July 30, 2014

Pasar Sepatu Wanita

by , in
Sepatu Wanita Punya Pasar “Ekslusif”

Sepatu Wanita Punya Pasar "Eksklusif"


Semakin beragamnya produk sepatu wanita dan meningkatnya kesadaran konsumen menumbuhkan segmen pasar  “eksklusif”, yakni para wanita yang tidak bisa dibidik sebagai target market

Sepatu wanita sudah menjadi bagian dari perangkat fashion untuk tampil lebih cantik dan elegant. Kini makin banyak pabrik, rumah mode dan industri kecil menengah yang memproduksi sepatu, sehingga memberikan banyak pilihan. Akibatnya, wanita yang membeli sepasang sepatu tidak hanya disebabkan karena membutuhkan alas kaki, tetapi juga “dipaksa” untuk bisa memilih salah satu dari beragam model dan gaya sepatu yang ada di pasaran.

Berbeda dengan permulaan abad ke 19 di saat sepatu bisa diproduksi secara massal, tren mode yang berlaku ditentukan oleh model sepatu yang diproduksi pabrik. Wanita dianggap mengikuti mode atau berpenampilan modis jika memakai sepatu Mary Jane atau model T-Bar yang diproduksi massal itu, maka  untuk bisa tampil modis berarti bisa membeli sepatu tersebut.Begitu pula pada pertengahan abad 19 saat Salvatore Ferragamo menemukan model Wedges, maka para wanita juga merasa dituntut untuk memakai sepatu Wedges.

Menghadapi fashion di era global, para wanita harus lebih cerdas menghadapi serbuan beragam model dan gaya sepatu. Mengapa ?

Pada awalnya Fashion selalu mengacu pada pengertian tentang mode pakaian yang sedang “in”. Seorang wanita disebut fashionable atau modis apabila mampu mengenakan pakaian yang sedang menjadi mode. Sedangkan mode diciptakan sesuai dengan tuntutan kebutuhan yang sedang berlaku dan tentu saja dipasarkan dengan disain yang lebih baru.

Contoh yang sederhana adalah thema pada setiap fashion show. Menjelang dimasukinya musim panas, maka banyak disainer dan rumah mode memperagakan model-model pakaian untuk musim panas yang akan datang. Meskipun pada prinsipnya pakaian-pakaian tersebut didisain agar dapat memberikan efek dingin dan dapat dipakai secara nyaman, tetapi modelnya pasti berbeda dengan model pakaian musim panas yang pernah diperagakan pada tahun lalu.

Nasib pakaian-pakaian ini nantinya juga tidak berbeda dengan pakaian-pakaian untuk musim panas sebelumnya. Begitu menjelang pergantian musim dan sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan, maka habislah daur hidupnya. Karena untuk musim panas tahun depan akan diperagakan pakaian dengan model-model berbeda.

Fashion mengalami perubahan secara terus menerus melalui produk yang dihasilkan disainer dan dipasarkan oleh produsen. Meskipun pada suatu saat, ketika para konsumen sudah lupa, mode tersebut akan diulang kembali. Karena pada hakekatnya produsen sangat berkepentingan dengan perubahan-perubahan mode yang menjamin kelangsungan produksi mereka.

Dalam perkembangannya, fashion tidak hanya sebatas pada pakaian, tetapi semakin melebar kepada semua hal yang terkait dengan pakaian wanita. Fashion juga meliputi sepatu, assesoris, tas, ikat pinggang, jam tangan, topi, payung bahkan segala sesuatu yang mungkin digunakan oleh wanita. Sehingga ketika produk-produk tersebut masuk dalam kategori fashion, maka mereka juga memiliki daur hidup yang lebih cepat.

Karena perkembangan di dunia fashion tidak terpisahkan dengan percepatan kemajuan teknologi, kreativitas disain, situasi sosial ekonomi dan pasar global, maka mode setiap produk tidak lagi cenderung didominasi oleh satu merk atau rumah mode terkemuka. Jumlah produsen dan disainer yang terus bertambah, termasuk industri kecil perajin sepatu juga menjadi “masalah” di kalangan mereka sendiri.

Bukan hanya pada ketatnya persaingan atas satu model sepatu yang sedang menjadi mode, tetapi juga karena beragamnya aplikasi model sepatu yang dihasilkan  oleh kreativitas para disainer. Akibatnya pasar pun ikut terbagi-bagi menjadi lebih banyak segmentasi. Kini produsen tidak bisa membidik konsumen secara general, karena konsumen cenderung menjadi bersifat individual.

Secara umum segmen pasar bisa dibagi atas para wanita yang fanatik terhadap merk sepatu tertentu, sebagian lagi adalah segmen pasar terdiri dari wanita yang selalu ingin tampil modis - tidak peduli terhadap merk dan harga. Di segmen lain terdapat pasar wanita yang masih bersifat “tradisional” yaitu kurang modis dan cenderung membeli sepatu sesuai dengan kebutuhannya sebagai alas kaki  dan lebih didasarkan pada pertimbangan harga sepatu yang murah

Segmentasi pasar sepatu wanita juga bisa dibagi berdasarkan ukuran hak sepatu,  meskipun tidak terlalu signifikan. Sebagian kelompok wanita bisa menjadi konsumen dari pasar sepatu hak datar, sebagian yang lain masuk dalam segmen sepatu hak rendah, disusul segmentasi sepatu hak sedang atau mid heels. Sisanya termasuk segmentasi eksklusif sepatu high heels.

Pada saat pesatnya perkembangan di dunia fashion, khususnya industri sepatu, di saat yang sama perkembangan kesadaran konsumen juga mengalami peningkatan yang menimbulkan segmentasi pasar berbeda dan mengakibatkan timbulnya “kesulitan” bukan hanya bagi para produsen dalam memasarkan sepatu wanita, juga bagi para disainer.

Segmentasi pasar terakhir ini adalah para wanita dengan tingkat kesadaran sebagai konsumen yang lebih tinggi dan sekaligus memiliki tingkat pemahaman fashion yang lebih maju. Mereka adalah segmentasi yang sulit dideteksi sebagai target market. Mereka bukan kelompok wanita yang bisa dibidik dengan produk yang dilabeli “tren masa kini” atau model sepatu wanita mutakhir.

Sebaliknya, mereka menjadikan produsen dan disainer sebagai target mereka didasarkan pertimbangan fashion. Bahkan kelompok kecil yang lebih ekstrim mendisain sepatu mereka sendiri dan memilih pengrajin untuk membuatnya. Mereka terdiri dari wanita-wanita cerdas yang tidak bisa menjadi “korban mode” tetapi sangat peduli dengan penampilan, karena itu justru selalu fashionable dan modis.

Siapa wanita yang termasuk dalam segmen “eksklusif” ini, dan bagaimana segmentasi ini tumbuh ?

Para wanita dalam kelompok ini tidak selalu berlatar belakang pendidikan tinggi dan berstatus sosial ekonomi dari kelas atas. Kesamaan  mereka adalah memiliki kesadaran sebagai konsumen, bahwa konsumen hanya akan mengkonsumi sebuah produk sepanjang produk itu benar-benar dibutuhkan dan bisa memberikan manfaat yang diharapkan.

Meskipun secara umum tumbuhnya tingkat kesadaran sebagai konsumen berkaitan dengan tingkat pendidikan dan wawasan seseorang. Bisa juga kesadaran dari para wanita ini tumbuh setelah mereka merasa berkali-kali menjadi “korban mode”. Atau diawali dari konsistensi menumbuhkan perilaku berdasarkan pertimbangan ekonomis yang rasional dalam mengkonsumsi setiap produk, atau sebab-sebab lain.

Sepatu Wanita Punya Pasar “Ekslusif”

Sedangkan tumbuhnya pemahaman tentang fashion sehingga seorang wanita bisa tampil fashionable atau modis, pada prinsipnya bertolak pada titik yang sama dengan para produsen dan disainer. Fashionable dalam pengertian ini adalah memilih gaya tertentu yang sesuai mode dengan tidak meninggalkan jati diri dan nilai-nilai kelayakan. Prinsipnya, secara keseluruhan seorang wanita bisa tampil menarik dari segi lahiriah dan di segi psikologis pakaian serta perangkat yang dikenakannya bisa memberikan tambahan kepercayaan diri.

Perbedaannya, jika yang pertama gaun atau sepatu tersebut disediakan oleh produsen dan disainer berdasarkan asumsi atas kebutuhan wanita secara general, maka pada segmentasi “eksklusif” tadi, para wanita lebih tahu secara individual, atau tahu persis apa dan bagaimana produk yang dia butuhkan. Karena dalam pemahaman fashion, tidak setiap model sepatu bisa langsung menjadi padanan yang harmonis dengan pakaian yang sudah dimilikinya.

Wanita yang fashioned tidak bisa menerima langsung setiap produk, apakah itu pakaian, sepatu atau tas secara sendiri-sendiri. Mereka adalah konsumen yang kritis dan tidak bisa dirayu karena memiliki pemahaman tentang fashion yang memadai. Jika dianggap perlu, mereka akan mengkombinasikan disain yang ada dan memesan sepatu secara khusus pada perajin sepatu. Tentu saja sepatu ini jauh lebih ekslusif dibandingkan dengan sepatu yang diproduksi rumah mode terkenal, karena secara psikologis bisa memberikan rasa percaya diri yang benar-benar optimal bagi pemakainya.

Suatu saat dia bisa memilih dan membeli sepatu flat murah, asal bisa mendukung penampilannya secara optimal. Di saat lain mungkin dia membeli sepatu bermerk yang hanya dijual di rumah mode, jika hal itu dianggapnya perlu. Para wanita yang termasuk dalam kategori segmentasi ini benar-benar berorientasi kepada fashion, mereka sulit dideteksi dan tidak pernah bisa menjadi target pemasaran.

( Credit foto: blog.lindsay-phillips.com )
July 03, 2014

Sepatu Wanita T-Bar

by , in

Sepatu Wanita T-Bar

Model T-Bar Tetap Modis Selama Satu Abad


Sepatu T-Bar boleh dibilang “menumpang”popularitas pada Mary Jane. Setelah di era 1920-an sepatu dengan satu strap di tengah itu menjadi trend, hadirlah T-Bar dengan tambahan strap kecil yang bisa membuat penggunanya seperti menggunakan sepatu tertutup. Di jaman itu, kehadiran Mary Jane maupun T-Bar disambut antuisias oleh para wanita.

Maklum, dunia fashion selama berabad-abad sebelumnya tak lebih dari rok panjang yang hampir menyentuh tanah. Sehingga sepatu yang dipakai para wanita tak pernah kelihatan, karena itu jenis dan modelnya menjadi tidak penting. Sehingga belum menjadi bagian dari fashion.

Kapan wanita mulai memperhitungkan sepatu sebagai fashion ?

Bertepatan dengan kelahiran Mary Jane, dunia fashion cenderung mengarah kepada trend minimalis, termasuk ukuran gaun yang hampir menyentuh lantai ikut terpangkas meski tidak terlalu ekstrim. Perubahan mode tidak hanya terbatas pada pakaian, tetapi juga meliputi gaya rambut.

Akibatnya, sepatu yang dipakai para wanita kini juga nampak. Maka setiap sepatu yang dipakai wanita juga harus ikut menjadi modis. Inilah awal terbentuknya pemahaman bahwa sepatu wanita juga harus memiliki disain yang menarik, karena ikut berperan menentukan kecantikan penggunanya. Para wanita di jaman itu bisa dengan bebas menampilkan kecantikan kaki mereka, sementara sepatu yang mulai bisa diproduksi secara massal harganya menjadi lebih murah, membuat semua wanita membutiuhkan sepatu bukan lagi sekedar alas kaki.

Pada sekitar tahun 1936, popularitas T-Bar di kalangan wanita yang peduli mode mulai surut. Tetapi eksistensi T-Bar tetap diperhitungkan hingga kini. Para disainer yang kreatif tetap memanfaatkan fungsi T-Bar dengan mengaplikasikannya ke beragam model dan jenis sepatu, khususnya sepatu wanita. Dari yang semula menganut bentuk sederhana, T-Bar kemudian tampil dengan beragam variasi tanpa meninggalkan fungsinya.

Sepatu Wanita T-Bar

Tetapi karena trend model selalu berulang, pada saat-saat tertentu model T-Bar hadir persis seperti pada saat pertama kali didisain. Anehnya, model sepatu wanita yang satu ini selalu bisa tampil tanpa kesan sebagai model lama atau klasik, melainkan lebih mencerminkan kesederhanaan yang anggun. Tentunya hal ini juga tergantung kepada kepekaan pemakai T-Bar dalam menyesuaikan dengan gaun yang dipakainya.

Sepatu

Model T-Bar selain lebih nyaman dan aman untuk digunakan, juga ditujukan untuk memperlihatkan keindahan kaki. Wanita yang memiliki tubuh langsing dan kaki panjang akan memperoleh penampilan dengan efek optimal dengan mengenakan T-Bar. Sepatu wanita model T-Bar bisa dikenakan untuk setelan maxi dress, celana jeans, rok biasa atau mini, tetapi jangan mengenakan kaus kaki atau stocking dengan warna kontras, agar tidak menimbulkan kesan bahwa Anda sedang “pamer” sepatu. Karena  perhatian orang akan terfokus ke kaki Anda, kecuali untuk kesempatan tertentu yang Anda memang menginginkannya..

Model T-Bar tentu kurang optimal bagi wanita yang berkaki pendek dan gemuk. Untuk menyiasatinya tanpa mengurangi kenyamanan dapat memilih T-Bar dengan tumit sedang atau puppy, jika menggunakan high heels maka kenyamanan Anda kurang maksimal. Kecuali jika Anda ingin mengenakannya dalam kesempatan yang bersifat resmi. T-Bar dapat dipadu dengan celana tidak terlalu ketat atau kulot.

Untuk penampilan casual bisa menggunakan celana pendek, tetapi tentu saja pilihlah sepatu T-Bar casual dengan strap tidak terlalu lebar dan tidak terkesan resmi, sebaiknya terbuat dari kanvas atau jeans. Dengan menampakkan lebih banyak bagian kaki, efek visual T-Bar yang “memotong” kaki pengguna bisa dikurangi, sehingga kaki akan terkesan lebih panjang. T-Bar bisa diaplikasikan untuk untuk sepatu flat, low heels sampai high heels.

Bagi wanita yang malas membersihkan kuku dan jari kaki, jangan sekali-kali menggunakan T-Bar dengan bagian ujung terbuka atau Open Toe, karena akan menimbulkan efek kontras dengan keindahan sepatu. Sebaliknya, bagi mereka yang rajin melakukan pedikur, maka perilaku rajin merawat kaki akan terbayar dengan penampilan optimal. Kecantikan kaki adalah bagian dari kecantikan Anda secara keseluruhan.

Pedikur hanyalah salah satu “harga” yang harus dibayar untuk memperoleh kecantikan yang Anda inginkan. Wawasan dan citarasa dalam memilih sepatu serta memadukannya menjadi bagian dari busana secara keseluruhan akan menjadi sentuhan akhir untuk menampilkan diri, sehingga penampilan Anda menjadi sangat cantik dan menarik. Atau sebaliknya, mengesankan sebagai pribadi yang norak dan amburadul.