofel yang membuatnya tetap bisa bertahan adalah konstruksinya yang spesifik sehingga kapan pun bisa dipakai dan dilepas dengan cepat, tanpa perlu ribet dan repot.
Tags : sepatu-pantofel-wanita
Artikel Terkait dengan “Sepatu Pantofel Wanita Lebih Cantik Dari Aslinya” :
Sepatu Pantofel Untuk Wanita Lebih Populer Disebut LoafersSepatu model Loafers yang terpopuler adalah style Penny Loafers
Sepatu Loafers yang Berumbai Disebut Tassel Loafers
Style Sepatu Loafers Rancangan Gucci Pada Tahun 1953